IG : embunpagi544
Kematian istri yang paling ia cintai beberapa saat setelah melahirkan kedua buah hatinya, membuat hati seorang laki-laki bernama Bara seolah membeku, dan dunianya menjadi gelap. Cintanya ikut ia kubur bersama mending sang istri. Alasan kenapa Bara masih mau bernapas sampai detik ini adalah karena kedua buah hatinya, si kembar Nathan dan Nala. Bara tak pernah sedikitpun berniat untuk menggantikan posisi almarhumah istrinya, namun demi sang buah hati Bara terpaksa menikah lagi dengan perempuan pilihan sang anak.
SYAFIRA seorang gadis berusia 20 tahun yang menjadi pilihan kedua buah hatinya tersebut. Syafira yang sedang membutuhkan uang untuk pengobatan adik satu-satunya dan juga untuk mempertahankan rumah dan toko kue kecil peninggalan mendiang ayahnya dari seorang rentenir, bersedia menikah dengan BARATA KEN OSMARO, seorang duda beranak dua. Mungkinkah hati seorang Bara yang sudah terlanjur membeku, akan mencair dengan hadirnya Syafira? Akankah cinta yang sudah lama ia kubur bersama mendiang sang istri muncul kembali?
"Aku menikahimu untuk menjadi ibu dari anak-anakku, bukan untuk menjadi istriku..." Bara.
"Lebih baik aku menikah dengan om duda itu dari pada harus menjadi istri keempat rentenir bangkotan dan bulat itu..." Syafira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Siang hari di kantor, Bara baru saja selesai meeting dengan kliennya. Ia duduk di kursi kebesarannya sembari menatap sinis laki-laki paruh baya yang baru masuk ke ruangannya tersebut.
"Katakan, ada apa kemari?" tanya Bara dengan nada sinis. Tatapannya dingin dan sangat tidak bersahabat.
"Hah, ayolah, tidak ada salahnya kan seorang paman menemui keponakan tersayangnya?" balas laki-laki paruh baya tersebut tak kalah sinisnya.
"Aku tidak ada waktu untuk bermain-main, jika tidak ada yang penting, silahkan paman pergi dari sini," ucap Bara tegas, kali ini pandangannya fokus menatap layar pipih di depannya. Banyak pekerjaan harus ia selesaikan sebelum acara pernikahannya dengan Syafira beberapa hari lagi.
Tanpa di suruh, laki-laki yang di panggil Bara paman tersebut duduk di sofa dengan satu kakinya bertumpu ada kakinya yang lain. Bara hanya meliriknya sekilas, namun tetap acuh.
" Kapan kau akan memberikan posisi yang layak untuk Brandon?" tanya laki-laki paruh baya tersebut.
"Posisinya saat ini sudah paling bagus buat dia saat ini, dia masih baru. Masih perlu banyak belajar," jawab Bara tanpa menoleh.
"Ck, posisi sebagai manajer sudah paling bagus kamu bilang? Sepupumu sendiri kamu tempatkan sebagai manajer, sedangkan posisi wakil Presdir kamu berikan kepada orang lain, yang tidak ada hubungan darah sedikitpun, konyol!"
"Varel menjadi wakil Presdir, itu semua hasil dari rapat para pemegang saham jika paman lupa itu. Semua memilihnya karena kemampuannya sendiri. Dan satu lagi, Varel bukan orang lain, dia adik dari istriku. Jika tidak ada yang penting, lehih baik oaman keluar dari sini!"
" Berani sekali kamu mengusirku Bara! Ingat, akubjuga memiliki saham di sini. Aku juga berhak berada di sini!" teriak pamannya.
Bara tak bergeming sedikitpun, ia tahu bagaimana sifat pamannya tersebut.
"Ck, apa paman lupa? 85% saham yang paman miliki sudah paman jual kepadaku? Jangan menguji kesabaranku, atau paman tahu akibatnya,"
"Pa, ngapain papa ke sini? Sebaiknya papa ke ruanganku saja," ucap Brandon yang baru masuk ke ruangan Bara karena tahu ayahnya menemui Bara.
"Ck. Dasar anak tidak berguna!" cibir paman Bara kepada Brandon anaknya.
Paman Bara beranjak dari duduknya berjalan mendahului Brandon.
"O ya, aku dengar kau akan menikah lagi. Apa kau tak ingin mengundang pamanmu ini hah?" ucapnya ketika berhenti dan menoleh.
"Undangannya sudah aku kirim kemarin lusa," ucap Bara.
"Iya pa, kemarin bibi yabg terima, mungkin papa saja yang belum melihatnya," ucap Brandon.
Paman Bara melenggang pergi begitu saja.
"Maafkan papa kak," ucap Brandon kepada Bara.
"Hem," sahut Bara. Ia heran kenapa paman satu-satunya yang ia punya begitu terobsesi dengan perusahaannya. Padahal ia sendiri sudah memiliki perusahaan.
Bara mengambil ponselnya yang berdering di atas meja. Alisnya di angkat satu ketika melihat nama pemanggil.
"Ya ma, Wa'alaikumsalam. Ada apa mama telepon?" tanya Bara.
Entah apa yang di ucapkan oleh ibu mertuanya di seberang telepon sana, sehingga Bara terlihat mengusap wajahnya kasar.
"Sore ini ma? Kenapa mendadak sih ma? Bara tidak bisa, sore ini ada meeting penting. Klien Bara hanya ada waktu sore ini sebelum ia kembali ke Singapura. Apa Bara harus ikut? Enggan bisa di wakilkan gitu?" ucap Bara.
Bara menjauhkan ponsel dari telinganya, bisa di tebak, bu Lidya sedang memberi wejangan kepada menantu kesayangannya tersebut dengan nada suara di atas 8 oktaf.
"Hem, iya, Bara akan ikut," akhirnya Bara pasrah dan mengalah.
"Wa'alaikumsalam," ucap Bara kemudian.
🌼🌼🌼🌼
Di tempat lain, Syafira datang ke rumah sakit menjenguk adiknya sebelum ia ke kampus.
"Hai dek, assalamualaikum. Maaf ya, kakak baru sempat datang lagi. Akhir-akhir ini kakak sibuk. O ya, kakak belum cerita ya? sebentar lagi kakak akan menikah dek," ucap Syafira sambil menyiapkan peralatan untuk mengelap badan Adelia.
"Kamu jangan kaget ya dek, karena calon suami kakak seorang duda. Hihi, kakak dapat paket komplit dek. Suami sekaligus dua anak kembar yang lucu dan manis sekali," ucap Syafira, ia mulai mengelap tubuh sang adik yang masih dalam keadaan koma tersebut.
"Ingat nggak dek, dulu kamu bilang kalau kakak menyapu enggak bersih nanti dapat suami om-om brewokan. Tapi dia enggak brewokan dek, hanya saja kakak memanggilnya om hihi. Padahal kakak enggak tahu umurnya berapa...
Ibu mertuanya sangat baik dek, udah anggap kakak kayak anaknya sendiri. Orangnya rame dek tapi sangat berkelas, kayak ibu-ibu pejabat...
Kamu belum mau bangun dek? Enggak mau lihat kakak menikah besok? Bangun dong dek biar bisa lihat dan menemani kakak menikah," monolog Syafira sambil terus mengelap badan Adelia.
Selesai mengelap Adiknya, Syafira mengeluarkan kotak bekal makanan dari tasnya.
"Kakak sambil makan ya dek, kakak belum sempat makan tadi. Habis ini harus kuliah. Kalau perut lapar, otak kakak bisa-bisa ngeblank dan enggak bisa menyerap makul dengan baik," ucapnya.
Syafira terus makan sambil sesekali mengajak adiknya ngobrol, meskipun tak ada tanggapan dari sang adik. Namun, setidaknya begitulah Syafira melampiaskan kerinduannya terhadap Adelia.
Beberapa menit kemudian, dokter Rendra masuk ke ruang perawatan Adel, di lihatnya Syafira tengah ketiduran di samping ranjang Adel.
Saat perawat ingin membangunkan Syafira dokter Rendra mencegahnya.
"Tapi dok..." perawat itu merasa tidak sopan jika Syafira tidur sementara ada dokter di sana.
"Ssstt, biarkan saja," ucap dokter Rendra, ia tak tega jika Syafira di bangunkan.
Dipandanginya terus wajah cantik gadis yabg terlelap tersebut. Sebenarnya mash ada rasa tak rela jika dia dan Syafira hanya akan berakhir sebagai seorang sahabat.
"Ehem!" seru perawat yang lelah menunggu dokter Rendra karena tak kunjung mengecek kondisi Adel namun malah asyik memandangi wajah Syafira diam-diam.
"Kenapa?" tanya dokter Rendra.
"Dokter mau periksa pasien atau terus memandangi non Syafira?" tanya perawat yang langsung menutup mulutnya yang lancang.
Syafira yang mendengar suara mereka akhirnya terbangun.
"Eh dokter Rendra, suster. Ada apa? Apa ada masalah dengan adik saya?" tanya Syafira sambil mengumpulkan nyawanya.
"Oh tidak Fira, saya hanya mengeceknya sebentar karena besok saya harus keluar kota," ucap dokter Rendra.
"Ke luar kota?"
"Iya, hanya dua hari Nanti saya tetap bisa datang ke pernikahan kamu sama Bara," ucap dokter Rendra.
Syafira hanya mengangguk, dalam hatinya justru ia berharap jika dokter Rendra tidak datang di acara pernikahannya.
"Kamu habis makan Fit?" tanya dokter Rendra melihat kotak bekal Syafira yang belum sempat ia bereskan sebelum ketiduran.
"Ah iya, maaf dokter, tadi saya makan, belum sempat saya bereskan eh saya ketiduran. Astaga! saya ada kuliah jam tiga! yah bolos lagi dong," Syafira menepuk jidatnya, ia pikir hari sudah sore.
"Sekarang masih jam tiga kurang lima belas menit Fir, masih keburu buat ke kampus, jarak rumah sakit ke kampus kamu tidak jauh," ucap dokter Rendra sambil melihat jam di tangannya.
"Kalau begitu saya berangkat dulu, assalamualaikum!" pamitnya. Tidak lupa Syafira mengambil kotak bekalnya dan memasukkannya ke dalan tas sambil jalan terburu-buru.
"Fira Fira," gumam dokter Rendra tersenyum melihat tingkah Syafira.
"Miris," ucap perawat lirih, ia tahu dokter tampannya tersebut memiliki cinta tak terbalaskan terhadap Syafira.
"Apa sus?" dokter Rendra menatapnya tajam.
"Ah itu dok, hidup saya miris sekali. Nona Fira yang masih muda begitu sudah mau menikah, sementara saya tidak kunjung di lamar sama pacar saya," ucap perawat mengalihkan pembicaraan.
dokter Rendra menghela napasnya dalam, tak menanggapi ucapan perawatnya, ia mulai melakukan tugasnya sebagai dokter.
gak salah memang bara, kamu tuh gak perlu melupakan almarhumah istrimu karena bagaimana pun kisah kalian itu nyata. dia orang yang kau cintai.
tapi kan sekarang kau dah menikah, maka cobalah buka perasaan mu buat istri mu.
jangan lupakan almarhumah istrimu, namun jangan juga terus membayangi pernikahan mu yang baru dengan almarhumah istri mu
cukup dihati dan di ingatan aja.
gak mudah memang tapi bagaimana pun, istri mu yang sekarang berhak untuk dapat cintamu.
saya relate sih, mungkin bukan dalam hubungan suami istri lebih tepatnya ke ibu.
Ibu saya meninggal 2 tahun lalu dan ayah saya menikah lagi.
saya awalnya gak senang dengan dia, tapi ibu sambung saya itu baik.
dulu awal, saya selalu bilang Mak lah, Mak lah ( maksudnya ibu kandung saya)
tapi perlahan saya tidak ungkit2 Mak kandung saya di depan ibu tiri saya untuk menjaga perasaannya.
cukup saya ingat dalam hati saya aja.