Perjuangan seorang Nayra Kalista yang menghadapi begitu kerasnya dunia ini, dunia yang tak adil untuk dirinya hidup. Dari kecil menjadi seorang yatim-piatu, hidup di panti asuhan, rela putus sekolah demi menjadi tulang punggung bagi saudaranya di panti asuhan. Sampai akhirnya harta satu-satunya yang dijaga selama ini direnggut oleh pria asing yang Nayra sama sekali tak kenal.
Hidupnya hancur bertubi-tubi. Apakah ia bisa menjalani hidup nya kembali setelah apa yang ia alami selama ini? Apakah Nayra bisa bahagia dengan cobaan yang begitu berat ini?
yuk mampir biar tau perjalanan hidup Nayra!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 25
🍁🍁🍁
"Keadaan ku tak pa-pa tapi keadaan Alden yang tak baik-baik saja."
"Memangnya Alden kenapa?" tanya Baim terlihat cemas.
"Suhu tubuh Alden tadi malam panas, jadi hari ini aku nggak masuk ke kantor untuk bisa menjaga Alden di rumah."
"Sekarang Alden ada di mana sekarang?"
"Ada di kamar."
Tanpa meminta izin dari Nayra, Baim langsung masuk menemui Alden di dalam.
"Om Baim..." Alden begitu senang melihat Baim datang menjenguknya.
"Kamu sakit apa jagoan?"
"tubuh Alden terasa panas Om..."
"Ayok Alden makan buburnya!" tiba-tiba saja Nayra menimbrung pembicaraan Alden dan Baim.
"Nggak mau!" Alden tetap kekeh tak mau memakan buburnya.
"Ayok jagoan! Katanya Alden jagoan tapi kenapa makan bubur saja tak mau."
"Rasa bubur tak enak Om..."
"Kalau buatan Mama Nayra pasti enak, jadi ayok makan buburnya."
"Nggak mau!"
"Kalau Alden nanti sembuh Om Baim akan membelikan Alden mainan robot-robotan tapi kalau mau sembuh harus makan buburnya."
"Baiklah Om, Alden mau memakan buburnya."
Baim pun menyuapi Alden buburnya. Walaupun Alden terlihat terpaksa memakannya tetapi buburnya sudah habis gara-gara rayuan dari Baim. Sedangkan Nayra terlihat tersenyum melihat anaknya bisa menghabisi buburnya tanpa tersisa.
"Alden begitu sangat dekat dengan Baim, apapun perkataan Baim pasti Alden turuti.
"Apakah aku harus menerima cinta Baim agar anakku bisa merasakan mempunyai Ayah?" batin Nayra.
"Nay, di mana obat Alden? Aku mau memberi minum obat untuk Alden agar dia cepat sembuh."
"Astaga! Aku lupa membelikan obat tadi, di rumah obat untuk anak sudah habis. Kalau gitu aku pergi dulu ke apotik untuk membelikan Alden obat."
Nayra mau bersiap-siap membelikan Alden obat tapi Baim mencegah kepergian Nayra.
"Biar aku saja yang membelikan Alden obat ke apotik, lebih baik kamu jaga Alden saja di sini nanti dia mencarimu lagi."
"Kalau gitu ini uang untuk beli obatnya."
"Nggak usah! Aku ada uang nih jadi nggak perlu kasih aku uang segala."
"Pokonya ambil uang ini, Alden anakku dan aku seharusnya yang membayar obatnya bukan kamu," Nayra memberikan Baim uangnya.
Sebenarnya Baim tak mau menerimanya tapi Nayra tak mau bila ia yang membayar semua obat Baim jadi mau bagaimana lagi Baim harus menerima uang Nayra.
Tak lama dari kepergian Baim terdengar suara orang mengetuk pintu kontrakan Nayra. Nayra yang berada di kamar Alden kembali pergi membukakan pintu.
"Bukannya baru saja Baim pergi? Tapi kenapa dia udah balik secepat ini," gumam Nayra yang mengira Baim lah yang sedang mengetuk pintu.
"Kok kamu cepat sekali pulang_" belum saja Nayra menuntaskan perkataannya lebih dulu dia melototkan matanya melihat bukan Baim yang mengetuk pintu.
"B-bapak s-sedang apa di sini?" tanya Nayra begitu gugup.
"Saya hanya ingin menjenguk anak mu saja," jawab Andrian.
"T-tapi bukannya B-bapak sedang_"
"Apa kamu tak suka bila saya ke sini hm?"
"B-bukan gitu Pak, tapi..."
Nayra belum menyelesaikan perkataannya terlibat dahulu Alden teriak-teriak memanggilnya.
"Kalau gitu Bapak duduk dulu, saya mau lihat anak saya dulu."
Nayra mempersilahkan Andrian masuk ke dalam. Setelah itu Nayra meninggalkan Andrian sendirian di ruang tamu untuk melihat Alden ya dari tadi memanggilnya.
"Ada apa Sayang, manggil-manggil Mama?" tanya Nayra dengan lembut ke anaknya.
"Mama, Alden minta tolong ambilkan mainan Alden di atas itu!" tunjuk Alden ke arah lemari besar itu.
"Alden kan lagi sakit? Lebih baik Alden istirahat saja nanti kalau Alden sembuh Alden bisa kembali main-main lagi."
Bukannya menurut malah Alden semakin kencang menangis agar mamanya bisa menuruti permintaannya. Mendegar suara Alden menangis Andrian pun langsung tergerak melihat Alden di kamar.
Karena kontrakan Nayra yang tidak terlalu besar membuat Andrian gampang mencari kamar tempat Alden dan Nayra.
"Bapak ngapain masuk ke sini?" tanya Nayra yang terkejut melihat Andrian tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.
"Saya tadi hanya mendengar suara anak kecil menangis, jadi saya ingin melihat kenapa dia menangis sekencang itu."
"Bukannya Om yang kasih Alden es cream?" Alden masih mengingat wajah pria yang membelikan nya es cream waktu itu.
Mendegar Alden yang masih mengingatnya Andrian pun mendekati Alden lalu berjongkok menyepadankan tingginya dengan tempat tidurnya. Sedangkan Nayra hanya melihat saja interaksi antara anak dan bapak yang tak mengetahui satu sama lain.
"Kenapa Alden menangis tadi? Kalau anak laki-laki nggak boleh menangis! Harus kuat."
"Alden hanya ingin bermain permainan itu, tapi Mama nggak ngebolehin Alden bermain," sambil menunjukkan permainannya yang ada di atas lemari itu.
"Alden harus nurut perkataan Mama, karena perkataan Mama semata-mata karena dia sayang sama Alden. Jadi untuk sementara Alden nggak boleh main dulu sebelum sembuh."
"Tapi..."
"Alden sayang kan sama Mama?" tanya Andrian lalu Alden menganggukkan kepalanya.
"Kalau Alden sayang sama Mama, Alden harus nurut apapun perkataan Mama, oke?"
"Oke!" Andrian dan Alden saling tos tangan untuk berjanji. Terlihat Alden begitu senang dengan perlakuan Andrian yang begitu lembut membuat Nayra tanpa sengaja terlihat tersenyum. Ada rasa bersalah dan rasa menyesal telah menyembunyikan kebenaran dari mereka berdua tapi masih ada luka di dalam hatinya yang belum bisa terobati sampai saat ini.
Setelah itu Andrian kembali ke ruang tamu lalu Nayra menyajikan Andrian kopi serta cemilan untuk Andrian.
"Ini Pak kopinya di minum!" Nayra meletakkan kopi dan cemilannya di meja.
"Berikan ini ke Alden sebagai hadiahnya dari saya."
"Ini apa Pak?" tanya Nayra yang melihat hadiah dari Andrian begitu besar dan terasa berat.
"Kamu kasih saja ke Alden, pasti dia senang mendapatkan hadiah itu."
"Baiklah."
Nayra menaruh hadiah pemberian Andrian di belakang. Nanti ia akan kasih ke Alden ketika sudah sembuh.
Tak lama kemudian Baim sudah pulang dari apotik. Karena ruang tamu dan pintu utama kontrakan Nayra satu jadi Baim dan Andrian terlihat memandangi satu sama lain.
"Kamu siapa?" tanya mereka berdua dengan serempak.
"Saya yang harusnya bertanya kenapa kamu langsung masuk begitu saja ke rumah orang lain tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu."
"Saya adalah..."
"Baim kamu sudah pulang?" tiba-tiba saja Nayra yang baru datang langsung menyahut. Andrian melirik Nayra yang memang mengenali laki-laki itu.
"Nay, laki-laki ini siapa? Kenapa bisa ada di sini?" tanya Baim yang memang belum mengetahui Andrian.
"Perkenalkan ini Pak Andrian Bos ku di kantor, dan Pak Andrian perkenalkan ini Baim teman saya," Nayra memperkenalkan mereka berdua satu sama lain.
See you again...
LIKE DAN KOMEN YA! KALAU IKHLAS BOLEH DI VOTE JUGA ^_^
typoo yaaaa