NovelToon NovelToon
PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ranimukerje

Istri kedua itu memang penilaiannya akan selalu buruk tapi tidak banyak orang tau kalau derita menjadi yang kedua itu tak kalah menyakitkannya dengan istri pertama yang selalu memasang wajah melas memohon simpati dari banyak orang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranimukerje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13

Tau suaminya menikah lagi bahkan sudah hampir seminggu tak pulang, nara tetap tenang bahkan tak sekalipun menghubungi wisnu. Seolah hatinya tak sakit suaminya menduakan dirinya. Memang agak lain nara ini.

"Ra"

"Hmm"

"Lo beneran yakin kalau suami lo nanti ga bakalan kepincut sama madu yang lo pilih."

Nara menghembuskan napas kasarnya. Pasalnya, temannya ini sudah menanyakan hal yang sama berulang kali banyaknya.

"Lo ga bosen nanyain hal itu berulang ulang kali net? Gue aja yang dengernya bosen dan loh tau kalau jawaban gue bakalan tetep sama."

"Ra, lo harus berfikir realistis. Bisa aja cinta itu tumbuh secara mereka berbagi ranjang bahkan suami lo bakalan ngerasai yang lain selain lo."

Mata nara menyipit.

"Lo mikirnya terlalu dramatis. Wisnu itu tau tujuan dia gue suruh nikah lagi itu cuma buat bikin anak aja sama istri barunya. Kalau anak itu lahir ya mereka bakalan cerai lah."

"Ga segampang itu ra."

"Lo yang bikin ribet net, udah ga usah bahas suami gue terus. Gue yang istrinya aja santai badai begini kok lo sih yang kebakaran jenggot."

Neti, sahabat nara semenjak nara jadi istrinya wisnu itu tak habis pikir kenapa ada orang seperti nara ini. Seolah tak takut sama sekali kalau semua yang direncanakan olehnya itu bisa saja meleset dan malah nanti nara yang apes sendiri.

"Terserah lo deh."

"Ya emang terserah gue, lo ga usah stres mikirin rumah tangga gue."

Nara kembali sibuk dengan makanan didepannya. Tak mau pusing dengan segala ketakutan yang selaku neti ucapkan setiap.mereka bertemu.

.

.

.

"Kamu kapan pulang ke nara, nu."

Tanya lim kusuma pada putra semata wayangnya. Pasalnya, sejak pulang dari kampung menikahi febri beberapa hari lalu wisnu selalu kembali kerumah orangtuanya.

"Betah disini pa, walau sama febri masih aja canggung tapi seenggaknya aku ga denger orang ngomel."

Lim kusuma tertawa. Tawa yang sejatinya membuat wisnu jengkel.

"Istri itu emang sukanya ngomel nu, kamu jangan sok menderita begitu."

Wisnu membuang muka kearah samping tak mau menanggapi lebih banyak atas bahasan yang ia buka sendiri.

"Pa, ayo makan malam. Udah siap semua, tadi febri masak. Duh enak deh, ternyata febri itu pinter masak ..... Loh, nu kamu kesini lagi?"

Dewi terkejut karena melihat putranya sudah ada diruang keluarga bersama dengan suaminya.

"Ga mama ga papa sama aja. Kayaknya ga seneng aku sering ada disini."

Wisnu bangun, berjalan menuju ruang makan tak mau menghiraukan wajah bingung ibunya. Disana, diruang makan wisnu mendapati febri sedang menata makanan diatas meja. Bau harum masakan memenuhi indera penciuman wisnu dan dalam seketika rasa lapar itu muncul. Febri sempat terkejut karen tak menyangka saja kalau wisnu akan pulang kesini lagi. Febri mengira kalau wisnu akan pulang ke rumahnya bersama nara, kan sudah hampir seminggu juga tak pulang kesana.

"Kenapa ga ke mba nara?"

Satu tanya yang membuat wisnu jadi merenggut kesal.

"Kenapa kalian kompak?"

Mendengar pertanyaan wisnu itu, febri jadi bingung sendiri pasalnya febri tak paham sama sekali dengan apa yang dimaksudkan oleh suaminya.

Makan malam berlangsung khidmat, semua masakan yang febri buat sangat cocok dilidah ketiganya. Udang goreng tepung capcay ayam tempe mendoan sambal dan beberapa rebusan sayur. Memang sedikit tidak nyambung tapi mereka lahap sekali makannya. Ada rasa hangat dihati febri malam ini, ia merasa diterima.

"Makasih makan malamnya ya nak." Ucap lim kusuma tulus.

Febri mengerjap beberapa kali dan mengangguk kaku.

"Sama-sama pa."

"Besok mau masak lagi untuk sarapan?" Tanya dewi dengan raut ceria.

Febri langsung menggeleng pelan.

"Ga sempat ma, maaf. Besok aku ada pemotretan subuh."

Wisnu langsung menoleh.

"Subuh? Kemana?"

"Cari matahari terbit, kedaerah pegunungan sih rencananya kalau cuaca mendukung."

Wisnu merasa tak puas dengan jawaban yang febri berikan.

"Kemana pastinya."

"Masih belum tau, pokoknya target utama ke pegunungan atau bukit tapi kalau ga memungkinkan ya paling di roof top aja."

"Masukin nomor mu."

Febri menurut, menekan nomor ponsel miliknya dan menyimpannya dengan nama "febriyanti utami". Yes, nama lengkap ga tuh. Hahaha

Tak mau melanjutkan obrolan yang menurut febri tak penting karena sejak tadi orangtua wisnu diam-diam memperhatikan mereka, febri memilih bangun membantu bibi membereskan meja makan.

"Biar bibi saja feb."

"Ga papa ma, sekalian aku mau cuci tangan. Ini agak amis habis makan udang."

Dewi mengangguk.

"Kita ke ruang keluarga ya, nanti kanu nyusul."

"Iya ma"

Diruang keluarga.

"Nu"

Wisnu menoleh saat ibunya memanggil.

"Pulang ke nara, kamu udah mau seminggu ga kesana. Mama cuma ga mau ada ribut-ribut nanti."

Wisnu menghembuskan napas beratnya. Malas sekali rasanya untuk pulang karena nara yang jadi rumahnya sudah tidak sehangat dulu lagi.

"Ingat pamit ke febri."

"Iya"

Bak anak kecil yanh dipaksa belajar patuh, wisnu memasang wajah malas didepan kedua orangtuanya. Lim kusuma memasang wajah tak perduli namun dalam hati ia tau bahwa sebentar lagi akan datang badai dalam biduk rumah tangga putranya.

Kembali pada febri yang tadi memilih bertahan didapur.

Sengaja duduk dikursi yang ada didapur, febri melamun dengan gelas berisi air putih ditangannya. Tak ada hal pasti yang febri pikirkan, hanya saja febri merasai hatinya mulai lelah. Ini baru berjalan beberapa hari dan dari beberapa hari ini tak ada kemajuan apapun dari pernikahannya dengan wisnu. Mereka bisa sama-sama nyaman tidur di ranjang yang sama saja sudah hal yang baik.

"Febri"

Suara wisnu mengalihkan lamunan febri.

Tak menjawab, tapi febri menoleh kesumber suara.

"Malam ini saya mau pulang ke nara."

Febri mengangguk paham.

"Saya juga mau ijin ke mas wisnu, kalau mulai besok saya mulai berkegiatan lagi. Dan tolong kirim pesan ke saya supaya saya tau nomor ponsel mas wisnu karena setelah ini saya perlu ijin kemana saya akan pergi."

Giliran wisnu yang mengangguk dan merogoh ponsel disaku celananya. Menekan nama febri yang ditulis lengkap oleh febri tadinya. Wisnu sempat diam sejenak saat membaca nama kontak febri diponselnya. "febriyanti utami" tak seperti nama nara diponsel wisnu "my wife❤".

Tak mau memikirkannya terlalu dalam wisnu memilih abai saja. Toh hanya sekedar nama diponsel batinnya.

"Kalau ada apa apa kamu jangan sungkan langsung hubungi saga atau mama."

"Iya" jawab febri singkat.

Wisnu pamit sekali lagi dan febri kembali mengiyakan. Tak ada pelukan atau ciuman perpisahan dari pengatin baru itu. Febri tetap bertahan disana samai ia merasa cukup dan saat akan kembali kelantai atas dimana kamarnya sekarang febri tak mendapati keberadaan ayah dan ibu mertuanya.

"Happyreading"

1
Anonymous
Syukkaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!