NovelToon NovelToon
Assassin Cantik Incaran CEO Dingin

Assassin Cantik Incaran CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Romansa / Menyembunyikan Identitas / Agen Wanita / Enemy to Lovers
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Yita Alian

Zona Khusus Dewasa

Adriel (28), sosok CEO yang dikenal dingin dan kejam. Dia tidak bisa melupakan mendiang istrinya bernama Drasha yang meninggal 10 tahun silam.

Ruby Rose (25), seorang wanita cantik yang bekerja sebagai jurnalis di media swasta ternama untuk menutupi identitas aslinya sebagai assassin.

Keduanya tidak sengaja bertemu saat Adriel ingin merayakan ulang tahun Drasha di sebuah sky lounge hotel.

Adriel terkejut melihat sosok Ruby Rose sangat mirip dengan Drasha. Wajah, aura bahkan iris honey amber khas mendiang istrinya ada pada wanita itu.

Ruby Rose tak kalah terkejut karena dia pertama kali merasakan debaran asing di dadanya saat berada di dekat Adriel.

Bagaimana kelanjutannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 ACICD - Daddy Jahat

Ruby menahan satu tarikan napasnya sesaat begitu Adriel berhenti beberapa langkah di hadapannya.

Jujur saja, dia teringat mimpinya semalam. Dengan Adriel. Dadanya seketika menggedor kuat dari dalam seperti mau loncat keluar.

"Daddyyyyy…" sahut Narell. Bocah laki-laki itu segera berpindah ke pelukan Adriel.

"I’m here, little boy," sahut pria itu mengusap kepala sang keponakan, lalu memeriksa sekujur tubuh Narell, memastikan anak itu tidak terluka.

"Daddy! Tunti Wuby keyennn! Tuntie Wuby ngalahin penjahat dan menyelamatkan Ayel."

"Hm," Adriel hanya menyahut sekilas. Dia mengerutkan kening begitu melihat bekas ikatan di pergelangan tangan kecil itu. Dia kemudian menoleh sedikit ke arah asistennya.

Hanya dengan lirikan, Hougan mengerti dan segera berlari ke arah Adriel.

"Bawa Narell ke mobil medis," titah Adriel, mengoper Narell ke Hougan.

"Tunty Wuby juga ikut Ayel!" seru bocah itu. Ruby hanya menoleh tanpa satu katapun yang keluar dari bibirnya, dia diam daritadi.

"Daddy mau bicara sama dia, jadi kamu ikut uncle Hougan dulu," kata Adriel dingin. Hougan segera membawa Narell menjauh.

Adriel melirik sebentar ke arah bangunan, di mana para penculik sudah dibawa satu persatu keluar dengan tangan diborgol.

Setelah itu, Adriel menatap Ruby, tajam dan penuh tekanan. Wanita itu sampai menahan napas sekilas. Ruby pun bingung, kenapa jika di dekat Adriel, logikanya langsung luluh runtuh.

"Sepertinya saya harus mengingatkan posisi kamu lagi, Ruby Rose," akhirnya Adriel buka suara. Dingin menusuk.

Ruby mengernyit heran. "Maksud Anda?"

"Berhenti mendekati saya Ruby Rose!" Tapi tak sadar Adriel yang maju selangkah untuk mengiris jarak di antara mereka. Ruby spontan mendongak pada sosok tinggi itu.

"Anda masih mengira saya menggoda Anda?"

"Bukan mengira, kamu memang melakukan itu."

"Soal di PTT, saya melakukan pura-pura ciuman itu untuk menghindari introgasi dari petugas keamanan, tidak ada maksud lain, Pak Adriel."

"Oh ya? Kamu pikir saya percaya dengan omongan wanita licik seperti kamu?"

Deg.

Rasanya seperti ada anak panah yang menancap di dada Ruby. Adriel ini begitu keterlaluan kalau bicara. Setelah dituding wanita penggoda, dia sekarang dikatakan licik.

Adriel maju selangkah lagi sehingga jarak mereka makin menipis, rahang pria itu mengetat.

"Setelah semua skenario yang kamu mainkan dan tidak berhasil membuat saya terpikat, kamu sampai menggunakan Narell untuk menarik perhatian saya!" ujar Adriel dengan nadanya yang naik satu oktaf, meski hanya Ruby yang mendengarkan.

Ruby mengerutkan keningnya. Ngomong apa pria ini? Kenapa dia narsis sekali. Tapi lebih dari itu, suara tinggi Adriel membuat hati Ruby perih. Kenapa?

Padahal tadi papi Narell juga membentak Ruby, tapi dia tidak masalah. Tapi kenapa kalau Adriel, hatinya seperti dicekik.

"S-saya tidak mengerti dengan maksud Anda, Pak Adriel," sahut Ruby. Pelan. Seperti gumaman.

"Jangan pura-pura nggak ngerti," desis Adriel. "Kamu bekerja sama dengan para penculik itu untuk menyekap Narell dan kamu... dengan jiwa pahlawan datang jadi penyelamat dia. "Well, what did you expect from me, Ruby Rose? That i said", terima kasih sudah menyelematkan keponakan saya, saya beruntung mengenal kamu, apa kamu mau jadi istri saya?"

Ruby menggigit bibir dalamnya. Matanya berkaca-kaca. Kenapa Adriel begitu kejam dengan semua omongan itu? Kenapa pula Ruby peduli dengan kata-kata pria ini?

"Sekali lagi saya tekankan, kamu bukan Drasha, kamu bukan istri saya! Jangan berpikir karena kamu punya wajah yang sama seperti Drasha sampai kamu berpikir untuk menggantikan dia!"

Ruby menelan salivanya. Wajahnya sama seperti… Drasha?

"Buang jauh-jauh niat kamu mendapatkan saya, Ruby Rose!" napas Adriel memburu.

"Saya justru muak dengan kamu! Kamu sampai menggunakan orang-orang terdekat saya untuk menarik perhatian saya!"

"Saya biarkan kamu kali ini! Tapi, ke depannya kalau kamu memanfaatkan orang-orang terdekat saya lagi, saya akan –," kalimat Adriel terpotong lantaran Narell tiba-tiba datang dan meninju pahanya.

Bugh!

Tidak sakit, Adriel cuma terkejut karena ini pertama kalinya dia menerima pukulan kecil Narell, dengan sorot mata yang kesal pula.

"DADDY JAHAT!" bentak Narell. Anak kecil itu lalu berdiri di depan Ruby. Dia mengulurkan telunjuknya pada Adriel.

"Kok Daddy malah-malah sama Tuntie Wuby, hmm!?"

Hougan buru-buru menyusul. Dia tidak menyangka Narell pergi dari petugas medis saat dia menerima telepon. Adriel hanya melirik asistennya itu tajam.

Adriel memebungkuk sedikit dan meraih kedua pundak kecil keponakannya. "Daddy dan Ruby Rose bicara masalah orang dewasa, Narell, jadi…"

"Nggak! Ayel liat tadi Daddy malahin Tuntie Wuby, Tuntie Wuby udah nyelamatin Ayel sampe berdalah, kok Daddy malah jahat ke Tuntie Wuby!"

Narell kemudian meraih tangan Ruby dan menariknya. "Tuntie Wuby ayo ikut Ayel obatin lukanya."

Ruby tidak menolak, dia mengikuti tarikan tangan mungil Narell. Sementara itu, Adriel melirik bahu Ruby. Ternyata benar, ada luka goresan sekitar beberapa sentimeter dan berdarah di sana.

"Pak, Nona Ruby memang tidak ada kaitannya dengan penculikan tuan kecil," sahut Hougan. Adriel langsung menoleh pada laki-laki muda itu.

"Kamu yakin?"

"Iya, Pak, saya sudah konfirmasi dari informan yang ada di GMG, kalau Ruby Rose memang sejak siang tadi berangkat untuk liputan di pedalaman. Dia diberi sanksi karena pagi ini melewakan tiga liputan." Hougan mendekat dan memperlihatkan sebuah rekaman CCTV pom bensin di layar tablet yang dia pegang. "Ini mobil Nona Ruby yang tiba di pom bensin beberapa saat setelah mobil penculik, Pak."

"Nona Ruby singgah di pom bensin setelah liputannya selesai, Pak."

"Untuk lebih detailnya, kita akan tunggu hasil pemeriksaan para penculik itu, Pak."

Adriel diam menatap layar tablet, memperhatikan rekaman CCTV yang sedikit buram itu. Setelahnya, dia mengangkat pandangannya ke arah mobil medis. Ruby Rose tampak sedang diobati oleh petugas di sana.

Sial. Kenapa Adriel sekarang malah merasa bersalah pada wanita itu?

Di sisi lain, Ruby duduk tenang di kursi lipat yang disediakan petugas medis. Dia sedikit meringis ketika lukanya disemprotkan antiseptik.

"Aduhhh, sakit yah, Tuntie..." sahut Narell, dia duduk di kursi lipat sebelah Ruby dengan tangan menutupi wajah, tapi mengintip di antara sela-sela jarinya, matanya bulat seperti kucing kecil yang ketakutan tapi penasaran. Tangan Narell juga naik turun seperti tirai kecil yang gugup.

Ruby menangkap tingkah menggemaskan Narell dan meski bahunya nyeri, bibirnya terangkat sebentar. "Tuntie nggak apa-apa, kok, Ayel," bisiknya, menenangkan, "cuma perih dikit."

"Tuntie Wuby hebat," puji Narell.

Tak lama, bahu Ruby sudah ditutupi perban. Narell kemudian memberikan selimut tipis pada Ruby.

"Dipakai Tuntie, udalanya dingin," ujar Narell.

"Makasih yah, Ayel." lampu merah-biru memantul di wajah Ruby yang mengulas senyum.

Tak jauh dari mereka, Adriel memperhatikan wanita itu. Wajahnya. Senyumannya. Lagi-lagi dia mengingat Drasha.

Pria itu menghela napas, wajah Adriel tidak lagi keras seperti tadi saat memarahi Ruby. Ada kelembutan yang samar di wajah datar itu.

Dia kemudian melangkah sambil membawa dua gelas kertas berisi cokelat panas yang masih mengepul.

Begitu tiba di hadapan Ruby, Narell langsung beranjak dari kursi dengan selimut kebesaran di tubuh mungilnya. Dia berdiri tegap di depan omnya yang dipanggil daddy itu.

Tangan kecil Narell merentang seperti hendak melawan raksasa jahat. Wajahnya serius sekali.

"Kalau daddy mau malahin Tuntie Ruby lagi…" dia bersuara dengan nada penuh keberanian dan menantang, "lawan Ayell dulu, hm!"

Adriel terdiam, terpental antara terkejut dan nyaris tertawa. Ruby juga mengembuskan napas kecil yang hampir seperti tawa, sementara Narell tetap berdiri di sana. Pendek, mungil, tapi gagah seperti penjaga setia.

"Daddy nggak marah, Daddy bawain cokelat panas buat kamu dan Ruby Rose." Adriel kemudian mengarahkan tatapannya pada Ruby. Wanita cantik itu juga memandanginya. Netra mereka saling terpaku. Lagi.

1
shabiru Al
apa alasan arnetta menculik drasha dan mencuci otaknya,, selain karna drasha berbakat jadi assasin pasti aada alasan lain nya..
mrsinch
/Coffee/ buat othor smangatttt💪
mrsinch
nyadar trnyta/Sweat/
Maya Lara Faderik
entah lah seperti apa kisah ini diceritakan ikuti alurnya
Nadiraa Star
ya yg elu bntak emg istri ellu adriel/NosePick/
Unaa
goyahhh nihh tp ngakunya kaga/NosePick/
Unaa
lanjutttt thorrrrr
Yita Alian: stay tuned🥰
total 1 replies
Merry Rianti
lanjut kk semangat terus yaaa
Merry Rianti
🤣😍 wajar sih lah wong Ruby istrimu
Merry Rianti
tumbang ditangan ruby😱😱😱
Merry Rianti
kalo hougan tau bahwa yang nembak istrinya gimana ya reaksinya
Merry Rianti
biar ga mencurigakan ide bagus
Merry Rianti
kebetulan banget ini kok bisa pas banget ya
Merry Rianti
makanya jangan jadi pengkhianat Lu. coba balik posisi. lu punya perusahaan gede. terus karyawan lu mengkhianati lu. lu bakal gimana dah? maaf doang kaya gitu. terus lu bakan Nerima maaf karyawan lu?😱
sindi
oh jadi ini alasan kenapa dipanggil daddy
sindi
kepo sama diri sendiri
sindi
jelas dilindungi 🙂
sindi
bercermin coba. itu drasha kalo lu bercermin 🤣
sindi
hahahah permainan wanita licik ya driel
sindi
yaampun kirain nayrel anaknya adriel. ternyata bukan 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!