NovelToon NovelToon
Sekretaris Idaman Bos Perfeksionis

Sekretaris Idaman Bos Perfeksionis

Status: tamat
Genre:Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Tamat
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Laras Sagita, gadis kampung yang polos, lucu, dan blak-blakan, merantau ke kota untuk mengubah nasib. Di hari pertamanya melamar kerja sebagai sekretaris, ia tanpa sengaja menabrak mobil mewah milik seorang pria tampan yang ternyata adalah calon bosnya sendiri, Revan Dirgantara, CEO muda yang perfeksionis, dingin, dan sangat anti pada hal-hal "tidak teratur"—alias semua yang ada pada diri Laras.

Tak disangka, Revan justru menerima Laras bekerja—entah karena penasaran, gemas, atau stres akibat energi gadis itu. Seiring waktu, kekacauan demi kekacauan yang dibawa Laras membuat hari-hari Revan jungkir balik, dari kisah klien penting yang batal karena ulah Laras, hingga makan siang kantor yang berubah jadi ajang arisan gosip.

Namun di balik tawa, perlahan ada ketertarikan yang tumbuh. Laras yang sederhana dan jujur mulai membuka sisi lembut Revan yang selama ini terkunci rapat karena masa lalu kelamnya. Tapi tentu saja, cinta mereka tak mudah—dari mantan yang posesif,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Pukul tiga pagi.

Revan sedang tidur pulas, wajahnya damai seperti bayi.

Tiba-tiba—

“Maaaaassss.....Revaaaan!”

Revan sontak duduk seperti zombie yang terbangun dari kubur. “W-what?! Kebakaran?! Gempa?! Laras kontraksi?!”

“Enggak,” jawab Laras dengan mata berkaca-kaca. “Aku pengin tahu rasa kerupuk jengkol dicelupin susu coklat…”

Revan: “…”

Laras mengusap perutnya pelan. “Baby kita kayaknya pengin…”

Revan menatap istri tercintanya.

“Larasku sayang, bahkan alien pun nggak kepikiran kombinasi itu.”

Revan akhirnya menyerah dan pakai hoodie sambil menguap. “Oke. Kerupuk jengkol dan susu coklat. Ada di mana tuh jam segini?”

Laras duduk manis di sofa, kakinya diangkat, dan senyum innocent. “Coba warung Bu Lastri, yang katanya buka 24 jam.”

Revan menatap istri dan perutnya. “Kalau bukan karena kamu hamil dan aku cinta setengah mati, udah aku laporin ke warung sebelah.”

Dan Laras hanya tersenyum tanpa dosa

Dua puluh menit kemudian Revan kembali dengan wajah bingung. “Kerupuk jengkol dapat. Susu coklat full cream juga dapat. Tapi…”

Laras menyambut dengan semangat, “Tapi apa?”

“…Aku dipelototin satu RT karena bawa kerupuk jengkol jam tiga pagi. Mereka pikir aku mau syukuran horor.”

Laras tertawa terbahak bahak.

Laras mencelupkan kerupuk jengkol ke susu coklat, mencicipi… lalu terdiam.

Revan mematung. “Kenapa?”

Laras mencibir, “Kayaknya lebih enak kalau kerupuknya digoreng setengah gosong, bukan kering begini. Besok kita coba lagi ya…”

Revan menatap langit. “Ya Allah, hamba ridho. Hamba ikhlas. Tapi hamba juga capek…”

Keesokan paginya, Laras menangis di depan cermin.

“Aku jelek banget! Liat tuh, pipiku bulat kayak bakpao isi jagung!”

Revan yang sedang pakai dasi langsung panik. “Kamu tetap cantik, sumpah. Bakpao juga enak. Jagung sehat. Kombo sempurna!”

Laras mendengus, lalu tersenyum puas. “Kamu tahu cara menenangkan istri hamil. Pinter.”

Revan menyeka keringat. “Pinter karena terlatih. Kamu pelatihnya.”

Sore harinya, Revan curhat ke Arga saat makan siang di kantor.

“Saya tuh sayang banget sama Laras. Tapi ngidamnya kayak varian uji nyali…”

Arga ngakak. “Kakakku juga gitu. Dulu pernah ngidam es batu campur saus sambal dan topping boba.”

Revan menatap kosong. “Apakah ini fase normal atau bentuk nyata dari eksperimen manusia terhadap rasa

Malamnya, Laras tertidur di pundak Revan sambil membelai perutnya.

“Aku tahu kadang ngidamku aneh…” bisiknya.

“Tapi kamu nggak pernah marah. Makasih udah sabar.”

Revan mengecup kening Laras.

“Aku lebih pilih kamu dan baby sehat daripada tidur nyenyak. Meski… jujur, tidur nyenyak itu mahal.”

Laras terkekeh. “Aku janji ngidam normal mulai besok.”

“Ngidam normal versi kamu tuh kayak gimana?” tanya Revan horror

“Cuma minta peluk 500 kali sehari.” jawab Laras

Revan: “…”

Sudah enam bulan usia kehamilan Laras, dan suasana rumah makin penuh warna—kadang lucu, kadang absurd, dan kadang… bikin Revan kehilangan tempat tidur.

Malam itu, Revan baru saja merebahkan diri saat Laras berteriak:

"Sayang! Bantal panjangku ke mana?! Aku nggak bisa tidur tanpa bantal itu!"

Revan yang tengah memeluk guling langsung mematung.

“Yang ini?” tunjuknya.

Laras langsung menyambar. “Itu bantal khusus ibu hamil, bukan buat kamu peluk!”

Revan pasrah menyerahkan guling, eh—bantal.

“Sayang, kamu punya aku. Aku bisa jadi bantal jalan kalau perlu…”

Laras melirik. “Kamu keras, mas Revan. Bantal hamil lembut.”

Revan: "…"

Lelaki itu meringkuk di ujung kasur, memeluk sisa bantal sofa. "Kehidupan rumah tangga: 10% cinta, 90% pengorbanan bantal."

Besok harinya, Laras mendaftarkan Revan ke kelas persiapan jadi ayah baru.

“Aku?! Ikut kelas?!” Revan menunjuk diri sendiri dengan ngeri.

Laras senyum manis. “Yup. Aku butuh kamu nggak cuma jadi suami keren, tapi juga ayah panutan.”

Revan: “Tapi aku udah latihan peluk boneka sama kamu waktu main ke toko bayi minggu lalu!”

Laras: “Revan… kamu peluknya kayak mau ngasih chokeslam.”

Revan: “…”

Di kelas, Revan dan para calon ayah lain mendapat satu boneka bayi plastik.

Arga ikut mendampingi Revan. “Bro, ini boneka bayi atau bom waktu, lagian aku ini asisten kantor kok jadi asisten serba serbi sih" ujar Arga kesal

"Diam kamu atau aku potong uang bonus kamu dari Laras" Jawab Revan dan itu membuat Arga melotot

"Eh jangan lah bos... Iya iya aku gak akan protes lagi" jawab Arga cepat lalu Reva. Tersenyum miring.

Instruktur: “Sekarang, coba ganti popok!”

Revan panik. “Kok nggak ada tombol 'buka otomatis' kayak laptop sih?!”

Arga nyengir sambil dengan tenang mengganti popok bonekanya.

Revan menatap penuh duka pada bonekanya yang sekarang pakai popok… terbalik.

 

Revan pulang membawa sertifikat Kelas Calon Ayah Hebat, lengkap dengan foto dia yang memandikan boneka (airnya tumpah separuh ke bajunya sendiri).

Laras melihat dan langsung ketawa sampai perutnya terguncang.

Revan manyun. “Jangan ketawa keras-keras, nanti baby ikut protes…”

Laras memeluknya. “Kamu hebat banget, mas Revan. Bikin aku makin yakin kita bakal jadi tim hebat buat anak kita.”

Revan tersenyum kecil, meski di dalam hati ia berdoa semoga bayi mereka nanti nggak minta popok diganti sambil salto.

Malam itu, Revan mencoba jadi bantal manusia untuk Laras.

“Kepalamu di sini, kakimu melingkar. Gimana?”

Laras mencobanya sebentar, lalu bangkit.

“Maaf, aku tetap pilih bantal hamil. Kamu kerasnya kayak tegel rumah Oma.”

Revan menghela napas.

“Baiklah. Aku tetap suami dan calon ayah, meski bukan bantal favorit.”

Laras tertawa sambil mencium pipinya.

“Tapi kamu cinta favoritku. Itu nggak ada gantinya.”

Jam dua dini hari. Revan terbangun karena suara berisik dari dapur. Ia mengucek mata dan melangkah dengan setengah sadar.

Di sana, Laras sedang berdiri dengan ekspresi penuh kemenangan, satu tangan memegang petai, tangan lain membawa krim keju.

Revan mengerjap. “Sayang… kamu lagi… eksperimen kuliner?”

Laras dengan bangga mengoles krim keju di petai. “Aku ngidam ini, mas Revan. Kamu mau coba?”

Revan menatap paduan horor itu. “Kukira aku siap menghadapi apapun sebagai suami, tapi… ini di luar nalar manusia waras.”

Laras terkekeh sambil mengunyah. “Enak kok! Anak kita punya selera unik.”

Revan tersenyum kecut. “Kalau nanti anak kita buka restoran, aku nggak heran kalau menunya ‘Petai Cheesecake.’”

---

Pagi harinya, Revan membeli kursi pijat baru untuk Laras karena akhir-akhir ini kaki Laras suka bengkak.

“Tadaaa!” serunya bangga saat kursi itu sampai di ruang tengah.

Laras melihatnya dengan mata berbinar. “mas Revan, kamu romantis banget…”

Laras duduk dan… “Aaaaahhh enak banget!”

Tapi lima menit kemudian, dia berteriak.

“maaassss Revaaan! Kursinya ngelitik punggungku! Ini kayak digigit semut listrik!”

Revan panik menekan semua tombol sampai akhirnya kursinya berhenti bergetar.

Laras nyengir. “Kamu sengaja, ya. Biar aku loncat-loncat.”

Revan: “Sumpah demi petai keju-mu, aku nggak sengaja!”

---

Sore harinya, rumah mendadak ramai karena orang tua Laras datang dari kampung.

Ibu Laras datang sambil menyeret koper. “Laras, Ibu bawa sambal lima level, keripik paru, dan rendang basah!”

Revan menyambut dengan senyum gugup. “Wah, Bu… terima kasih.”

Tapi ia tidak siap ketika satu toples sambal dibuka dan langsung membuatnya bersin tiga kali.

“Ini level empat ya, Nak Revan. Yang lima, jangan disentuh kalau belum ada surat wasiat,” canda ayah Laras.

Arga yang ikut mencicip sambal diam-diam menangis di dapur. “Rasanya kayak neraka kecil di lidah…”

---

Di malam hari, ibu Laras duduk dengan mama Revan, oma Revan, dan tetangga sebelah. Mereka bahas Revan sambil tertawa.

“Ih, Revan itu ya, dulu katanya dingin banget. Tapi sekarang, sama Laras, senyumnya kayak lagi minum sirup terus,” kata ibu tetangga.

mama Revan mengangguk. “Laras emang bisa jinakin dia. Revan tuh kayak teh tawar, Laras tuh gulanya.”

Revan yang mendengar dari balik pintu dapur hanya bisa mengelus dada.

“Dulu aku CEO. Sekarang… bahan rumpian.”

---

Malam itu, Laras kembali minta petai keju. Revan dengan sabar menyiapkan.

“Kamu tahu nggak, mas … Kadang aku nggak percaya kita sampai di titik ini. Dari awal ketemu kamu yang galak, sampai sekarang kamu bisa iris petai sambil senyum.”

Revan menatap istrinya. “Aku juga nggak percaya aku bisa sayang banget sama seseorang sampai rela tidur tanpa bantal demi dia.”

Laras tertawa, lalu menyandarkan kepala di bahunya.

“Mas Revan…”

“Hmm?”

“Nanti kalau anak kita lahir, kamu jangan kasih nama Petai Keju, ya.”

“Deal. Tapi kalau dia ngidam sambal level enam, itu gen ibumu.”

Bersambung

1
LISA
Terimakasih y Kak utk ceritanya..menarik juga koq..malah menjadikan kita makin paham bahwa cinta tidak hanya tentang kesempurnaan tapi dari hal2 yg lucu, menyenangkan..
Susanti Susanti
Luar biasa
LISA
Seru banget cerita ini..ada aj hal yg heboh dalam keluarga mereka..
Nadira ST
ternyata keluarga Laras lebih domplak
Nadira ST
sumpah thor keren banget kok bisa buat karakter kayak Laras bikin semangat kalau gini tukang nyinyir lewat,jalang kabur
Aeriah Kayla
gokil
LISA: Bangett Kak 😊😊
total 1 replies
LISA
Rumah tangga yg harmonis dgn hadirnya si kecil Alethea..bahagia selalu y kalian..
4U2C
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣👍👍👍👍
4U2C
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣👍👍👍
LISA
Wah baby girl udh lahir nih..slmt y Laras & Revan udh jadi ortu nih..kompak y dalam mengasuh Alethea..
LISA
Hahaha..msh 3 bln semua pd bingung ngasi nama 😁
LISA
Wah selamat y buat Laras & Revan..ntar lg jdi ortu nih..pasti makin seru nih 😊 ini baru hamil aj semua udh pd heboh 🤭
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Uuuhhhh perang nih /Determined//Determined/
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
🤣🤣 Bibi pulang datang lah kelelawar /Facepalm/
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Waduh balik jadi sekertaris 😄
Rohmi Yatun
seruuu..
🌹🌹🌹🌹🌹
Rohmi Yatun
ini novel yg gokil.. seruu🤣🤣🤣 next Thor..
🟢≛⃝⃕|ℙ$ Fahira 𝐸𝓊𝓃𝒳𝒾𝑒💎
/Facepalm//Facepalm/ yaampun bi, mintanya gitu amat tuhh bi /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
LISA
Seru banget..akhirnya mereka menikah..Happy wedding buat Revan & Laras..bahagia selalu y & kompak selalu baik dlm pekerjaan & rumah tangga 😊👍
LISA
Seru banget punya sekretaris seperti Laras..bahkan Revan bisa jatuh cinta sama Laras..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!