"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamil
"Udahlah, kamu tuh kurang-kurangin deh cari masalah sama Widia! Nanti kamu bisa kena omel sama ibu!"
"Lilis itu kerjanya sama mbak Sekar sama mas Adrian, jadi gak perlu takut sama ibu nyonya" ujar asisten rumah tangga itu dengan sombongnya
"Kamu tuh yaa"
***
Satu bulan berlalu, Adrian benar-benar menjaga jarak dari Widia yang menurutnya penyebab dari semuanya
Seperti biasa, pagi akan dimulai dengan kegiatan sarapan dan Sekar telah berada disana untuk menyiapkan semuanya
"Pagi sayang" sapa Adrian seperti biasa
"Pagi mas, loh Widia kemana ya? Tumben belum turun!"
Adrian tak menyahut, pria tampan itu lebih memilih untuk menikmati sarapannya, diikuti oleh Sekar yang duduk disampingnya
"Kamu serius makan sebanyak itu?" Adrian cukup tercengang melihat isi piring istrinya
"Aku juga gak tau mas, akhir-akhir ini nafsu makan aku naik, kalau aku gendut gimana ya?" Sekar terlihat ragu, namun beberapa Minggu ini memang nafsu makannya meningkat terlebih untuk makanan-makanan tertentu
"Ya nggak gimana-gimana, lagian kalau kamu gendut, pasti bakal gemesin" Adrian bahkan iseng mencubit pelan pipi mulus istrinya
"Mas Adrian.."
Tak lama Widia tiba dengan wajah yang begitu ceria, senyum manisnya sejak tadi tidak luntur membuat Sekar bertanya
"Ada apa Wid? Kamu keliatan seneng banget?"
"Selamat mas, kamu akan segera jadi ayah! Aku hamil!"
Semua orang terkejut, bahkan Adrian reflek berdiri dan menatap istri keduanya itu
"Kamu serius?" Tanya Adrian dengan wajah sumringah
Widia mengangguk cepat, lalu menunjukkan sebuah alat tes kehamilan yang menunjukkan dua garis berwarna merah
Adrian memeluk istri keduanya itu dengan sangat erat, beberapa kali pria itu mengucapkan terima kasih. Penantian selama bertahun-tahun akhirnya terwujud juga
"Terima kasih Widia, terima kasih!"
Sekar ikut berdiri disamping suaminya, ia ikut bahagia mendengar kehamilan adik madunya itu
"Selamat ya Wid"
Keduanya berpelukan setelah Adrian melepas pelukannya "Makasih mbak"
"Selamat mas" Sekar menatap suaminya
"Terima kasih sayang" Adrian pun memeluk istri pertamanya
"Oh iya Widia, kamu dirumah aja! Jangan banyak gerak! Dan kamu juga gak boleh lagi kerja jadi model itu!"
Adrian mulai posesif pada sang istri membuat Widia merasa bahagia. Rasanya Adrian terlihat seperti suami yang begitu mencintainya
"Iya mas!"
"Ya udah aku kekantor dulu! Aku titip Widia ya sayang!" Adrian menatap kearah Sekar
"Iya mas, kamu tenang aja" Sekar mengulas senyumnya
Setelah kepergian Adrian, Widia kembali ke kamarnya
"Kok mbak mau sih jagain mbak Widia?" Tanya Lilis tak habis pikir
"Itu memang tanggung jawab aku Lis, sudahlah!"
"Mbak Sekar jangan terlalu baik jadi orang, nanti kecewa sendiri loh!"
Sekar mengulas senyum "Kamu nih, curigaan mulu"
***
Hari sudah siang, Sekar hendak memeriksa keadaan Widia yang tengah hamil muda. Ditangannya ada sebuah nampan berisi segelas jus buah naga dan sepiring kecil potongan buah
"Wid, Widia.." Sekar berteriak memanggil adik madunya yang tidak terlihat dikamar tersebut. Namun suara dari dalam kamar mandi menghentikan langkahnya membuatnya mendekat
Huek
"Aku masuk ya Wid!" Tak ada sahutan, Sekar bergegas membuka pintu dan masuk kedalam kamar mandi dimana Widia tengah menunduk didepan wastafel dan mengeluarkan semua isi perutnya
"Kamu mual ya?"
Sekar mendekat, memijat tengkuk wanita hamil itu dengan lembut menciptakan rasa nyaman pada Widia
"Aku capek mbak" keluhnya
"Sabar ya, perjuangannya emang kayak gini!"
"Mbak jangan sok tau deh, mbak kan gak pernah hamil"
Ucapan itu tentu saja melukai Sekar, namun wanita cantik itu memilih untuk diam mengingat mood ibu hamil yang memang kerap berubah-ubah
"Aku bantuin kamu ke kamar ya!"
Widia mengangguk, Sekar memapah tubuh lemah Widia hingga wanita itu duduk di ranjangnya, bersandar pada headboard
"Kamu ingin sesuatu?"
Istri kedua Adrian itu menggeleng "Aku enek mbak"
"Minum jus aja gimana? Kamu belum makan dari pagi soalnya" bujuk Sekar
"Aku takut muntah lagi mbak"
"Dikit aja ya"
Widia menghela napasnya, lalu perlahan meminum jus buah naga yang telah dibuatkan oleh Sekar
"Makan buahnya juga ya" Sekar menyodorkan potongan buah melon pada Widia, hingga beberapa potong buah masuk kedalam perutnya
"Sekarang kamu istirahat! kalau ada apa-apa atau kamu butuh sesuatu, kamu panggil aku aja"
Widia mengangguk, wanita cantik itu mengubah posisinya menjadi berbaring dengan bantuan kakak madunya
Sekar tiba dikamarnya, hendak membaringkan tubuhnya namun tiba-tiba saja dirinya menginginkan sesuatu
"Kok aku pengen makan yang asem-asem ya?" Tanya pada diri sendiri "Minta Fasco cariin mangga muda kali ya?"
Sekar lalu memilih keluar dari kamar mencari salah satu asisten rumah tangganya
"Fasco" Pria seusia Sekar itu mendekat
"Iya mbak"
"Kamu cariin saya mangga muda ya! Didepan rumah pak Edi kayaknya ada deh. Kamu minta ya!" Pinta Sekar membuat Faisal mengerutkan keningnya
"Mbak Widia mau mangga muda?"
"Buat saya"
"Tumben mbak Sekar minta mangga?"
"Saya juga nggak tau, udah sana! Cepet yaa!" Titah Sekar dan langsung diikuti oleh pria jangkung itu
***
Adrian pulang lebih cepat, pria tampan itu segera menghampiri istrinya yang tengah bersantai didepan televisi sembari menikmati potongan buah mangga yang ia dapat dari tetangga bernama pak Edi
"Kamu makan apa itu?" Tanya Adrian yang telah duduk disamping Sekar
"Mangga. Mas mau?" Wanita cantik itu menyodorkan potongan buah itu kearah suaminya
"Dapet dari mana?"
"Minta sama pak Edi"
Adrian menggelengkan kepalanya "Ada-ada aja kamu"
Seketika wajahnya berubah kecut saat potongan buah mangga itu ada di mulutnya. Rasanya benar-benar asam, entah kenapa istrinya malah makan dengan lahap
"Asem banget sayang"
Sekar malah tertawa melihat wajah suaminya "Kamu lucu banget"
"Puas banget ngetawain suaminya?"
"Maaf maaf" Sekar menghentikan tawanya "Itu apa mas?"
"Oh ini tadi Widia pesen minta dibawain sushi, ngidam katanya!" Jawab Adrian menunjukkan paperbag yang ia bawa
"Mas Adrian" Widia segera menghampiri suaminya
"Wid, gimana keadaan kamu?" Adrian terlihat perhatian
"Lebih baik, tadi udah minum jus dari mbak Sekar" jawab Widia jujur
"Alhamdulillah!"
"Mana pesenan aku mas?" Widia menengadahkan tangannya
"Nih" Adrian memberikan satu kotak sushi kepada Widia
"Satunya lagi untuk siapa?" Tanya Widia saat melihat satu kota yang masih berada diatas meja
"Untuk Sekar"
"Untuk mbak Sekar? Kan yang ngidam aku, kok mbak Sekar dibeliin juga?" Widia terlihat kesal, terlebih ia cemburu melihat perhatian yang ditunjukkan oleh Adrian untuk Sekar
"Aku belinya pake uang aku, terserah aku mau beli buat siapa aja" ketus Adrian
"Udah mas" Sekar berdiri disamping suaminya "Kamu mau? Nih buat kamu aja, aku juga gak mau"