NovelToon NovelToon
Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa / Pernikahan rahasia
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: bucin fi sabilillah

Hanum Salsabila, seorang dosen cantik harus menerima kenyataan jika ia harus dijodohkan dengan seorang CEO. Ia hanya bisa pasrah dengan ketegasan Halim sang ayah yang membuatnya tidak berdaya.
Ravindra Aditama, CEO yang begitu membenci perjodohan. Ia bersumpah akan mengerjai Hanum sampai ia puas dan pergi meninggalkan negeri ini setelahnya.
Kisah cinta mereka baru saja dimulai, namun Tama harus menerima kenyataan jika Hanum lebih memilih untuk berpisah darinya.
Akankah mereka bisa mempertahankan rumah tangga atau memilih untuk berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

menggodanya

Perlahan, Hanum merasa tubuhnya menghangat. Ia merasa begitu nyaman berada dalam pelukan Tama. Walaupun antara sadar dan tidak, namun ia seolah tidak ingin melepaskan pelukan itu.

Hingga siang menjelang, Tama lebih dulu terbangun karena merasa lapar. Ia melihat wajah Hanum yang sudah tidak pucat seperti tadi. Suhu tubuh sang istri juga sudah mulai terasa hangat dan sudah tidak dingin lagi.

Apa Daddy tidak mengetahui jika menantunya memiliki alergi dan penyakit seperti ini?. Batin Tama heran.

Ia menatap wajah Hanum yang berjarak sangat dekat dengannya. Terlihat tenang, cantik dan berseri. Walaupun dalam keadaan tidur.

Tanpa ia sadari, Hanum membuka matanya. Ia menatap Tama dari jarak yang sangat dekat. Berusaha untuk mengumpulkan kesadaran agar bisa mengenali situasi yang tengah terjadi saat ini.

"Morning, Sayang. Semalam, kamu ganas banget!" ucap Tama usil sambil menjilat bibirnya dan berhasil membuat mata Hanum membulat dengan sempurna.

"Lepas!" ucap Hanum.

Ia langsung bergerak, namun Tama menahannya. Air mata Hanum mulai menyeruak keluar, entah apa yang dia pikirkan, namun ada rasa sedih ketika Tama mengatakan hal itu.

"Kenapa menangis?" tanya Tama gelagapan dan melepas pelukannya

"Hiks," Hanum menangis terisak, karena tadi dia menyentuh kulit Tama secara langsung.

Ia benar-benar mempercayai ucapan Tama jika mereka sudah melakukan hubungan suami istri semalam.

"Saya hanya bercanda! Setelah sampai di sini, ibu memeluk saya sepanjang malam. Saya merasa ternodai karena ibu!" ucap Tama mendelik.

Hanum langsung melihat jika pakaiannya masih utuh tanpa rusak atau pun terbuka. Ia bernapas lega ketika kesadarannya sudah terkumpul.

"Terima kasih," ucap Hanum tersenyum manis dengan mata sembabnya.

"Cih, Ibu sudah menodai saya!" ucap Tama ketus.

"Jangan sembarangan!" ucap Hanum memberi jarak.

Wajahnya tiba-tiba saja merona, ketika menyadari posisi mereka yang sangat dekat, bahkan saling berdempetan.

Ia membelakangi Tama agar pria tampan itu tidak kembali menggodanya. Suhu kamar sudah lebih hangat karena Tama menghidupkan pemanas ruangan, agar Hanum tidak kedinginan lagi.

Tama hanya tersenyum tipis melihat tingkah Hanum. Ia memilih untuk bangkit dari ranjang dan membersihkan diri.

Hanum menghela napas ketika pintu kamar mandi tertutup.

Sepertinya aku memang tidak akan keluar kamar selama satu minggu berada di sini. Batin Hanum sendu.

Ia memilih bangun dan melihat ke arah jendela yang sudah berembun.

Setidaknya selama satu minggu ini aku bisa beristirahat walaupun tidak terlalu tenang. Batinnya sambil menghela napas.

Ketika ia berbalik, Hanum terkejut karena Tama berdiri di belakangnya dengan hanya menggunakan handuk kecil yang begitu rawan jika terlepas.

Hanum langsung berpaling dengan wajah yang merona malu.

"Pakai baju sana! Ngapain juga pake handuk kecil seperti itu," ucapnya ketus.

Tama tersenyum jahil, ia merasa mendapatkan ide bagus agar bisa mengerjai Hanum. Ia berjalan mendekat ke arah sang istri dan memeluknya dari belakang.

"Bukannya kita sudah sah, Sayang? Bukan hanya sekedar melihat saja, menyentuh pun juga sudah boleh," ucap Tama lirih di telinga Hanum.

Gadis itu terdiam dengan bulu kuduk yang meremang mendengar ucapan Tama. Namun ia berusaha untuk melepas pelukan dari suaminya itu. Karena sungguh, ia merasa dilecehkan saat ini. Apa lagi ada sesuatu yang terasa aneh di antara kedua pahanya.

Tama mendekap Hanum dengan sangat erat karena handuk kecil itu terlepas dan jatuh ke lantai.

"Tenanglah, Bu! Handuk saya terjatuh!" ucap Tama.

Hanum terkejut dan langsung membeku. Situasi seperti apa yang tengah ia hadapi saat ini? Pikirnya. Ia serasa ingin menangis dan memukul suami tampannya ini menggunakan tongkat baseball.

"Tolong jangan memancing amarah saya! Pakai baju anda cepat!" ucap Hanum tegas sambil menutup matanya.

Tama hanya tersenyum dan langsung melepaskan pelukannya dari Hanum. Ia merasa senang karena berhasil mengerjai sang dosen yang begitu tegas menjadi salah tingkah seperti sekarang.

"Apa ibu mau ikut keluar? Saya lapar dan ingin memakan sesuatu, sepertinya street food di sini sudah mulai rame," ucap Tama sambil mengenakan bajunya.

"Pergilah, saya nanti memesan makanan yang ada di sini saja," ucap Hanum tanpa menoleh.

Ia masih menatap jendela kamar yang buram itu. Sementara Tama menahan tawa karena Hanum tidak ingin melihatnya.

"Ibu yakin tidak mau ikut?" tanya Tama sekali lagi.

"Tidak, pergilah! Saya tidak akan kuat berada di luar!" ucap Hanum sedih.

Walaupun ia sangat ingin berjalan-jalan di sana, namun kesehatannya lebih penting saat ini.

"Baiklah, kalau begitu saya sekalian keluar dan memesan kamar di sebelah," ucap Tama.

Hanum hanya mengangguk dan menatap Tama dengan sendu. Sungguh ia merasa buang-buang waktu berada di sana.

"Aku harap ini cepat berakhir! Berada dalam satu ruangan dengan Tama, sungguh membuatku frustrasi!" gumam Hanum sambil memijit pelipisnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!