NovelToon NovelToon
Bukan Sekedar Takdir

Bukan Sekedar Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:919
Nilai: 5
Nama Author: xzava

Aku tak pernah percaya pada cinta pandangan pertama, apalagi dari arah yang tidak kusadari.
Tapi ketika seseorang berjuang mendekatiku dengan cara yang tidak biasa, dunia mulai berubah.
Tatapan yang dulu tak kuingat, kini hadir dalam bentuk perjuangan yang nyaris mustahil untuk diabaikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xzava, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

"Gue bawa makanan!" seru Rizki sambil memamerkan dua kantong kresek di tangannya.

"Yes! Cepat! Gue laper parah," ucap Yura dengan senyum lebar, penuh semangat.

"Nih, ambil," Rizki menyerahkan kantong itu kepada Yura sebelum kembali ke mobilnya untuk mengambil barang lainnya.

Tanpa menunggu lama, Yura langsung masuk ke dalam rumah dengan langkah cepat. Senyumnya memang lebar, tapi ada sedikit kepalsuan yang coba ia tutupi. Ia hanya ingin suasana kembali ceria.

"Banguuuuuuuuuuun!" teriak Yura lantang tepat di depan Febi dan Hana yang masih tertidur pulas di ruang tengah.

Febi tersentak bangun sambil memeluk bantal, "Njir, kaget gue, Yur!"

"Hehehe, maaf. Bangun, Aldin sama Rizki udah datang tuh," ucap Yura sambil tersenyum.

Berbeda dengan Febi, Hana malah masih terlelap. Yura mendekat dan tanpa ragu berteriak di telinga Hana, "Woy, bangun!"

Lalu Yura bergegas ke dapur untuk menyiapkan makanan.

Dari luar, terdengar suara pintu ditutup, disusul suara teriakan khas Rizki.

"I'm back, my friends!" teriaknya ceria. "Han, bangun woy!"

"Ribut njir..." gumam Febi, masih setengah sadar.

"Nih koper lo," Rizki meletakkan koper Febi di dekat sofa.

Sementara itu, Aldin menghampiri Yura di dapur.

"Yura..." panggilnya pelan.

"Hmm?" Yura menoleh sambil tetap sibuk membongkar isi kantong kresek. "Lo bawa koper juga?" tanyanya heran.

"Iyalah, tukang tidur satu itu ngajak nginep rame-rame. Masa gue doang yang enggak bawa baju ganti," jawab Aldin sambil nyengir. "Gue numpang kamar ya."

Tanpa menunggu respons Yura, Aldin langsung melenggang ke arah kamar tamu.

Yura bengong beberapa detik, lalu berjalan ke ruang tengah.

"Lo semua nginep? Ko gak ada yang bilang-bilang dulu sih?"

"Emang harus bilang?" tanya Hana santai, kini sudah duduk dan meregangkan badannya.

"Iya lah! Mana gue gak sempet belanja pula," keluh Yura.

"Yura, kami berempat nginep ya, izin telat," kata Hana sambil tertawa kecil.

"Telat banget, gak usah sekalian," Yura mengerucutkan bibir. "Gak gue izinin juga lo semua udah terlanjur masuk."

"Nah kan, berarti gak perlu izin!" balas Hana sambil tertawa dan bangkit berdiri.

"Serah lo dah. Buruan mandi!"

Satu per satu temannya pun masuk ke kamar masing-masing untuk mandi. Untungnya di rumah Yura ada dua kamar kosong jadi mereka bisa gunakan.

...****************...

Selesai makan malam, mereka duduk santai di taman belakang, diterangi lampu gantung kecil dan ditemani suara jangkrik malam. Di tengah obrolan ringan, semangkuk camilan berpindah-pindah dari tangan ke tangan.

"Eh, Yur," panggil Febi tiba-tiba, membuat Yura menoleh.

"Bukannya tadi lo bilang mau keluar belanja? Tapi kulkas lo masih kosong aja tuh," tanya Febi heran sambil mengunyah keripik.

Yura diam sejenak, mencari-cari jawaban. Ia tersenyum tipis, "Gak sempet, terus mager juga... jadi ya batal."

"Hah?" Hana dan Febi saling pandang, bingung.

"Padahal gue yakin banget tadi denger suara mobil lo keluar, deh," gumam Hana, curiga.

"Iya, gue sempet jalan... tapi baru sampe depan supermarket, rame banget. Males antre, akhirnya gue muter balik," jawab Yura berusaha terdengar santai.

Febi menyipitkan mata, "Hmm... ada-ada aja lo. Tapi yaudah lah, yang penting makan malam aman."

Yura hanya mengangguk kecil, memaksakan senyum. Dalam hatinya, ia gelisah. Ia ingin sekali cerita, tentang pertemuannya lagi dengan Ardhan. Tapi ia tahu betul karakter teman-temannya. Terutama Hana, emosinya cepat meledak, apalagi soal cowok yang pernah nyakitin Yura.

Yura menunduk sebentar, memeluk lututnya. Nanti aja... belum waktunya, batinnya lirih.

Tawa kecil masih terdengar, tapi dalam senyum Yura, ada beban yang belum selesai.

Obrolan makin seru, tawa pun tak henti terdengar di taman belakang. Namun, di tengah kehangatan itu, mereka mulai gelisah.

"Ih, nyamuknya banyak banget," keluh Hana sambil menepuk-nepuk kakinya.

"Kayaknya kita jadi menu all-you-can-eat malam ini," canda Rizki sambil mengibas-ngibas tangan.

Mereka pun bergantian mengipas, berusaha mengusir nyamuk yang makin agresif.

"Masuk yuk, takut banget gue digotong nyamuk nanti," ajak Yura sambil berdiri.

"Ayo dah, sebelum tinggal tulang," Aldin langsung berdiri dan melangkah cepat ke dalam rumah, disambut tawa teman-temannya.

Sesampainya di ruang tengah, mereka kembali duduk lesehan, melanjutkan obrolan santai. Namun tiba-tiba, Febi tersentak.

"Ya ampun!" serunya sambil menepuk jidat. "Gue lupa!"

Tanpa menjelaskan, ia buru-buru membuka ponselnya dan berjalan menjauh, terdengar samar-samar suara panggilannya.

"Kenapa tuh anak?" tanya Rizki sambil melirik ke arah Febi.

"Entah, dramanya banyak," jawab Hana santai.

Tak lama kemudian, Febi kembali dengan senyum lebar seperti habis dapat jackpot.

"Kenapa lo?" tanya Rizki, penasaran.

"Gue hampir lupa pesan konsumsi buat Senin besok. Untung inget pas ngobrol tadi," jawab Febi sambil tertawa lega.

"Hampir aja lo bikin kacau," ujar Hana.

"Lo pada gak ngingetin sih," balas Febi manja.

"Gue aja lupa kita ada acara," sahut Aldin, membuat semuanya tertawa lagi.

Malam pun terus bergulir, diiringi candaan ringan dan tawa yang menghangatkan.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah satu malam, tapi mereka masih mengobrol, merencanakan olahraga esok pagi, sebelum akhirnya mereka istirahat.

"Jogging gak besok?" tanya Aldin sambil meregangkan badannya.

"Boleh juga, lumayan gerakin badan dikit," sahut Hana sambil menguap kecil.

"Oke, kayak minggu lalu aja kah?" tanya Febi.

"Iya, jam segitu enak. Udara masih seger," tambah Aldin.

Semua tampak antusias, kecuali Yura yang hanya diam, menatap kosong ke arah lantai.

"Lo gak ikut, Yur?" tanya Rizki akhirnya, menyadari sikap Yura.

"Enggak deh, lagi gak ada tenaga buat ngapa-ngapain," jawab Yura pelan tapi jujur.

"Kelihatan sih, lo dari tadi kek zombie versi mellow," celetuk Rizki santai.

"Mulut lo!" Yura melotot sambil melempar bantal kecil ke arah Rizki, yang langsung tertawa terpingkal.

Tawa pun pecah lagi di antara mereka.

"Baikan gih sama tetangga lo itu," saran Aldin sambil nyengir. "Semangat lo tuh keknya ikut ngedrop gara-gara dia."

"Iya, kemarin-kemarin senyum terus. Sekarang berantem dikit langsung kayak lagi patah hati tingkat dewa," timpal Hana.

"Penasaran gue, itu orang masa iya punya anak di luar nikah?" ucap Febi mencondongkan badannya ke depan, berbisik konspiratif.

"Eh jangan sembarangan nuduh, bisa bahaya," bela Hana cepat. "Cowok setampan itu gak mungkin jahat."

"Nah ini, contoh cewek gobl— eh, maksud gue terlalu polos. Justru yang ganteng tuh harus lebih waspada. Tapi kita sih aman ya Din," kata Rizki sambil menepuk dada.

"Yoi, kita mah setia, tapi gak ada yang minat," balas Aldin disusul tos.

"Mending ganteng tapi nyakitin, daripada jelek terus nyakitin. Sakitnya dobel," ucap Febi dramatis.

"Makanya, logika tuh dipakai waktu pacaran. Jangan sampe cinta bikin otak lo mampet," sentil Hana sambil menatap tajam ke arah Febi.

Semua tahu arah sindiran itu. Febi cuma nyengir.

"Serah lo pada deh. Gue ngantuk berat," ucap Yura sambil bangkit dari duduknya dan meregangkan badan. "Good night, kawan-kawanku."

"Good night, Yur."

"Mimpi indah, jangan bawa nyamuk," ucap Rizki.

Tawa kecil kembali terdengar sebelum mereka akhirnya beranjak ke kamar masing-masing.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!