NovelToon NovelToon
The Secret Marriage

The Secret Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Pernikahan Kilat / Nikahmuda / Persahabatan / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Marfuah Putri

Adelina merupakan seorang selebgram dan tiktokers terkenal yang masih duduk di bangku SMA.

Parasnya yang cantik serta sifatnya yang periang membuatnya banyak disukai para followers serta teman-temannya.

Tak sedikit remaja seusianya yang mengincar Adelina untuk dijadikan pacar.

Tetapi, apa jadinya jika Adelina justru jatuh cinta dengan dosen pembimbing kakaknya?

Karena suatu kesalahpahaman, ia dan sang dosen mau tak mau harus melangsungkan sebuah pernikahan rahasia.

Pernikahan rahasia ini tentu mengancam karir Adelina sebagai selebgram dan tiktokers ratusan ribu followers.

Akankah karir Adelina berhenti sampai di sini?

Akankah Adelina berhasil menaklukkan kutub utara alias Pak Aldevaro?

Atau justru Adelina memilih berhenti dan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marfuah Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sekolah Baru Adelina

Hari ini adalah hari pertama Adelina masuk ke sekolah barunya. Setelah melihat-lihat kemarin, dia memutuskan untuk sekolah di sana saja. Lingkungannya lumayan jauh dari hiruk pikuk kota Bandung. Suasananya juga masih asri dan adem. Jauh lebih baik daripada sekolah lamanya.

Secangkir kopi nyaris tak tersisa. Tapi yang ditunggu belum juga ke luar kamar. Entah, apa yang dilakukan gadis itu di sana. Jangan-jangan dia kembali tidur.

Aku bangkit dari sofa. Gak sabar rasanya. Apalagi hari ini aku ada kelas dengan mahasiswaku.

"Del!" panggilku sambil mengetuk pintu kamar.

"Bentar!" sahutnya dari dalam.

Tak lama pintu terbuka disusul dengan munculnya kepala gadis itu. Dia tersenyum, nampak semakin cantik dengan make up tipisnya.

"Sudah siap?" tanyaku.

Dia mengangguk kecil, kemudian keluar sempurna tubuhnya dari balik pintu. Gadis dengan seragam SMA itu menarik lenganku cepat ke luar rumah. Menuju mobilku yang terparkir di halaman.

"Ayo masuk," ucapku saat dia hanya berdiri di samping mobil.

Matanya menatap ke arah jalan seperti tengah menunggu seseorang.

"Bentar, Mas," sahutnya tanpa mengalihkan pandangan.

Gadis aneh. Tadi dia yang cepet-cepet keluar. Sekarang malah gak tau nungguin siapa.

Sebuah mobil sedan berwarna silver berhenti di depan pagar rumah. Mataku menyipit melihat siapa yang datang. Dua gadis berseragam sama dengan Delina turun dari mobil. Ngapain mereka ke sini?

Delina segera menyambut dua sahabatnya itu. Mereka berpelukan layaknya gadis alay pada umumnya.

"Ehem!" Aku berdehem saat pelukan itu gak terlepas juga.

"Ngapain kalian ke sini? Bukannya pada sekolah malah ke sini," omelku saat mereka mendekat ke arah mobilku.

"Ini juga mau sekolah, Om. Eh, bukan, suaminya Delina. Gue harus panggil apa Del sama suami lo?" Raina melirikku.

"Serah lo. Yang penting jangan Mas, apalagi Sayang," sahut gadis itu.

Delina mendekat, membungkukkan tubuhnya untuk melongok ke dalam mobil. Menatapku dengan mata berbinar.

"Mereka mau ikut pindah, Mas," ucapnya.

Pindah? Apa mereka juga ketahuan nikah sama pihak sekolah?

"Kalian ketahuan nikah juga?"

Mereka menggeleng cepat, "Enak aja. Kita tuh sahabat yang baik, yang gak bakal ninggalin sahabatnya. Kalau Delina pindah sekolah, kita juga harus pindah. Percuma sekolah di sana kalau gak ada Delina. Gak asik, ya gak, Sen?" ucapan Raina langsung mendapat anggukan setuju dari Senja.

"Enya atuh, A'," sahut gadis berdarah sunda itu.

Delina menatap kedua sahabatnya terharu. Kembali mereka berpelukan dengan mata yang berkaca-kaca. Drama sekali hidup mereka.

"Sudah, cepat kalian naik atau nanti kalian terlambat," perintahku yang langsung dituruti oleh ketiga gadis itu.

Delina duduk di sampingku sementara kedua sahabatnya duduk di kursi belakang. Perlahan aku menjalankan mobil, melaju dengan kecepatan sedang menuju SMA Ardhana. Perjalanan diwarnai dengan canda tawa dari ketiga sahabat itu.

Delina mengeluarkan sekotak es krim dari dalam tasnya. Lalu membaginya dengan Raina dan Senja. Aku hanya diam mengamati tingkah kekanakan ketiga sahabat ini. Pantas saja mereka bisa langgeng bersahabat, kelakuannya aja gak jauh beda.

Ck, dasar bocah!

"Mas, mau?" tawarnya seraya menyodorkan kotak es krim yang telah berkurang tiga biji. Aku menggeleng menolaknya, emang aku bocah kayak mereka.

Aku melirik ke arah Delina yang tengah menikmati es krimnya, ditemani lantunan suara merdu dari Agnes Monica dengan salah satu judul lagunya--Jera--yang mengalun lewat speaker mobil. Delina mengikuti setiap lirik yang dinyanyikan penyanyi berusia 34 tahun itu.

Aku menggeleng pelan melihat noda es krim di ujung bibirnya. Dasar bocah, makan es krim saja masih belepotan.

Tanganku terulur menyentuh ujung bibirnya. Mengusap pelan noda es krim yang menempel di sana. Gadis itu bergeming menatapku.

"Sen, kayaknya kita salah mobil deh. Mentang-mentang udah nikah, mesra sembarangan. Gak mikirin perasaan kita yang jomblo," bisik Raina pada Senja yang masih dapat kudengar.

Segera aku menarik tanganku dari bibir Delina dan melemparkan tisu padanya.

"Huwaa ...!"

"Lo kenapa?" tanya Delina heran melihat Senja yang tiba-tiba berteriak seperti orang bego.

"Sabar, Sen. Gue juga jomblo bukan cuma lo doang, tapi gue gak nangis lebay kayak lo gini." Rain yang merasa senasib dengan gadis berambut ikal itu mengusap pelan punggungnya.

"Bukan itu," ucap gadis itu.

"Terus apa?" tanya Raina lagi.

"Kaki aing keinjek sia, Rain!" teriaknya seraya menunjuk ke bawah.

Jiaaahh!

"Kalian jangan aneh-aneh di sekolah baru. Jangan bandel-bandel, ikuti semua instruksi yang diberikan. Paham?" Layaknya seorang bapak yang tengah mengantar anak-anaknya ke sekolah baru, aku tak hentinya memberikan wejangan pada gadis-gadis ini.

Mereka mengangguk patuh.

"Ya udah, saya mau pergi dulu," pamitku.

"Mas!" panggil Delina sebelum aku memasuki mobil.

Aku memutar badan sambil mengangkat satu alisku. Dia nyengir seraya mengulurkan tangannya.

Oh, mau cium tangan rupanya. Aku menyambut uluran tangannya, tapi justru ditepis kasar oleh gadis itu.

"Ih, bukan salim! Mana uang jajannya?" Aku menepuk jidat.

Selembar uang berwarna biru keluar dari dalam dompetku dan langsung berpindah tangan ke gadis itu. Ia tersenyum kecil kemudian meraih tanganku dan menciumnya.

"Terima kasih, Pak Suami," ucapnya.

Dua gadis di belakang Delina segera maju, berdiri tepat di samping Delina. Mereka dengan kompak mengulurkan kedua tangannya sambil menatap berbinar ke arah dompetku.

"Mau apa kalian?" selidikku.

Mata mereka menunjuk ke arah dompetku sambil tersenyum lebar. Aku mengembuskan napas berat, bertambah lagi dua gadis nakal dalam hidupku.

Kembali aku membuka dompet kulit berwarna coklat itu dan mengeluarkan dua lembar uang dengan warna yang sama. Kuletakkan dua lembar uang itu masing-masing di atas telapak tangan mereka.

Mata mereka mendelik, "Kok cuma dua rebu?" protes Raina.

"Ck. Masih untung saya kasih duit. Dengar ya, dua ribu itu penting, karena tanpa dua ribu gak akan ada seratus ribu. Jadi, terima aja itu buat beli cilok, lumayan kan?"

"Halah. Ngomong aja pelit. Ayo, Guys, kita masuk!" Raina dengan raut kesalnya menarik tangan kedua sahabatnya itu masuk ke dalam gerbang sekolah.

Aku meraih hape di kantong celana saat benda pipih itu bergetar. Sebuah pesan singkat dari Anaya. Dahiku mengernyit membaca isi pesan itu.

...🍉🍉...

Suara renyah Sabrina dengan lagu Way Back into Love menyambut saat aku mulai memasuki kafe dengan suasana tenang nan romantis ini. Kafe bergaya klasik dengan ornamen kayu yang menghiasi setiap sudutnya menambah suasana nyaman tersendiri.

Aku melangkah menuju sebuah meja bundar di sudut kafe, di mana seorang wanita cantik tengah menunggu di sana. Dia segera berdiri menyambutku dengan senyum manis terukir di bibir sensualnya. Aku menepis tangannya yang akan menggerayang ke lenganku. Menghempaskan tubuh di kursi kayu bercat kecoklatan itu.

Ia merenggut sebelum kembali mendudukkan bokong sintalnya di kursi yang bersebrangan denganku. Rasanya sangat muak saat kembali di hadapkan dengan wajah cantiknya. Aku heran, apa yang dulu sangat aku kagumi dari wanita ini?

"Al, kamu inget gak kafe ini?" Dia membuka perbincangan seraya mengamati sekeliling kafe.

Tentu saja aku ingat. Kafe ini adalah tempat di mana aku menyatakan perasaanku padanya sekaligus tempat favorit kami menghabiskan waktu saat penat dengan tugas kampus. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan semua kenangan yang ada di setiap sudut kafe ini?

"Saya sudah lupa," kata itu yang keluar dari mulutku.

Terdengar kejam, tapi emang harus dengan cara kejam bukan untuk meninggalkan sesuatu yang menyakitkan?

Wajahnya berubah sendu. Hanya sepersekian detik kemudian berubah kembali seperti biasa. Senyum manis lagi-lagi terukir di bibirnya.

"To the point saja, saya tidak punya banyak waktu," ketusku seraya menyesap secangkir espresso di atas meja.

"Aku mau kamu tinggalin gadis itu," ucapnya santai.

"Apa hakmu memerintahku seperti itu?" tanyaku berusaha terlihat biasa saja.

"Aku gak suka liat kamu sama dia, Al. Gadis murahan itu gak pantas buat kamu."

"Murahan? Heh." Aku tertawa sinis.

Aku bangkit dari dudukku kemudian mencondongkan tubuhku mendekat ke arahnya. Menatap tajam sepasang mata berhias bulu mata lentik itu.

"Lebih murahan mana dengan wanita yang rela meninggalkan calon suaminya demi laki-laki tua bangka?" ucapku dingin namun tajam.

Anaya bergeming. Dapat kulihat raut ketakutan dari bibirnya yang gemetar.

"Dengarkan ini baik-baik. Sekali lagi saya dengar kamu ngomong sesuatu yang buruk tentang istri saya, saya pastikan status kamu sebagai nyonya Mahatma akan berakhir sampai di sini. Paham?!"

Anaya mengangguk pelan. Segera aku menarik tubuhku dan melenggang pergi meninggalkan wanita itu.

"Kalok gue gak bisa milikin lo, maka gak boleh ada satu pun orang yang milikin lo, Al!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!