Kalisha Maheswari diwajibkan menikah karena mendapat wasiat dari mendiang Kakek Neneknya. Dirinya harus menikah dengan laki laki yang sombong dan angkuh.
Bukan tanpa sebab, laki laki itu juga memaksanya untuk menerima pernikahannya karena ingin menyelamatkan harta mendiang kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaJenaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Qtime sejenak
Edward yang sedang berada di ruang kerjanya bergegas menuju RS Cahaya Baskoro. Saat ia akan menuruni tangga, ia pun berpas-pasan dengan istrinya yang saat itu yang sedang membuka kamarnya.
"Mau kemana mas?" Tanya Khalisa.
"Aku..aku ada urusan sebentar." Jawab gugup Edward.
"Apa aku boleh ikut? Aku bosan." Tanya Khalisa yang membuat edward sedikit bingung.
"Baiklah ayo. Pakailah pakaian yang menutupi semua tubuhmu! Diluar sangat dingin!" Tutur Edward yang sekaligus mendapat anggukan dari Khalisa.
Khalisa dengan cepat masuk kedalam kamarnya untuk mengganti pakaiannya. Kali ini ia memakai joger pant dan kaos panjang serta menggelung rambutnya.
Edward yang melihat penampilan Khalisa hanya bisa menggelengkan kepalanya. Karena Edward merasa Khalisa tak mengetahui selera fashion masa kini. Namun, Edward masih mengagumi kecantikan istrinya itu.
"Ayo mas. Aku sudah siap." Ucap Khalisa.
Edward pun reflek menarik tangan Khalisa. Khalisa hanya bisa memandang genggaman tangan Edward dan mengimbangi langkahnya.
Mereka memasuki mobil yang dikendarai oleh Edward sendiri. Mobil yang digunakan Edward adalah jenis mobil sport karena ia benar benar mengutamakan waktu agar sampai disana lebih cepat.
"Mas, pelan pelan. Aku takut!" Ucap Khalisa yang sedikit menjerit.
"Tahan sedikit, aku sedang buru-buru." Ucap Edward dengan pandangannya masih fokus menatap jalan.
"Memangnya kita mau kemana mas?" Tanya Khalisa.
"Kita mau ke rumah sakit. Sekertaris Fian sudah menabrak orang." Ucap Erward yang pandangannya masih lurus kedepan.
"Kok bisa mas? Lalu korbannya tidak papa mas? Mas tau dari mana?" Cecar pertanyaan Khalisa.
"Khalisa Maheswari! Aku akan menciummu jika kau bertanya lagi!" Ucap Edward yang sukses membungkam mulut Khalisa.
Mobil Edward pun telah sampai di pelataran rumah sakit miliknya itu. Para tim medis pun memberikan anggukan hormat kepada Edward dan memandang aneh kepada Khalisa yang berada dibelakang Edward.
Mereka pun berjalan menuju ruang inap yang telah diberitahukan oleh sekertarisnya itu.
"Fian!" Teriak Edward memanggil sekretarisnya itu.
"Tuan, Nona" sapa sekertaris Fian dengan mengangguk.
"Bagaiamana korbannya? Apa kau sudah mendapatkan identitasnya?" Tanya Edward.
"Sudah tuan. Ini identitasnya." Jawab sekertaris Fian dengan menyodorkan KTP korban.
Khalisa pun turut melihat KTP itu dan betapa terkejutnya dia setelah melihat nama dan wajah yang berada diatas kartu tanda pengenal itu.
"Devi???" Ucap kaget Khalisa yang sontak membuat Edward dan Sekertaris Fian menoleh ke arahnya.
"Kamu mengenalnya?" Tanya Edward kepada Khalisa.
"Tentu saja, dia adalah sahabatku dulu saat SMA. Aku berpisah dengannya karena dia harus ikut paman dan bibinya pergi ke kota untuk berkuliah." Tutur Khalisa.
"Syukurlah!. Bisa kau beri tau nomor telfon keluarganya?" Tanya Edward.
"Dia sama sepertiku." Jawab Khalisa yang kemudian menundukkan kepalanya. Melihat istrinya yang sedih, tangan Edward dengan cepat memegang tangan Khalisa seolah berusaha menenangkannya.
"Fian, kapan kita bisa menemuinya?" Tanya Edward.
"Masih belum bisa tuan. Kita harus menunggu pasien melewati masa kritisnya." Jawab Fian.
"Semoga Devi tidak papa." sahut Khalisa.
"Tidak akan terjadi apa apa. Kita harus berdoa," Tutur Edward yang membuat Khalisa merasa kagum dengan suaminya itu.
"Maafkan saya tuan!" Ucap sekertaris Fian yang tiba tiba berlutut di depan edward.
"Hei apa yang kau lakukan Fian? Selain kau sekertarisku, kau juga temanku. Tidak perlu begini!" Kata Edward yang membantu sekertaris Fian berdiri.
Khalisa yang melihat perilaku Edward pun semakin tersentuh dengannya. Ia tak menyangka, orang yang selama ini ia anggap kejam, jahat bahkan tak berperasaan, teryata memiliki sisi lain yang tak diketahui banyak orang.
"Lebih baik kau pulang dulu Fian! Aku akan menyuruh orang untuk berjaga disini. Besok kau kembali lagi kesini!" Ucap Edward kepada Fian yang tidak merespon perkataannya..
"Percayalah padaku. Pulanglah!" Tuturnya lagi.
"Baiklah tuan. Setelah anda pulang, saya akan pulang juga." Ucap sekertaris Fian yang pasrah.
"Baiklah." Ucap Edward.
"Mas, tapi aku pingin lihat keadaan Devi," Pinta Khalisa.
"Besok kita akan kembali kesini. Sekarang mari kita pulang dulu!" Ucap Edward yang membuat Khalisa mengangguk pasrah.
Banyak karyawan rumah sakit itu merasa heran dengan kehadiran sosok wanita diantara dua orang berpengaruh tersebut. Namun mereka hanya menyumpal mulutnya rapat rapat.
Edward dan Khalisa masuk kedalam mobil sedangkan sekertaris Fian menunggu mobil Edward pergi terlebih dahulu.
"Kamu mau makan di luar?" Tanya Edward tiba-tiba.
"Memangnya boleh?" Tanya balik Khalisa.
"Yasudah kalau tidak mau," pungkas Edward.
"Aku mau kok. Aku sudah lama ingin makan sambal. Apa kita boleh mampir di warung pinggir jalan?" Tanya Khalisa dengan meremas bajunya.
"Baiklah." Ucap singkat Edward.
Mobil pun melaju pelan karena Khalisa ingin mencari warung makan yang masih buka.
"Mas, itu disana ada warung yang masih buka." Ucap Khalisa dengan menunjuk warung makan yang masih buka.
Mobil Edward pun berhenti di samping warung makan tersebut. Mereka pun keluar dari mobil. Mata Edward tak henti hentinya menelisik keadaan sekitar warung tersebut. Warung makan yang hanya berupa gerobak dan sebuah tenda. Tidak ada sebuah kursi untuk duduk, hanya ada meja kecil dan tikar untuk tempat makannya.
"Kamu yakin mau makan di tempat seperti ini?" Tanya Edward yang kembali meyakinkan Khalisa.
"Iya mas. Mas ngga mau ya?" Tanya Khalisa sedikit kecewa.
"Bukan begitu, aku hanya belum terbiasa." Jawab jujur Edward.
"Yasudah ayo kita pulang saja." Ucap Khalisa yang sedikit kecewa.
Khalisa pun berjalan kembali untuk membuka pintu mobil Edward, namun belum dapat dua langkah, tangannya ditarik oleh Edward.
"Aku akan mencoba. Jangan marah seperti itu." Ucap Edward dengan memegang pergelangan tangan Khalisa berusaha menenangkannya.
Tanpa aba aba, Khalisa pun berlari menuju warung makan tersebut dan memesan beberapa menu.
"Dasar!" gumam Edward yang merasa gemas dengan tingkah istrinya itu.
anggota mau lapor ketua
si edwar lagi salting ketua
khalisa mau di bawa ke mertua🤣🤣