Pernikahan Adelia dan Reno terlihat sempurna, namun kegagalan memiliki anak menciptakan kekosongan. Adelia sibuk pada karir dan pengobatan, membuat Reno merasa terasing.
Tepat di tengah keretakan itu, datanglah Saskia, kakak kandung Adelia. Seorang wanita alim dan anti-laki-laki, ia datang menumpang untuk menenangkan diri dari trauma masa lalu.
Di bawah atap yang sama, Reno menemukan sandaran hati pada Saskia, perhatian yang tak lagi ia dapatkan dari istrinya. Hubungan ipar yang polos berubah menjadi keintiman terlarang.
Pengkhianatan yang dibungkus kesucian itu berujung pada sentuhan sensual yang sangat disembunyikan. Adelia harus menghadapi kenyataan pahit: Suaminya direbut oleh kakak kandungnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Pagi hari di ibu kota seharusnya membawa optimisme.
Tetapi bagi Adelia, cahaya yang masuk melalui jendela adalah pengkhianatan visual.
Di tengah matahari yang cerah, jiwanya diselimuti kabut gelap,
Karena kebenaran yang ia temukan semalam, berbau vanila dan garam air mata.
Ia tidak lagi melihat Reno sebagai suami ia melihatnya sebagai musuh.
Ia tidak lagi melihat Saskia sebagai kakak; ia melihatnya sebagai bayangan yang harus ia singkirkan.
Adelia duduk di sudut kamar mandi, syal kasmir maroon itu ada di tangannya. Syal itu bukan hanya bukti, itu adalah simbol yang berbicara ribuan kata kebohongan. Kehancuran itu datang bukan dengan gemuruh, melainkan dengan keheningan yang mematikan. Ia tidak menjerit. Ia tidak menangis. Rasa sakitnya begitu besar hingga ia memilih untuk menjadi batu yang menganalisis.
Ia menimbang setiap potongan bukti yang ia miliki: jejak lumpur di mobil, penolakan keintiman Reno, kata "pengkhianatan" yang ia dengar samar, dan kini, syal milik Saskia dengan inisial 'S'. Semua itu menyimpulkan satu kebenaran yang kejam Saskia tidak bertemu mantan kekasih. Saskia bertemu Reno. Anak itu, adalah anak suaminya.
Adelia merasakan mual yang luar biasa, tetapi ia menahan diri. Ia tidak boleh hancur. Ia harus menjadi lebih cerdas dari mereka.
Adelia bangkit, menatap pantulannya di cermin. Ia melihat seorang wanita yang baru lahir dingin, tajam, dan penuh perhitungan. Bayangan di cermin itu bukanlah Adelia yang rapuh, melainkan Adelia sang predator.
Ia menyembunyikan syal itu di dalam brankas pribadinya, di bawah dokumen saham, sebagai bukti yang tak boleh hilang. Sebelum menyimpannya, ia mencium syal itu sekali lagi, membiarkan aroma vanila Saskia menjadi racun yang menguatkan tekadnya.
Pukul delapan pagi. Adelia berjalan ke meja makan. Reno sudah duduk di sana, membaca surat kabar, wajahnya terlihat lega dan sedikit sombong sombong karena ia merasa berhasil mengatasi krisis terbesarnya.
"Pagi, Sayang," sapa Reno, nadanya riang. Ia mencium pipi Adelia. Adelia membiarkannya, ciuman itu kini terasa seperti sentuhan lintah. Adelia duduk, senyumnya sempurna, senyum yang terasa seperti pecahan kaca yang memantulkan kebohongan.
Reno menyesap kopi. "Aku lega semuanya selesai, Sayang," katanya. "Urusan bisnis semalam berjalan lancar. Aku berhasil mendapatkan semua yang kubutuhkan. Sekarang, aku bisa fokus padamu.
Liburan Bali kita memang perlu, tapi final touch di ibu kota ini jauh lebih penting." Adelia tahu "urusan bisnis" itu adalah pengasingan Saskia.
Adelia kemudian menguji Reno. Ia mengambil cangkir tehnya, menatap Reno lekat-lekat. "Mas, aku senang kamu berhasil. Tapi aku ingin tahu, apakah orang yang kamu temui semalam itu... apakah dia benar-benar bisa dipercaya? Aku tidak mau kamu salah memilih mitra di tengah masalah sensitif ini."
Reno menegang sebentar, lalu tertawa kecil, mengira Adelia masih khawatir tentang masalah bisnis. "Tentu saja, Sayang. Aku memilih mitranya dengan sangat hati-hati. Dia adalah orang yang paling bisa kuandalkan saat ini. Aku berani menjamin itu." Saskia memang yang paling bisa kuandalkan untuk menjalankan alibi ini, pikir Reno.
Tidak puas hanya dengan itu, Reno, dalam usahanya meyakinkan Adelia, kembali mengungkit alibi ciptaannya. "Aku juga membuat kemajuan tentang pencarian Dion, Sayang," kata Reno, meletakkan surat kabar.
"Semalam aku mendapatkan konfirmasi. Pria itu benar-benar seorang kontraktor yang bekerja di pinggiran kota. Dia punya utang besar, dan dia sering berganti identitas. Aku akan melanjutkan pencarian ini melalui jalur hukum yang lebih kuat. Kita akan menemukan pria itu dan memaksanya bertanggung jawab."
Adelia mendengarkan kebohongan yang rinci itu dengan ekspresi wajah yang datar. Dia berbohong dengan mata terbuka. Dia menyuruh Kakakku hamil dengan alibi yang sama persis dengan yang dia buat sendiri. Seberapa jauh dia merencanakan ini?
"Mas," kata Adelia, suaranya manis. "Kamu sungguh suami yang luar biasa. Tapi jangan terlalu memaksakan diri. Biar aku bantu meringankan bebanmu." Reno menjawab dengan cepat, "Tidak perlu, Sayang. Ini adalah tanggung jawabku, sebagai kepala keluarga, dan sebagai paman bagi anak Kakakmu." Penolakan Reno yang terlalu cepat hanya mempertebal kebohongan itu di mata Adelia.
Setelah Reno pergi ke kantor, Adelia segera bertindak.
Ia tidak akan menunggu bukti baru dari Reno; ia akan menciptakannya. Ia menghubungi Maria, asisten kepercayaannya.
"Maria," suara Adelia di telepon terdengar profesional dan dingin. "Aku punya permintaan yang sangat rahasia. Aku ingin kamu menyelidiki seorang pria bernama Dion Wirayudha, kontraktor yang bekerja di pinggiran kota." Adelia memberikan alasan yang cerdas "Cari tahu, apakah ada koneksi apa pun antara Dion Wirayudha dan perusahaan suami saya.
Aku curiga ini adalah identitas palsu yang digunakan untuk pencucian uang. Jika dia hanya hantu, kita akan membuktikannya." Permintaan ini, dengan fokus pada 'bisnis ilegal', adalah langkah awalnya untuk mengungkap fakta bahwa Dion hanyalah boneka yang dioperasikan oleh Reno.
Adelia kemudian mengambil ponselnya. Ia membuka foto pengaturan navigasi yang ia ambil semalam. Alamat yang Reno tuju tadi malam: Kompleks Apartemen Mawar, Blok C. Adelia membuka peta digital di laptopnya. Ia mencari alamat itu.
Apartemen Mawar... Itu adalah apartemen studio yang Saskia gunakan sejak ia pulang dari rumah lama mereka. Adelia memejamkan mata. Tubuhnya terasa dingin. Bukan masalah bisnis. Mas Reno tidak berbohong tentang tujuannya ke apartemen Kakakku.
Dia hanya berbohong tentang alasannya.
Kini, Adelia membandingkan bukti lain foto odometer yang ia ambil tadi malam dan angka di mobil pagi ini.
Jarak tempuh itu kecil, hanya cukup untuk perjalanan pulang-pergi dari rumah mereka ke Apartemen Mawar di pinggiran kota. Analisis Adelia tajam: Dia tidak perlu ke luar kota untuk mencari petunjuk. Dia hanya perlu menempuh jarak itu untuk bertemu Kakakku dan mengasingkannya.
Kebohongan Reno menjadi transparan, tetapi Adelia masih menyimpan satu harapan bahwa Reno pergi untuk membantu Saskia menghadapi Dion yang asli, dan syal itu kebetulan tertinggal di mobil saat mereka bicara. Ia harus menguji Saskia. Ia harus tahu apakah Saskia berbohong kepadanya, atau hanya ditipu oleh Reno.
Adelia berjalan ke kamar, membuka brankasnya. Ia menyimpan syal kasmir maroon berinisial 'S' itu bersama dengan ponselnya yang berisi foto odometer dan alamat GPS apartemen Saskia.
Setelah mengunci bukti, Adelia meraih ponselnya dan mencari nomor Saskia. Ia menelepon, tahu Saskia sekarang sudah berada di tempat terpencil yang Reno siapkan.
Saskia mengangkat telepon, suaranya terdengar jauh dan lirih. "Kak?" tanya Adelia, nadanya penuh kesedihan palsu.
"Ya, Sayang? Ada apa?" tanya Saskia, menjaga suaranya tetap normal.
"Aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal," kata Adelia, nadanya bergetar. "Aku minta maaf karena aku tidak ada saat kamu membutuhkanku. Aku berjanji akan terus mencari Dion. Tapi sebelum itu, aku ingin tahu. Apakah... apakah kamu benar-benar yakin pria bernama Dion Wirayudha itu yang melakukannya? Apakah kamu yakin dia yang harus kami cari? Katakan padaku, Kak, apakah ada rahasia yang lebih besar yang kamu sembunyikan dariku, yang bisa menghancurkan kita semua?"
Saskia terdiam lama. Keheningan itu begitu mematikan. Adelia bisa mendengar napas Saskia yang berat di ujung telepon.
"Aku... aku yakin, Sayang," jawab Saskia, suaranya seperti bisikan. "Dion Wirayudha adalah ayah dari anak ini. Aku tidak menyembunyikan apa pun lagi. Aku mohon, kamu harus percaya padaku, Del. Itu satu-satunya kebenaran yang bisa kuberikan padamu. Jangan mencari lagi. Biarkan aku pergi dengan damai."
Adelia menutup telepon. Ia tidak lagi sedih. Ia tidak lagi bimbang. Air matanya mengering, digantikan oleh kemarahan yang membara. Bukan hanya Reno yang mengkhianatiku. Kakakku sendiri, satu-satunya keluargaku, yang berbohong kepadaku demi melindungi suamiku. Dia telah menukar persaudaraan kami dengan pengasingan yang aman.
Adelia duduk di tepi tempat tidur, menatap brankasnya. Di dalamnya ada syal Saskia, berinisial 'S'. Ia tahu, pengkhianatan ini melibatkan dua jiwa yang paling ia cintai. Adelia menarik napas. Perburuan hantu telah berakhir. Perburuan kebenaran sejati baru saja dimulai, dan kali ini, ia akan bermain sendirian.