NovelToon NovelToon
Nikah Kontrak

Nikah Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Amira 22 tahun menikah kontrak dengan Ferdi baskara untuk biaya kesembuhan ayah angkatnya.
Amira bar-bar vs Ferdi yang perfeksionis
bagaimana kisah tom and Jery ini berlangsung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Yono masuk ke keluarga baskara

“Amira!” kali ini Renata membentak dengan suara yang membuat jantung seisi ruangan berdegup kencang.

Amira terdiam, tubuhnya menegang seolah semua sendi membeku. Viona yang duduk tak jauh darinya pun tak berani bernapas terlalu keras. Sorot mata Renata yang tajam menusuk seperti bilah pisau. Walau usianya sudah senja, auranya tetap menyeramkan—karisma seorang perempuan yang telah melewati badai hidup, penuh intrik dan pengkhianatan. Sekali ia mengangkat suara, tak ada seorang pun yang berani melawan.

“Mampus kau... Oma pasti akan mengusirmu. Kamu terlalu percaya diri, Amira. Selalu merasa bisa mengendalikan suasana dengan trik murahanmu,” batin Ferdi. Bibirnya menahan senyum tipis, meski wajahnya tetap tampak muram di hadapan orang lain.

Anton, Laudia, dan Laras pun tak kuasa menyembunyikan ekspresi mereka. Ada kepuasan samar di wajah mereka—sebuah harapan bahwa kali ini Amira akan benar-benar tersingkir. Terlebih Laras yang tengah berduka, ia merasa Amira tak tahu sopan santun. Sejak Isabela, wanita yang dulu melindungi Amira, tiada, mereka membayangkan kesempatan emas ini akan mengakhiri kedudukan Amira di keluarga Baskara.

“Amira, kamu sangat memalukan,” ucap Renata dingin. Suaranya rendah namun menusuk, membuat suasana ruangan hening bagai ruang hampa.

Amira hanya menatap tanpa ekspresi. Wajahnya datar, seakan tak terguncang sedikit pun. Namun Viona di sampingnya jelas khawatir; menantu kesayangan itu bisa saja diusir kapan saja.

“Ferdi, bawa Amira ke kamar. Selesaikan urusan kalian. Rambutmu masih basah, kau pun masih pakai jubah mandi. Kalau memang belum puas bermesraan, jangan keluar kamar. Kalau sudah, mandi, ganti baju, baru keluar. Cepat! Oma jijik melihat kalian!”

Ruangan sontak tercengang. Tak ada seorang pun yang menduga Renata tidak mengusir Amira. Justru ia memarahi mereka karena keluar kamar sebelum urusan suami-istri selesai.

Amira tersenyum miring, maju dan menggenggam tangan Ferdi.

“Ayo, Sayang... aku belum selesai. Kepalaku bisa pusing kalau kamu cuma mau enaknya sendiri. Jangan egois,” ucapnya sambil setengah menyeret Ferdi.

Ferdi ingin melawan, tapi tatapan Renata menahannya. Mata sang Oma seperti api yang bisa membakar siapa saja yang berani menentang.

“Ckckck... puaskan istrimu, Ferdi. Jangan mau enak sendiri,” suara Renata menggelegar lagi.

Viona yang sejak tadi menahan napas kini tersenyum puas. Wajah Laras berubah buruk, hatinya makin tersayat. Anton dan Laudia saling bertukar pandang, ada kepuasan terselubung meski mereka tahu rencana mereka harus ditata ulang.

Laras mengepalkan tangannya, berusaha menahan amarah. Melihat Ferdi menurut pada Amira dan kembali masuk kamar, dadanya seperti diremas. Membayangkan adegan intim mereka membuat napasnya terasa sesak.

Renata beralih menatap Laras.

“Jadi, kamu mau tinggal di sini?”

“Iya, Oma... aku merasa sendiri sekarang. Selain Tante Laudia, siapa lagi yang menyayangi aku,” jawab Laras dengan suara lirih, hampir berbisik.

Renata diam sejenak. Semua menunggu keputusannya. Waktu terasa melambat, hanya detak jam dinding yang terdengar.

“Baiklah. Aku izinkan kamu tinggal selama satu minggu. Anton, carikan apartemen keluarga untuk Laras, berikan padanya. Bagaimanapun, ayahnya pernah berjasa padaku.”

Akhirnya keputusan itu keluar. Rasa lega terbersit di wajah Anton dan Laudia. Setidaknya Laras bisa tinggal di rumah Baskara untuk sementara, kesempatan emas bagi mereka menyusun jebakan baru untuk menyingkirkan Amira.

Anton dan Laudia pun menuntun Laras ke kamar yang sudah disiapkan. Viona menghela napas berat, tatapannya menerawang. Dalam hati ia berkata, “Sepertinya badai besar akan segera datang.”

---

Sementara itu, di sebuah gubuk kumuh di pinggiran kota, suasana berbeda tengah berlangsung.

Yono dan Rahayu duduk bersisian, menatap tumpukan tas lusuh di sudut ruangan. Bau lembap menyelimuti udara, suara tetesan air dari atap bocor menambah muram suasana. Beberapa jam lalu, mereka mendapat telepon dari Amira yang memohon agar keduanya kembali dan tinggal bersama keluarga Baskara.

Rahayu melirik suaminya yang sejak tadi gemetar.

“Kenapa kamu gemetar, Pak?”

“Aku takut kembali seperti dulu,” jawab Yono, suaranya serak.

“Hmmm... sudahlah, mungkin ini sudah takdir,” sahut Rahayu lembut, meski hatinya pun diliputi kegelisahan.

“Aku ingin menjauh dari dunia keluarga konglomerat. Aku ingin hidup tenang, Ayu,” ucap Yono, menunduk dalam.

“Aku juga begitu. Tapi kita jangan egois. Demi Amira, kita harus kembali,” balas Rahayu. Matanya berkaca-kaca, ada rasa pasrah di sana.

...

Sebuah mobil mewah datang ke gubuk tua. Langkah Yono gemetar saat dua orang berseragam hitam datang menjemput dirinya.

“Ayo, Pak. Nona Amira sudah menunggu di rumah,” ucap seorang pria bersafari hitam.

Yono dibantu Rahayu melangkah meninggalkan gubuk kumuh yang selama ini mereka tinggali.

...

“Arghhh!” Yono memegang kepalanya.

“Kamu tidak layak jadi keluarga kalangan atas,” ucap seorang pria berwajah seram.

“Cetarrr!”

“Arghh!” Yono menjerit saat cambuk mengenai badannya.

“Saatnya kamu mati,” ucap pria itu.

“Dor!” Tembakan meletus.

“Arghhhhhh!” teriak Yono.

“Bang!” ucap Rahayu.

Yono mengerjapkan matanya. Ternyata tadi ia hanya tertidur di dalam mobil mewah.

“Rahayu, aku masih hidup?” tanya Yono.

“Arghhh!” teriak Yono saat Rahayu mencubit dirinya.

“Sakit, Yu,” ucap Yono kesal.

“Artinya kamu masih hidup,” jawab Rahayu ketus.

Kedua pengawal yang duduk di depan tampak menahan senyum.

“Jangan paranoid, Bang,” ucap Rahayu.

Dulu, jasa mereka sebagai maling tingkat tinggi banyak digunakan oleh orang kaya. Yono pernah tertangkap dan saat itu ia disiksa habis-habisan hingga hampir mati. Sejak kejadian itu, Yono trauma dengan kemewahan. Namun, karena Amira yang menyuruh, Yono terpaksa melawan rasa traumanya.

“Pak, Ibu Viona itu orang seperti apa?” suara Yono terdengar parau memecah keheningan di dalam mobil mewah. Jemarinya saling menggenggam, gelisah.

Seorang pria bersafari hitam menoleh sekilas lewat kaca spion. “Ibu Viona sosok yang dingin, galak, tegas, dan… tak tersentuh,” jawabnya datar.

Kening Yono langsung berkerut. “Apakah dia benci sama orang miskin?” tanyanya lagi, suara lebih pelan, seolah takut mendengar jawaban.

“Bukan hanya orang miskin. Orang kaya pun sulit mendekatinya,” timpal pengawal yang duduk di samping sopir.

Yono menelan ludah. Dada terasa sesak, keringat dingin mulai merembes di pelipisnya. Aku harus kuat demi Amira, bisiknya dalam hati, berusaha menegakkan punggung meski tubuhnya ingin menciut.

Sementara itu, Rahayu justru terjebak dalam imajinasinya sendiri. Ia bukan tipe yang mudah gentar. Meski miskin, harga dirinya tak pernah bisa ditawar.

Dalam bayangannya, ia sudah berhadapan dengan Viona: tatap-tatapan tajam, mulut saling melontarkan sindiran. Suara keras bersahutan, lalu tangan mereka terjulur, saling menarik rambut. Adu gengsi berubah jadi adu jambak.

Aku miskin, tapi pantang ditindas! seru Rahayu dalam hati, matanya menyipit, tangan mengepal begitu kencang hingga buku jarinya memutih.

“Kenapa kamu, Bu?” tanya Yono heran, menoleh ke arah istrinya. Ia melihat Rahayu duduk dengan wajah menegang, kepalan tangan nyaris bergetar.

Rahayu belum sempat menjawab. Mobil sudah melambat, berbelok masuk ke pelataran sebuah rumah megah, berkilau dalam kemewahan.

Mobil berhenti tepat di halaman rumah Baskara. Pilar-pilar tinggi menjulang, lampu gantung di teras memancarkan cahaya kuning keemasan, membuat tempat itu tampak seperti istana.

Yono menunduk, jantungnya berdentum tak beraturan. Ia sudah membayangkan Viona akan keluar dengan wajah kaku, tatapan menusuk, dan suara yang menegakkan bulu kuduk.

Di sisi lain, Rahayu diam-diam menyiapkan mental. Dalam kepalanya ia sudah menyiapkan jurus kalau-kalau Viona mencoba merendahkan mereka. “Kalau sampai dia menyinggung harga diri, aku siap pasang mode bar-bar,” gumamnya lirih, sambil mengepalkan tangan.

Pintu mobil dibuka oleh seorang pelayan. Dari depan rumah, seorang wanita anggun melangkah mendekat. Gaun sederhananya justru memancarkan wibawa. Dialah Viona.

Yono menahan napas. Ini dia... saat eksekusi.

Namun sesuatu yang tak pernah mereka duga terjadi. Viona tersenyum lembut, lalu berjalan cepat ke arah mereka.

“Selamat datang,” ucapnya hangat.

Sebelum sempat berkata apa-apa, Viona meraih Rahayu ke dalam pelukannya. Pelukan erat, tulus, seolah menyambut seorang saudara lama yang terpisah.

Rahayu membeku. Matanya melotot, tubuhnya kaku seperti papan. Dalam kepalanya, adegan jambak rambut yang tadi dibayangkan buyar seketika.

“Eh… eh, Bu…,” gumam Rahayu gugup, tak tahu harus berbuat apa.

Yono yang melihat pemandangan itu hanya bisa melongo. Ini… ini tidak sesuai naskah! pikirnya, keringat dingin bercampur rasa lega.

Viona melepaskan pelukannya, menatap Rahayu dengan senyum tulus. “Terima kasih sudah datang. Aku sangat senang akhirnya kita bisa bertemu.”

Rahayu yang tadinya siap jadi singa, kini malah berubah jadi kucing basah. Ia tersenyum kikuk, menepuk-nepuk gaun Viona yang harum wangi mawar. “Eh… iya, Bu. Saya juga senang,” jawabnya terbata-bata.

Pengawal yang sejak tadi menyaksikan adegan itu hampir tak bisa menahan tawa. Yono mengusap wajahnya pelan. Dalam hati ia bergumam, Ternyata bayanganku salah total. Ternyata dia… baik?

1
Dewi Anggraeni
anjirrrrr pemanas an yg aduhai
partini
bulu bulu salah pilih lawan wkwkkw
fer kecintaan buangttt ma Kunti
3C
keren Amira...
Dea Wibowo
suka aja, bahasa nya natural, konplik ringan, cerita nya jg gak ribet .. enak buat d baca sambil rebahan /Facepalm//Good/
Mami Pihri An Nur
Ya Allah bab pertama sj sudah bikin aku ngakak,, smngat kak, aku kasi bunga deh
Dewi Anggraeni
sepertinya amora dan amira kembar an yaa
SOPYAN KAMALGrab
makasih Lo ka
partini
ao seperti itu
partini
sehhhh mantap sekali ini Oma
partini
dari sinopsis bikin curiga lah pas baca 👍👍👍👍
3C
Amira kereen...anak serigala gitu loh
3C
cerita nay bagus....unik beda dari yg lain. nyesel lho klo ga baca
3C
wah, makin seru ceritanya nih...
Heny
Kucing di kasi ikan mn nolak kwkw
y_res
boleh getok palax Ferdy e teflon gk sich bego banget jdi org,nenekx diselamatin eh malah gk sadar diri,ap dulu wkt sekolah cman ampe pagar 🙏🙏🙏
y_res
ntah si Ferdy in polos atw bodoh level dewa,ditinggalin di hari pernikahan msh cinta,,,gk ad harga dirix🙏🙏🙏
y_res
judul e berkaryalah....ta kirain suruh kerja a gitu eh ternyata suruh nglukis pake bibir 😅
y_res
biasax dlm nikah kontrak yg sadis tuh suami istri cman bsa manut trus mewek diam2,,,lah disini suamix malah frustasi gk bsa ngelawan😅
y_res
bru bab 1 dah ngakak🤣🤣🤣,tpi ta simpen dulu thor biar banyak soale aq tim maraton 😅🙏
Rian Moontero: mampiiirr/Bye-Bye/
total 2 replies
3C
wkwkwk...lucu bgt dah Amira. biasanya tokoh wanita itu cengeng, ini mah keren....
SOPYAN KAMALGrab: terimakasih ka @
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!