NovelToon NovelToon
Mr. Billionare Obsession

Mr. Billionare Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Cintapertama
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Yusi Fitria

Semua berawal dari rasa percayaku yang begitu besar terhadap temanku sendiri. Ia dengan teganya menjadikanku tumbal untuk naik jabatan, mendorongku keseorang pria yang merupakan bosnya. Yang jelas, saat bertemu pria itu, hidupku berubah drastis. Dia mengklaim diriku, hanya miliknya seorang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusi Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 21

Elbarra menggenggam tanganku erat, kemudian mengajak untuk kembali masuk kedalam ruangan. Saat kami masuk, semua pasang mata melihat kami bingung.

"Bagaimana, Sayang?" tanya Mama setelah kami duduk ditempat semula.

"Tanya saja ke Elbarra langsung, Ma." jawabku lesu.

Kembali perhatian tertuju kearah Elbarra. Ia menatapku sejenak, lalu tersenyum simpul. "Kami menikah saat Sisi sudah lulus kuliah, Ma.."

Semua orang diruangan itu bernafas lega dan wajah mereka tak kalah bahagia. Sedangkan aku, hanya bisa tersenyum kecut. Usiaku saja baru akan beranjak 22 tahun.

"Syukurlah, Mommy begitu senang mendengarnya.." Mommy tersenyum tulus kepadaku, aku pun membalas senyumannya.

"Baiklah. Kalau begitu sebaiknya kita pulang..." Daddy mengakhiri acara makan malam kami, dia berdiri lebih dulu lalu diikuti oleh yang lain.

Kami berpisah di depan restaurant, karena Mommy dan Daddy akan kembali kerumah mereka. Sementara Aku dan Mama akan kembali ke apartementku dengan diantar oleh Elbarra tentunya.

Awalnya Elbarra menawarkan kami untuk tinggal dirumah mewahnya, namun dengan tegas aku menolak. Aku ingin menghabiskan waktu bersama Mama, berdua. Untunglah ia menyetujuinya tanpa banyak bicara.

Di dalam mobil aku bergeming sambil memikirkan apa yang akan terjadi, lalu Elbarra dan Mama sibuk mengobrol. Sesekali Mama mengajakku bicara, dan aku hanya menjawab apa adanya.

Tibalah saat di pekarangan apartement, Elbarra hendak turun namun aku langsung menahannya.

"Kau langsung pulang saja. Aku dan Mama ingin istirahat!"

Matanya menyipit menatapku, seolah curiga. Aku memutar bola mata jengah. Mama yang tahu akan kondisinya, memilih untuk turun lebih dulu dan membiarkan aku untuk berbicara berdua dengan pria itu.

Tiba-tiba Elbarra menarik tubuhku kedalam pelukannya. Aku sedikit kaget, namun sedetik kemudian aku mengatur ekpresiku agar kembali seperti semula.

"Ingatlah kata-kataku, Sayang! Selagi menunggu masa itu tiba, jangan coba melarikan diri dariku apalagi berpikir untuk mencari pria lain. Kemanapun kau pergi, aku akan mencarimu. Meski keujung dunia sekalipun."

Oh sungguh, aku begitu jengah mendengarnya. Aku membalasnya hanya dengan deheman singkat tanpa minat.

"Sisi, aku serius!" Elbarra melepaskan pelukan kami, ia melayangkan tatapan tajamnya kearahku.

"Iya, El.. Aku mengerti. Bisa aku keluar sekarang?"

"Sebentar lagi, Sayang. Aku masih merindukanmu."

Pria menyebalkan itu mencium bibirku, kedua pipiku, kening lalu berakhir di hidung. Sepertinya ia sedang bahagia, sejak dari acara makan malam tadi, Elbarra jadi bersemangat dan senyum tanpa henti.

Setelah puas menciumku, akhirnya Elbarra memperbolehkanku untuk keluar. Jendela kaca mobilnya terbuka, ia berpamitan pada Mama begitupun denganku. Aku membalasnya dengan senyum paksa sambil melambaikan tangan.

Hufttt... Aku bisa bernafas lega saat mobil itu bergerak keluar dari pekarangan. Sambil memasang wajah cemberut, aku bergelayut manja di lengan Mama. Kami berjalan menuju kamarku yang ada di lantai tujuh.

"Mama tidak sabar melihatmu mengenakan gaun putih,"

Pergilah Elbarra, terbitlah Mama. Aku baru ingin bernafas lega, tapi Mama masih ingin membahasnya.

"Mama kenapa suka banget sih sama Elbarra?" gerutuku.

"Karena Elbarra baik, dan juga tampan." Mama tertawa, "Apalagi setelah melihat orangtua Elbarra yang begitu menyukaimu, Mama jadi semakin kalau kamu bersamanya, kamu pasti akan bahagia, Nak."

Benar sih. Mommy Valentina dan Daddy Sebastian menyukaiku, begitupun aku yang menyukai mereka. Tapi sayangnya, aku tidak tahu apakah aku sudah menyukai Elbarra atau belum. Hatiku masih ragu.

"Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Pergilah membersihkan diri, habis itu istirahat."

Aku mengangguk. Aku masuk ke kamar mandi lebih dulu, sementara Mama mungkin sedang menunggu giliran. Di depan cermin, aku memandang wajahku lekat-lekat. Apa aku secantik itu hingga Elbarra tergila-gila?

Sesekali percaya diri tidak masalah bukan? Aku memang cantik xixixi.

Urusanku sudah kelar, gantian Mama yang membersihkan diri. Aku merebahkan tubuhku dikasur sambil memandang langit-langit kamar. Sebentar lagi aku akan menikah, rasanya aku belum siap.

Dering ponsel mengalihkan perhatianku, aku mencari sumber suara ternyata benda pipih itu masih berada di dalam tas. My Husband menelpon. Elbarra sendiri yang memberi nama tersebut di ponselku.

Kuabaikan saja panggilan darinya. Namun semakin diabaikan, Elbarra semakin gencar menghubungi.

"Mau apalagi sih?" Buru-buru aku mengambil ponselku yang tergelatak, segera aku menekan tombol hijau.

^^^"DARIMANA, HAH?"^^^

Aku sedikit menjauhkan ponselku dari telinga, teriakkannya begitu memekakkan. "Tadi lagi di kamar mandi."

^^^"Jangan berbohong, Sayang!"^^^

Nafasku terdengar berat. Sampai kapan aku di kekang seperti ini?

"Jika tidak percaya, tanya pada Mama."

^^^"Hmm, baiklah aku percaya. Lain kali jika aku menelpon, segera diangkat. Kau mengerti?"^^^

Kuanggukan kepala ini, "Kenapa menelponku? Aku lelah ingin segera istirahat."

^^^"Aku merindukanmu, Sayang. Dua hari ini kau tinggal di apartement. Biasanya saat aku bangun tidur, yang kulihat pertama kali wajahmu. Kenapa kau bersikeras tinggal di apartement, kenapa tidak pulang saja kesini?"^^^

Tidak tahukah kau betapa jengahnya aku melihatmu, El? Sayangnya, aku hanya bisa menyimpan kata-kata itu dalam hatiku. Jika kuutarakan, bisa-bisa Elbarra akan menyeretku kembali ke mansionnya.

"Tapi 'kan setiap hari kita masih bertemu, El."

^^^"Aku tahu. Tapi rinduku sudah tidak tertahan, Sayang. Kembali saja yaa kesini?"^^^

"Tidak, El. Aku ingin tinggal di apartementku bersama Mama. Aku ingin menghabiskan waktu berdua bersamanya."

Kudengar helaan nafas yang panjang, sepertinya dia kecewa.

^^^"Baiklah. Besok aku akan menemuimu."^^^

"Hmm,"

^^^"Jika butuh sesuatu, kabari aku kapan saja, oke?"^^^

"Baiklah, Tuan Elbarra..."

Terdengar suara tawa dari ujung telepon, apa yang begitu lucu?

^^^"Sampai bertemu besok, Sayang. Aku mencintaimu.."^^^

"Hmm,"

Kuputuskan sambungan telepon kami. Mendengar suara Elbarra membuatku ketar-ketir tidak karuan.

"Siapa, Sayang?" tanya Mama yang baru keluar dari kamar mandi.

"Siapa lagi."

Mama terkekeh geli, "Baru saja berpisah dua jam yang lalu, tapi Elbarra sudah merindukanmu."

Aku tak menanggapi Mama, aku memilih untuk memeluk guling. Kubenamkan wajahku di guling dan berusaha untuk tidur.

Satu jam...

Dua jam...

Tiga jam...

Akhirnya aku menyerah. Semakin kucoba, semakin sulit untuk tertidur. Kulirik Mama disampingku yang sudah terlelap, mungkin beliau kelelahan jadi cepat tertidurnya.

Ini semua gara-gara Elbarra. Karena ucapannya tadi di resto, aku jadi kepikiran dan berakhir tidak bisa tidur. Ahhh, rasanya aku ingin pergi saja. Tapi, bagaimana dengan Mama?

Ting!

Sebuah notif masuk ke ponselku. Bergegas aku mengambilnya, dan ternyata Evelyn yang mengirimiku pesan.

^^^Aku dengar kau akan menikah dengan Elbarra setelah lulus kuliah, apa itu benar? ~Evelyn^^^

Dengan cepat aku membalasnya, jariku menari diatas keyboard.

Entahlah, Eve. Mungkin saja iya.

Aku mengklik kata 'kirim'. Tak sampai satu menit, Evelyn membalasnya lagi.

^^^Kau masih ragu? Jika iya, aku akan membantumu bicara dengan kedua orangtuaku dan juga Elbarra. Mereka pasti akan mengerti. ~Evelyn^^^

Orangtuamu mungkin akan mengerti, tapi tidak dengan saudaramu. Elbarra akan semakin marah dan berakhir dengan memaksaku untuk menikah dalam waktu dekat.

Kuabaikan sejenak pesan dari Evelyn. Hingga sesuatu yang tak terbayangkan terpikir olehku. Aku tersenyum lebar, kemudian membuka kembali pesan darinya. Bukan untuk membalas pesan itu, tapi aku ingin menghubunginya dan mengutarakan maksudku.

"Hallo, Eve..." ucapku saat panggilannya telah tersambung.

^^^"Ada apa, Si?"^^^

"Tolong pesankan tiket pesawat ke Indonesia untuk penerbangan besok?"

Aku tahu tindakanku ini nekad. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Sebentar saja aku ingin merasakan kebebasan.

Maafkan aku, El. Biarkan aku sendiri untuk sementara waktu.

1
Ika Yeni
baguss kak ceritaa nyaa ,, semangat up yaa 😍
Yushi_Fitria: Terima kacih😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!