The Poison Of Winter

Winter memperbaiki postur tubuhnya. Dia tidak sakit seperti yang dikatakan oleh keluarganya. Hanya saja, tidak makan dengan benar selama seminggu, membuat kelelahan melanda dirinya. Perlahan dia agak merebahkan diri pada bantal yang menopang punggungnya.

Putra Mahkota jelas memperhatikan sikapnya yang tidak sesuai etika. Tapi seolah tidak tau, dia terus berbicara kepada Duke dan Duchess Lancaster dengan antusias. 

Yang lebih mencengangkan, Putra Mahkota yang selama ini menghindari Duke Lancaster mampu mengobrol dengan pasangan Lancaster ini hampir sejam penuh.

"Ah benar, berita ini belum tersebar tapi saya berencana mengikuti penaklukan monster minggu depan."

Wajah Duke Lancaster tampak menegang dan Duchess bergegas minum air teh yang sedang berada di depannya. Winter yang lebih terkejut karena dia tau bahaya apa yang akan datang saat menaklukan monster.

"Itu akan berbahaya."

Tanpa sengaja gumaman Winter terdengar di seluruh ruangan.

"Jangan khawatir, Lady. Ini hanya penaklukan monster musiman. Saya akan kembali setelah beberapa bulan."

"Seperti yang Anda bilang penaklukan ini tidak berbahaya. Jadi Anda tidak perlu turun tangan langsung, Yang Mulia."

Duke Lancaster berkata setelah berdeham beberapa kali.

"Benar Yang Mulia, Winter kami tentu akan sedih jika Yang Mulia ikut pergi penaklukan selama itu." Duchess ikut menambahkan.

Melihat pasangan Duchess yang memaksa Putra Mahkota tidak mengikuti penaklukan monster, semakin meyakinkan Winter bahwa mereka telah merencanakan hal jahat di belakang.

"Saya memang khawatir, tapi saya senang karena penerus kerajaan Yang Mulia Putra Mahkota Harry adalah orang yang sangat memperhatikan rakyatnya. Saya akan selalu berdoa demi keselamatan Yang Mulia selama masa penaklukan." 

Winter tersenyum lebar ke arah Putra Mahkota yang menunjukkan bahwa dia mendukung keputusan Putra Mahkota.

"Aku akan berterima kasih jika Lady melakukan itu."

"Ah, saya tau Putra Mahkota adalah elementalis terkuat di kerajaan ini. Tapi untuk berjaga-jaga bagaimana jika Yang Mulia bersama dengan tim ksatria suci? Mereka memiliki Sword master dan juga kemampuan penyembuhan, kekhawatiran saya akan berkurang jika Yang Mulia berada di antara orang-orang yang kuat."

Winter kembali berkata dengan senyum polosnya yang mengembang. 

“Putra Mahkota punya ksatrianya sendiri, Winter.” Duke memotong Winter dengan tajam.

"Saya tentu harus mengikuti apa yang diinginkan oleh Lady Winter, sehingga Lady tidak khawatir lagi. Ksatria Putra Mahkota akan bergabung dengan tim Ksatria Suci selama misi penaklukan."

Putra Mahkota kembali tersenyum dengan lembut ke arah Winter.

Di sampingnya terlihat pasangan Duke dan Duchess terdiam dengan wajah yang semakin gelap. Putra Mahkota terkekeh seolah melihat hal yang lucu. 

...***...

Setelah mengobrol santai selama beberapa saat, Putra Mahkota akhirnya mengakhiri kunjungannya di kediaman Lancaster. Dia bertemu dengan Kayleigh yang sudah menunggu di dalam kereta kuda. 

"Bagaimana dengan Aries?"

"Dia baik-baik saja, tapi ada kondisi dimana dia cukup kesulitan mengirimkan laporan. Ngomong-ngomong, kalian tampaknya lebih akrab daripada yang aku kira."

"Hei, aku tidak tau kapan kamu selesai. Jadi aku mencoba berbicara selama mungkin. Tapi, yah aku tidak menyangka obrolan ini akan cukup menarik."

"Menarik?"

Harry terkekeh saat mengingat sepanjang pembicaraannya dengan keluarga Lancaster. Kayleigh mengerutkan alisnya melihat perilaku Harry.

"Mungkin karena selama ini dia dilindungi oleh keluarga Lancaster, gadis itu sangat polos. Apapun yang dia katakan seolah menyiratkan bahwa dia selalu mencoba mengikuti kemauanku. Terlihat sangat jelas dia mencoba menyenangkanku. Ayahnya pasti salah mengajarinya."

Harry kembali tertawa pelan, dia kembali mengingat obrolannya dengan pasangan Duke. 

Saat obrolan mengalir ke arah yang menyudutkan pihak Lancaster. Winter akan segera menyetujui apapun yang dikatakan Harry. Dia bahkan tidak menyadari kekesalan yang terlihat di wajah orangtuanya.

"Apa kamu tau? Dia justru menyarankan aku bergabung dengan tim ksatria suci. Target ayahnya berada di ksatria suci, aku sangat menyukai wajah Duke yang menjadi gelap. Entah gadis itu terlalu polos atau dia memang bodoh."

"..Yang Mulia, itu cukup kasar”

"Hei, kamu tau aku hanya bercanda."

Harry kembali terkekeh. Biasanya Kayleigh akan ikut tertawa saat mereka menusuk Lancaster. Namun ada rasa ketidaknyamanan di dadanya saat dia membicarakan Winter.

"Lady Winter..."

"Ya?"

"Aries masih mencari bukti-bukti. Tapi, seperti yang dikatakan yang dikatakan Yang Mulia, Lady Winter kemungkinan tidak berhubungan dengan segala kejahatan Lancaster."

"Seperti yang aku bilang, dia terlalu polos hingga tidak tau kejahatan keluarganya."

"Bukan begitu, Yang Mulia. Maksudku, terlepas dari sifat polosnya, Lady sepertinya tidak bersalah. Kamu tau aku pandai menilai orang. Biasanya kita tidak akan melibatkan orang yang tidak bersalah dalam rencana-"

“Apakah kamu bermaksud mengecualikan Lady Winter dari rencana kita dalam menghancurkan Lancaster?”

“....”

Putra Mahkota menarik napas panjang.

“Saat ini kelemahan terbesar Lancaster adalah Winter. Kita bisa mendapatkan banyak informasi darinya. Bukankah kamu sudah biasa mendapatkan informasi dari gadis bangsawan lain? Apakah mereka sepenuhnya bersalah atas kejahatan keluarga mereka?”

“..Kebanyakan dari mereka sudah mengetahui dan mengabaikan kejahatan orangtuanya.”

Kayleigh berkata dengan pelan seraya memalingkan wajahnya.

"Hah! Kayleigh, jangan lupa biar bagaimanapun dia adalah Lancaster. Sepolos apapun dia, darah Lancaster tetap mengalir dalam tubuhnya. Darah orang yang telah menghancurkan keluargaku dan juga keluargamu!”

Melihat perubahan wajah Harry yang menjadi dingin, membuat Kayleigh terdiam. 

Harry adalah sosok yang bijak dan baik hati. Dia mudah bersimpati kepada orang yang membutuhkan. Namun, dendamnya kepada Lancaster sangat kuat. 

Dendam yang sama yang dimiliki oleh Kayleigh. Bahkan Kayleigh lebih menghalalkan berbagai cara untuk mencari kelemahan Lancaster daripada Putra Mahkota.

Tapi kenapa aku merasa sangat bersalah saat menipu Winter?

Kayleigh menundukkan kepalanya. Dia harus berpikir jernih. Prioritas utamanya adalah Lancaster. Dia tidak boleh terganggu oleh emosi dan rasa bersalah.

"Anda benar. Maaf atas ketidakpekaan saya, Yang Mulia."

"Jangan lupa rencana kita. Manfaatkan momen mendekati Lady Winter saat aku tidak ada nanti. Aku selalu mengandalkanmu, Kayleigh."

Harry kembali tersenyum dan menepuk bahu Kayleigh pelan.

...-BERSAMBUNG-...