NovelToon NovelToon
Skandal Tuan Playboy

Skandal Tuan Playboy

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / CEO / Playboy / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author:

Sebastian Adiwangsa. Nama yang selalu bergaung dengan skandal, pesta malam, dan perempuan yang silih berganti menghiasi ranjangnya. Baginya, cinta hanyalah ilusi murahan. Luka masa lalu membuatnya menyimpan dendam, dendam yang membakar hasratnya untuk melukai setiap perempuan yang berani mendekat.

Namun, takdir memiliki caranya sendiri. Kehadiran Senara Ayunda, gadis sederhana dengan kepolosan yang tak ternodai dunia, perlahan mengguncang tembok dingin dalam dirinya. Senara tidak seperti perempuan lain yang pernah ia kenal. Senyumnya membawa cahaya, tatapannya menghadirkan kehangatan dua hal yang sudah lama terkubur dari hidup Sebastian.

Namun, cara Sebastian menunjukkan cintanya pada Senara bermula dari kesalahan.

Rencana Dibalik Pernikahan

Hari demi hari bergulir, hubungan Bastian dan Sena perlahan berubah. Lelaki itu, yang biasanya keras dan tak peduli, kini sedikit demi sedikit melonggarkan sikap dinginnya. Padahal Sena tidak melakukan apapun tapi Bastian tampak luluh oleh hal-hal tulus yang dilakukan Sena.

Namun di sisi lain, Arya juga semakin gencar mendekati Sena. Tak jelas apakah maksudnya tulus atau sekadar ingin menusuk harga diri Bastian. Yang pasti, Arya kerap muncul di Penthouse Bastian dengan alasan sepele yaitu mengajak Sena makan bersama di luar Penthouse.

Seperti malam ini, Arya kembali datang. Bedanya, bukan untuk membawa Sena ke luar, melainkan untuk makan di rumah ini. Ia menenteng beberapa kantong besar berisi makanan, lengkap dengan menu yang memang diminta oleh Sena.

Arya masuk ke dalam Penthouse disambut dengan tatapan sinis Bastian yang baru saja hendak keluar. Pandangan mereka beradu.

“Mau ngapain kesini?” tanya Bastian dengan nada sewot.

Arya tersenyum santai. “Mau ngajak Sena makan bareng.”

“Udah malem. Sena gak bisa keluar.”

“Gue tau. Rencananya mau makan disini. Lo ga liat ini gue bawa makanan banyak?” Arya mengangkat kantong belanjaannya, menampilkan isi yang menggiurkan.

“Lo gak mau join, Bas?”

“Eh… tapi kayaknya lo mau pergi, ya? Yaudah, gue makan aja sama Sena dan Ravian.”

Wajah Bastian sedikit mengeras, “Gue gajadi pergi” Tanpa basa-basi, ia kembali masuk dan menuju ruang makan. “Ayo makan bareng.”

Sena dan Ravian yang baru turun dari lantai atas melihat Bastian dan Arya dengan wajah bingung karena dua pria itu terlihat sudah duduk manis di meja makan.

“Hari ini memang konsepnya makan besar gini?” Ravian mengangkat alis.

“Ya! Ayo kita makan rame-rame,” jawab Arya antusias.

Ia segera menarik kursi di sampingnya. “Sena, duduk sini.”

Bastian di seberang meja hanya menatap tajam, jelas tak suka.

Sena berlari kecil, matanya berbinar melihat makanan kesukaannya sudah tersaji. Ayam goreng rempah titipannya pun sudah tersaji di atas meja makan itu.

Sena pun duduk di sebelah Arya. Posisi saat ini pun terbentuk: Arya dan Sena berdampingan, sementara di seberangnya terdapat Ravian dan Bastian.

Meja itu penuh hidangan menggugah selera. Nasi hangat mengepul, ayam goreng rempah yang aromanya menguar, udang, ikan, sayur. Semua tersaji lengkap.

“Aku ambilin nasi ya,” Arya segera berdiri, sigap menaruh nasi ke piring Sena.

Sena tersenyum kikuk. “Makasih, Arya.”

“Ayam kesukaan kamu juga sekalian” Arya sigap menjepitkan ayam ke piring Sena. “Kamu kan biasanya suka paha, kan?” katanya, seolah hafal betul kebiasaan Sena.

Ravian mengangkat alis “Sepertinya kalian berdua sudah semakin dekat?”

Ucapan Ravian terdengar biasa, tapi cukup untuk memantik bara. Sebab di sampingnya, Bastian tampak seperti sedang menahan ledakan.

Arya menoleh singkat ke arah Bastian. “Kami memang dekat. Hampir… sangat dekat, kalau saja nggak ada seseorang yang bikin semuanya jadi rumit.” Dibanding jawaban, kalimat itu lebih seperti sindiran.

Tatapan Bastian pun ikut menajam.

Ravian sengaja menimpali lagi, “Jadi… rencana lo tempo hari itu serius, Arya?”

“Serius,” jawab Arya mantap.

Bastian langsung menegakkan tubuhnya. “Rencana apa?”

Arya tersenyum tipis. “Bukannya gue udah bilang? Gue mau nikahin Sena.”

Sena sontak tersedak makanan. Arya buru-buru menyodorkan gelas air ke arahnya. “Pelan-pelan Minum dulu.”

Sena meneguk cepat, wajahnya masih terkejut, telinganya berdengung oleh pernyataan yang baru saja keluar dari mulut Arya.

“Emang siapa yang bolehin lo nikahin Sena?” suara Bastian kini dingin, menusuk.

“Ravian bolehin. Kan dia kakaknya Sena” Arya menjawab Santai.

“Tapi Ravian dan Sena hidup dalam kendali gue” balas Bastian tajam, memperlihatkan kuasa yang biasa ia banggakan.

Arya hanya mengedikkan bahu. “Bener juga. Tapi gini, Bas. Kasihan Sena kalau nanti melahirkan tanpa suami. Jadi gue menawarkan diri.”

Sena menunduk. Malu, sekaligus perih. Dua lelaki itu memperdebatkannya seolah dirinya hanya barang dagangan. Dan memang begitulah kenyataannya—setidak berharganya ia di mata mereka. Kehidupannya memang seperti barang. Bukan barang yang mewah melainkan barang yang sama sekali tidak dilirik dan tidak berharga.

“Aku gak butuh menikah—” suara Sena akhirnya pecah.

Namun kalimat itu terhenti karena Bastian langsung memotongnya. “Gue. Gue yang akan nikahin Sena.”

Ruangan sontak hening. Sena terkejut dan langsung menutup mulutnya.

Tidak hanya Sena, Ravian juga tak kalah terkejutnya.

Sebenarnya rencana memanas-manaskan Bastian malam ini sudah direncanakan Arya dan Ravian, tapi ekspetasinya tidak setinggi ini sampai-sampai Bastian ingin menikahi adiknya.

Namun, Arya justru tersenyum tipis, seolah sudah tahu bagaimana akhir drama ini.

“Bastian?” tanya Sena tak percaya seperti menanyakan apa yang baru saja ia ucapkan.

“Apa? Kamu gak mau aku nikahin?” Bastian menatapnya sinis. “Bukannya ini yang kamu mau? Lagian anak itu… anakku. Atau kamu lebih mau nikah sama Arya?”

Sena kaku, diam membisu, semakin merasa dirinya tak berarti di hadapan mereka.

“Kau akan ku nikahi Sena. Bersiaplah. Aku yang akan mempersiapkan semuanya”

“Ravian lo setuju?” Pertanyaan itu kini muncul dari Arya.

“Ya mau gimana lagi. Itu yang terbaik”

Kini tatapan Arya beralih dan menatap tajam ke arah Bastian yang ada di sebrangnya.

“Lo boleh nikahin Sena, Bas, tapi jangan melukai Sena kembali. Gue saat ini menyerahkan Sena ke lo karena gue juga pertimbangin anak yang dikandung Sena. Tapi kalau lo ngelakuin kesalahan fatal lagi, gue busa rebut Sena kapan aja.”

“Jangan lupakan, bahwa gue juga punya kuasa” ucap Arya lagi lebih dingin.

Bastian hanya mengangkat sendoknya, melanjutkan makan dengan wajah tenang.

Sena di samping Arya menelan makanannya dengan susah payah. Tenggorokannya tercekat, matanya panas. Ia menahan air mata. Takdirnya sudah ditentukan orang lain. Ia hanya bisa menerima.

...****************...

Bastian benar-benar menepati ucapannya tempo lalu. Menikahi Sena.

Keputusan itu bukan lahir dari cinta, melainkan dari naluri kepemilikan yang tak ingin dikalahkan. Ia tahu Arya tak main-main dengan niatnya, dan Bastian tidak akan pernah membiarkan anaknya jatuh begitu saja ke tangan orang lain.

Di balik dinding kamar yang redup, Bastian menatap kosong ke arah kaca jendela. Suaranya lirih, nyaris seperti bisikan yang hanya ditujukan untuk dirinya sendiri.

“Aku akan menikahimu, Sena. Tapi setelah anak itu lahir, aku akan mengambilnya… dan kita akan berpisah.”

Matanya menyipit, tatapannya dingin. “Aku menikahimu hanya demi anak itu. Aku tak bisa membunuhnya, karena bagaimanapun dia darah dagingku.”

Lalu, perlahan, sudut bibirnya terangkat. Senyum tipis itu lebih mirip guratan iblis ketimbang kebahagiaan seorang calon ayah.

“Jadi, pilihan terbaikku adalah menikah denganmu, Sena.”

...****************...

Bastian akhirnya menikahi Sena.

Tidak ada pesta mewah, tidak ada gaun berkilau ataupun dekorasi megah seperti pengantin lain pada umumnya. Hanya sebuah pernikahan sederhana, dihadiri keluarga inti saja.

Semuanya berjalan tertutup, sesuai permintaan Ravian. Ia tahu betul, musuh Bastian tersebar di mana-mana, dan ia tidak ingin adik kesayangannya menjadi sasaran bahaya.

Namun, meski sah sebagai pasangan suami istri, pernikahan itu hanyalah sebatas status di atas kertas. Tidak ada cinta, tidak ada kehangatan. Mereka tetaplah dua orang asing yang dipaksa bersatu oleh keadaan.

Satu-satunya hal yang membedakan hidup mereka setelah hari itu hanyalah fakta pahit bahwa kini mereka berbagi satu kamar.

...----------------...

^^^ Cheers,^^^

^^^Gadis Rona^^^

1
Rizky Muhammad
Aku merasa terkesima sampai lupa waktu ketika membaca karyamu, thor. Jangan berhenti ya! 🌟
Gadis Rona: Hai terima kasih sudah baca karya pertamaku bikin aku makin semangat nulis🥰
total 1 replies
elayn owo
Penuh empati. 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!