"Aku sudah membayar mahal tubuhmu. Aku takkan pernah melepaskanmu." kata pria kejam itu pada Deandra Ailsie.
"Tolong, Tuan. Saya mohon lepaskan saya." gadis malang itu memohon sambil menangis dan meronta.
Verrel Aditya Ceyhan sang CEO tampan dan kaya raya telah membeli gadis itu dari pamannya dengan harga mahal. Surat perjanjian sudah ditandatangani dan gadis itu sah menjadi miliknya selamanya.
"Kau milikku! Selamanya kau hanya milikku!" ucap pria itu dengan suara mengerikan.
Deandra sangat membenci pria kasar itu. Gadis itu tak mengerti kenapa Tuan Verrel membelinya dari sang paman. Mereka pun menikah tanpa ada cinta. Bagi Verrel itu satu-satunya cara untuk memiliki Deandra selamanya.
Akankah Deandra bisa melepaskan diri dari cengkeraman pria kejam itu? Saat dirinya hanya dijadikan pemuas nafsu sang CEO. Atau sebaliknya, Deandra semakin terjerat oleh pesona gairah liar dari pria kejam itu. Disaat yang sama keduanya malah merasakan keterikatan tanpa adanya cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meta Janush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25. DEANDRA SUDAH SIUMAN
“Perkenalkan, saya Yuna, kepala pelayan disini.”
Deandra kembali memejamkan mata karena tak kuat dengan rasa sakit yang mendera seluruh tubuhnya. Terutama bagian kepala. Yuna berubah sangat cemas beranjak dari tempatnya, tapi bersamaan itu Alya datang membawa Dokter Romeo masuk kekamar tersebut.
“Dokter.”
“Biar saya memeriksanya dulu.”
Yuna mengangguk dan mempersilahkan dokter romeo untuk memeriksa keadaan deandra. Ia berdiri sambil mengamati, akhirnya kedua mata itu terbuka dan membelalak.
“Kau….”
“Ssssst…..” desis dokter romeo. “Kau masih sangat lemah. Jangan membuang tenagamu untuk bicara terlalu banyak. Anda butuh banyak istirahat.” Seraya mengeluarkan peraltan medisnya dan memeriksa keadaan Deandra.
Yuna tak melepaskan pandangannya dari sang majikan dan dokter kepercayaan sang tuan besar. Ada kejanggalan melihat respon wanita lemah itu saat melihat pada sang dokter. Romeo dengan teliti memeriksa luka-luka di wajah deandra, tanda-tanda vital dan cairan infus masih bekerja dengan baik. Ia mengembuskan napas lega. Meletakkan peralatan medis kedalam tas kerjanya.
“Bagaimana dokter?” dengan sigap yuna bertanya pada dokter romeo setelah selesai memeriksa deandra. “Dia sudah cukup baik. Tekanan darah kembali normal, pernapasan juga bagus, efek obat tidurnya sudah menghilang,” terang dokter romeo secara lengkap.
“Untuk saat ini, tak ada yang perlu di khawatirkan. Namun….kau harus mulai memberinya makan supaya ia punya tenaga,” pesan dokter itu seraya berpaling pada yuna.
“Baik, dok. Saya akan meminta pelayan untuk menyiapkan makanan untuk nona muda.”
“Satu lagi Yuna.” dokter romeo berkata lirih. “Jika dia mengingat sesuatu, katakan padanya untuk mengingat perlahan-lahan dan jangan memaksakan diri. Karena aku belum bisa memastikan keadaan psikisnya.”
Yuna tahu dan mengerti. “Baik, Dok. Saya mengerti.”
Romeo tersenyum tipis pada Yuna sebelum ia berpamitan pada deandra. “Aku akan datang lagi nanti sore. Jangan lupa untuk makan yang banyak agar kau cepat pulih, ya?” ucap dokter itu ramah. Deandra membalas dengan senyuman tipis. Setelah dokter pergi diantar salah satu pelayan, Yuna memerintah Alya menyiapkan makanan deandra.
“Mari nona, saya bantu untuk bangun.”
Wanita paruh baya itu membantu deandra mengambil posisi bersandar diatas ranjang. “Terima kasih….”
“Yuna. Panggil saya Yuna, nona.” Deandra tersenyum. Yuna pun menjelaskan posisinya dirumah ini sebagai kepala pelayan. "Bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan Bibi Yuna?" tanya Deandra yang merasa tidak sopan dengan memanggil nama wanita itu.
"Tapi, nona--"
"Saya tidak enak jika hanya memanggil namamu saja. Bolehkan?"
"Baiklah, nona muda." Yuna tidak keberatan sama sekali bahkan senang.
Tak lama kemudian, tiga pelayan masuk membawa troli yang berisi beberapa menu makanan, minuman dan buah-buahan. Deandra terkejut, tapi ia tak bisa banyak tanya, ia masih sangat lemah. Yuna menyuapinya dengan semangkuk bubur. “Sudah cukup bibi Yuna,” ucap deandra “Aku ingin minum air putih.”
Dengan sigap Yuna meletakkan mangkuk itu dan mengambil segelas air hangat. Para pelayan kemudian undur diri setelah mendapat perintah Yuna. Sedangkan ia masih berdiri tak jauh deandra yang meminta penjelasan dengan sorot mata sendu. “Tanyakan apa yang nona muda ingin tau.”
Deandra mengedarkan pandangan keseluruh ruangan, ia meneguk ludah setelah mengingat sesuatu, kemudian menatap yuna, ia bertanya.
“Aku dimana?”
“Di kediaman Tuan Verrel.”
Wajah deandra memucat dan terkejut setelah mendengar nama itu. “Verrel? Tuan Verrel?” Deandra membelalakkan mata seraya menahan rasa pening yang menyergap kepalanya. “Kamu...tadi bilang...siapa namanya?” tanya deandra lagi ingin memastikan.
Kepala pelayan itu menghela napas dalam-dalam dan mengulang kalimatnya dengan satu tarikan napas “Tuan Verrel Aditya Ceyhan. Tuan besar adalah CEO di Ceyhan Corporation. Dan kini deandra yakin bahwa verrel yang dimaksud adalah orang yang dia kenal, pria yang sangat dibencinya. Siapa yang tak kenalnya? Nama dari seorang pengusaha sukses dan orang terkaya di Asia dan tersohor di benua lain. Ia masih syok dan terkejut. Siapa yang menyangka jika saat ini ia berada dikediaman Verrel yang tersohor itu? Beberapa saat deandra hanya mematung. Ada beberapa pertanyaan menganggu pikirannya. Salah satunya adalah kenapa dia ada disini.
“Apakah anda baik-baik saja nona muda?” tanya Yuna cemas. Karena deandra hanya terdiam dengan mata terbuka. Deandra mengalihkan pandangannya. “Jangan memanggilku, nona muda.”
“Maaf, nona muda. Tapi Tuan Besar tidak mengijinkan kami untuk memanggil namamu saja. Nona adalah majikan dirumah ini” jelas Yuna yang membuat deandra semakin bigung. ‘Majikan? Apa maksudnya semua ini? Sejak kapan aku jadi majikan dirumah Tuan Besar? Kepalanya sakit lagi karena berpikir terlalu banyak,
“Sejak kapan aku disini?”
“Sejak kemarin siang. Asisten Tuan Besar yang membawa nona muda kemari.”
“Ke-kemarin?”
Yuna mengangguk. Deandra mencoba mengingat kejadian sebelumnya, tapi sial rasa sakit dikepalanya membuatnya kesulitan. “Arrghhh,” erang deandra dalam.
“Nona, jangan terlalu dipaksakan. Sebaiknya nona muda istirahat saja," seru Yuna panik “Nona harus istirahat untuk memulihkan kesehatan,” ucap Yuna lagi.
Ya, benar apa kata wanita ini. Ia harus memulihkan kesehatannya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Kini deandra menyadari kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Perlahan ia pun mengangguk “Baiklah. Aku akan istirahat.”
...**...
Disebuah ruangan bernuansa maskuin, tempat ternyaman bagi verrel berkutat dengan dokumen yang ia telaah sebelum disetujui dan ditandatangani. Sepasang mata hitam itu menatap sederetan angka yang tertera pad asalah satu proposal pengajuan kerjsama untuk beberapa tahun ke depan. Verrel memeriksa setiap detail dengan teliti, apalagi jika berurusan dengan uang maka ia sangat profesional tidak mengandalkan kedua sekretaris maupun sang asisten. Menghela napas dalam setelah selesai memeriksa semua dokumem.
Tumpukan dokumen hari ini lebih banyak dari kemarin. Tiba-tiba dering ponsel, melihat siapa yang menelepom “Halo.”
“Tuan, nona muda sudah sadar.”
Senyum lebar terlihat menghiasi bibirnya, raut wajahnya berubah berbinar seperti baru memenangkan lotere. “Sedang apa dia sekarang?”
“Istirahat, Tuan. Tadi nona muda berusaha untuk beranjak dari ranjang tapi saya melarangnya dan bilang pada nona muda jika Tuan tidak menginjinkan.”
“Baiklah, Yuna. Aku akan pulang lebih awal. Awasi terus dia dan pastikan dia makan makanan sehat. Berikan apapun yang dia minta.” Entah sadar ataupun tidak, verrel tersenyum setelah panggilan telepon terputus. Meletakkan ponselnya dan kembali berkutat dengan pekerjaan. Ia ingin menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat agar ia bisa pulang lebih awal hari ini.
...***...
Ia membuka mata perlahan, mengerjap sesaat sebelum bangun. “Nona muda mau kemana?” tanya Tami yang setia menunggu majikannya. “Aku ingin ke kamar mandi.” jawab Deandra dengan suara sengau dan sangat lemah.
“Mari saya bantu nona muda.”
“Tidak perlu, aku bisa...”
“Ini sudah menjadi tugas saya, nona. Jika nona menolak dan saya tidak melakukan pekerjaan dengan baik, Tuan Besar akan menghukum saya,” sela pelayan itu menjelaskan pada deandra. Tak ada penolakan setelah Tami menjelaskan padanya. Ia tak ingin menyusahkan orang lain apalagi jika itu berarti berhubungan dengan Tuan Verrel, deandra bisa membayangkan hukuman kejam yang akan didapatkan pelayan itu.
semangat dean