NovelToon NovelToon
SUSAN

SUSAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / CEO / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: SabdaAhessa

Susan tak pernah menyangka dirinya di timpa begitu banyak masalah.

Kematian, menghianatan, dan perselingkuhan. Bagaiamana kah dia menghadapi ini semua?
Dua orang pria yang menemaninya bahkan menyulitkan hidupnya dengan kesepakatan-kesepatan yang gila!

Akan kah Susan dapat melewati masalah hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SabdaAhessa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Balas budi!

Susan seperti orang linglung. Dia duduk di antara kedua makam. Sebelah kanan makam ayahnya, Tuan Leovarnost. Dan sebelah kiri makam ayah mertuanya, Tuan Sanders.

Dia menangis disana. Sambil terus memegang nisan ayahnya, namun matanya tak lepas dari makam ayah mertuanya.

Dua makam yang bersebelahan seperti keinginan Tuan Sanders. Dia pernah mengatakan pada Susan, bahwa dirinya ingin di makamkan di sebelah ayah Susan jika dia meninggal nanti.

Dan sekarang keinginan itu sudah terwujud.

"Ayah, aku ingin ke makam ibu." Kata Susan dengan lemah.

Makam Ibu Susan memang tak di makamkan disana. Dia di makamkan di di pegunungan, tempat kelahirannya. Susan jarang sekali kesana. Dia ingat terakhir kesana saat masih ada mendiang ayahnya.

"Ayah, katakan pada Peter, aku ingin sekali menamparnya sekarang, tapi dia sedang koma."

Susan menghapus air matanya.

"Kenapa? Kenapa ayah tidak memberitahu ku sebelum ayah pergi? Ayah sudah tau itu sejak lama kan?" Kata Susan menatap batu nisan Tuan Sanders.

"Lalu.. Aku harus bagaimana sekarang? Apa aku ikut dengan kalian saja?"

Susan menyeka air matanya lagi. Dia melihat langit yang mendung. Sebentar lagi pasti akan turun hujan.

Namun, Susan masih terlihat betah disana. Dia menyandarkan kepalanya di batu nisan ayahnya. Membiarkan setitik air hujan mulai membasahi dirinya.

Susan sudah kehilangan semuanya. Kepercayaan dan separuh nyawanya.

Badannya mulai basah karena air hujan. Namun, seketika ada sebuah payung di atas kepalanya. Membuatnya mengangkat kepala melihat siapa yang datang.

Edward!

Ya, dia datang saat Alice menelponnya bahwa Susan menabrak seseorang hingga meninggal. Edward dengan sigap langsung pergi ke tempat kejadian. Memerintahkan James untuk mengurus mayat itu sedangkan dirinya mencari Susan.

Susan terkejut dengan kedatangan Edward. Dia berusaha berdiri dan berjalan menjauh. Namun, Edward menahan lengannya.

"Jangan biarkan diri mu tenggelam lagi dalam kesedihan!" Kata Edward.

"Aku tidak suka melihat mu menangis!" lanjut Edward.

"Aku sudah kehilangan semuanya, Ed. Orang tua ku, anak ku, ayah mertua ku.." Kata Susan masih membelakangi Edward.

"Kau masih punya aku!" Kata Edward.

Susan tak menjawab. Masih diam mematung.

"Tidakkah kau sadar, kau sekarang seperti moster bagiku!" Batin Susan.

"Pulanglah!" Suruh Edward.

"Aku masih ingin disini!"

"Pulang!" Kata Edward dengan sedikit penekanan.

"Aku bilang, aku masih.."

"Pulang, Susan!" Edward menyela. "Ini tempat untuk orang mati!"

"Aku rasa aku juga sudah mati.."

Edward mulai muak. Dia membuang payungnya dan langsung menggendong Susan di bahunya seperti orang mengangkat karung beras.

"Edward lepaskan! " Susan memukuli punggung kekar Edward.

Namun Edward tak sama sekali terlihat kesakitan. Dia terus melangkah di bawah air hujan. Tubuh mereka berdua kini basah kuyup.Alice yang melihat itu segera membukakan pintu mobil.

Edward memasukkan tubuh Susan lebih dulu. Lalu dia juga segera masuk ke dalam mobil.

Alice langsung menutup pintu dan dia juga masuk ke mobil. Duduk di sebelah James yang menyetir.

Susan kini diam seribu bahasa. Dia hanya membuang muka ke luar jendela. Sambil terus memegangi ujung roknya. Karena dia tau, dirinya tak pernah berakhir baik-baik saja saat bertemu dengan Edward.

Sedangkan Edward membuka jasnya yang basah. Meninggalkan kemeja putih yang basah sehingga memperlihatkan dada bidangnya yang kekar. Dia terlihat marah dan kesal kepada Susan.

"Apa kau sudah gila, Susan! Kau menabrak orang hingga meninggal lalu kau pergi begitu saja seperti tidak terjadi sesuatu!"

"Kau malah menyuruh Alice untuk mengurusnya! Ada apa dengan diri mu!" lanjut Edward.

Alice dan James yang mendengar itu diam saja. Susan pun masih memilih diam.

"Kau boleh terpuruk karena kematian Tuan Sanders, tapi jangan seperti ini! Kau bisa mati perlahan!" Kata Edward menatap Susan.

"Bukankah kau sudah mengurusnya? Lalu apa lagi yang harus aku khawatirkan?" Kata Susan tanpa melihat ke arah Edward.

Edward terlihat terkejut dengan jawaban itu. Dia memegang tengkuknya.

"Jika aku tidak mengurusnya, kau sudah ada di penjara sekarang!" Balas Edward.

"Ingat, kau punya balas budi pada ku sekarang! Kau tau harus membalasnya dengan apa!" Lanjut Edward.

"Kembali ke mension ku, James!" Suruh Edward pada James yang sedang mengemudi mobil.

"Baik, Tuan." Jawab James.

Sontak Susan kembali menangis. Benar dugaannya, dia tidak akan baik-baik saja saat bertemu dengan Edward.

"Kenapa dia berubah menjadi cabul seperti ini?" Batin Susan.

Selama sisa perjalanan, seisi mobil hening. Tak ada yang bersuara kecuali isak tangisan Susan yang terdengar sedari tadi. Wanita itu seakan memiliki stok air mata tanpa batas untuk hari ini.

Mobil yang mereka tunggangi kini mulai memasuki halaman mansion. Edward segera keluar dari mobil meninggalkan Susan yang masih berada di dalam mobil.

Edward berbicara dengan seorang wanita. Itu adalah Bibi Rose, kepala pelayan di mansion milik Edward.

Bibi Rose terlihat mengangguk mengerti dengan perintah yang di berikan oleh Edward. Lalu pria itu berlalu masuk ke dalam mensionnya.

Bibi Rose segera menghampiri Susan. Dia membantu Susan turun dari mobil. Susan merasa cukup rindu dengan mansion ini. Mungkin karena telah lama dia tak datang kemari.

Susan juga begitu mengenal Bibi Rose karena dulu dia sering berkunjung kemari saat masih menjalin hubungan dengan Edward.

Bibi Rose memapah Susan menuju sebuah kamar di lantai atas menggunakan lift. Kamar yang bersebelahan dengan kamar Edward. Susan juga melihat ruangan perpustakaannya yang masih tertata rapi disana.

Karena Edward selalu meminta Bibi Rose untuk membersihkan perpustakaan itu. Tanpa memindahkan apapun disana. Walaupun hanya sebuah pensil di atas meja. Dia selalu mengatakan. "Susan pasti akan kembali kesini!"

Sesampainya di dalam kamar. Bibi Rose menyediakan peralatan mandi untuk Susan. Sedangkan Susan duduk di sofa dekat ranjang. Tak mampu melawan.

"Nona Susan, mau saya bantu mandi?" Tanya Bibi Rose.

Susan menggeleng.

"Baik kalau begitu, saya keluar dulu. Kalau nona membutuhkan sesuatu bisa panggil saya." Kata Bibi Rose.

Dia hendak keluar dari kamar.

"Bibi!" panggil Susan.

"Ya, Nona?"

"Bolehkah aku memeluk mu?" Susan menatap wanita paruh baya itu. Dia masih terlihat segar dan awet muda.

Susan ingat, dulu dia sangat dekat dengan Bibi Rose. Bahkan wanita itu sering menemani Susan membaca buku di perpustakaan.

Bibi Rose sudah sangat lama bekerja disini. Sejak masih ada mendiang ayah Edward. Dia sudah seperti ibu bagi Edward. Dia pula yang merawat Edward sedari bayi. Karena ibu Edward meninggal saat melahirkan dirinya.

Bibi Rose terlihat ragu dengan permintaan Susan. Namun dia juga tak sanggup menolak saat melihat wajah Susan yang kacau dan mata yang bengkak.

Karena sebenarnya dia juga sangat merindukan sosok Susan yang dulu sering datang ke mansion ini.

Bibi Rose melangkah mendekati Susan dan duduk di sampingnya. Susan langsung memeluk Bibi Rose dengan erat. Meluapkan semua emosinya. Kesedihan, kekesalan dan kekecewaannya yang dia pendam sendiri.

Bibi Rose membalas pelukan itu. Dia mengelus-elus punggung Susan. Badan wanita basah karena hujan. Namun, Bibi Rose terus memeluk Susan tanpa bertanya apa yang terjadi pada wanita itu.

Setelah sekian lama tak bertemu, mereka meluapkan rasa rindu satu sama lain. Susan masih menangis sesegukan. Masih mencoba mengontrol diri.

Sekian menit berlalu, akhirnya Susan dapat lebih tenang. Bibi Rose mengapus air mata Susan.

"Nona.. Semua akan baik-baik saja. Sabar ya.." Kata Bibi Rose.

"Nona pergilah mandi agar tidak masuk angin." Lanjut Bibi Rose.

Susan mengangguk. "Terimakasih."

"Sama-sama. Bibi senang bisa bertemu dengan Nona Susan lagi."

Mereka saling menatap.

"Bibi harus pergi. Masih ada pekerjaan lainnya. Nanti bibi siapkan pakaian untuk Nona Susan."

"Iya. Terimakasih sekali lagi." Kata Susan.

Bibi Rose segera bangkit dan keluar dari kamar. Sedangkan Susan masih mengumpulkan tenaga untuk pergi ke kamar mandi. Perlahan dia mengangkat tubuhnya.

Berjalan seperti orang linglung menuju kamar mandi. Dia segera melepas pakaiannya yang basah, segera menyalakan shower dan mandi disana.

Bersambung...

1
Riska Rosiana
skakmat🔥
mahessa
lahhhh🤣
mahessa
over all ini keren sih, wajib baca sih, terutama yg suka dirty novel, aku rekomendasi yg ini
mahessa
setuju sm si edward
Andreee
bakal jd masalah baru
mahessa
mampuss lu
mahessa
pikiran lu aja njingg
mahessa
betolll
mahessa
cekik aja
mahessa
kebiasaan
mahessa
fix ceraiii
mahessa
ya Allah Ed🤣
mahessa
waduhhh
mahessa
hmm si Edward
mahessa
iyalah, masa A🤣
mahessa
di kasih paham ya🤣
mahessa
flirting murahan🤣
mahessa
😶😶😶😶😶😶😶😶😶
mahessa
nah kan, udah ku duga dr awal kemunculannya
mahessa
ada karakter baru, pasti jg punya peran baru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!