Awalnya pura-pura, lama-lama jadi cinta. Aku, Renata Priyanka, menghadapi kenyataan hidup yang tidak terduga setelah calon suamiku memutuskan hubungan satu minggu sebelum pernikahan.
Untuk memperbaiki nama baik keluarga, kakek mengatur pernikahanku dengan keluarga Allegra, yaitu Gelio Allegra yang merupakan pria yang terkenal "gila". Aku harus beradaptasi dengan kehidupan baru dan konflik batin yang menghantui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Pertama Pengantin
4 April 2025, malam pesta terakhir.
Aku meminum tiap gelas alkohol yang mereka berikan. Rain tampak khawatir dengan kondisiku yang sudah oleng. Sedangkan Gelio entah menghilang dimana, aku tidak perduli dengannya.
"Sudah cukup Regina, jangan minum lagi," kata Rain yang mencoba merebut gelas kecil yang ada di tanganku.
"Hik! Apa? Jangan rebut-rebut! Ini milikku!" kataku sambil berjalan sempoyongan.
"Wahh Nyonya Muda, selamat atas pernikahan anda! Mari bersulang!" seorang tamu datang mengucapkan selamat.
"Yo! Bersulang!"
"Mohon maaf tuan, adik saya sudah mabuk. Jadi tolong berhenti mengajaknya bersulang," kata Rain.
Rain mencoba mengajakku ke salah satu kamar tamu di rumahnya kakek, tapi aku berontak dan ingin berlari menghampiri mereka untuk menuangkan minuman lagi.
Kepalaku pusing, mataku buram, orang-orang yang berlalu lalang terlihat seperti segerombolan burung merpati yang terbang di udara.
Aku sudah tidak perduli, aku ingin minum hingga tumbang tak sadarkan diri. Sebenarnya aku masih setengah sadar, karena aku termasuk orang yang kuat terhadap alkohol.
SYUUT!
Dengan cepat Rain merangkul ku karena sudah tidak tahan melihat kelakuanku yang menjengkelkan baginya. Di lantai atas, saat Rain membawaku ke salah satu kamar tamu, Gelio baru saja keluar dari salah satu kamar disusul oleh Feriska dibelakangnya.
"Tuan Muda Gelio! Bagaimana bis-?"
Feriska terdiam saat bertemu muka dengan Rain yang datang sambil merangkul ku dari arah berlawanan. Gelio juga melihatku bersama Rain, namun Rain tidak memperdulikannya dan lanjut membawaku ke kamar tamu yang ada di pojok lorong.
Mereka bertiga tampak terlihat sangat canggung. Orang yang baru saja selesai melakukan upacara pernikahan, kini ketahuan masuk ke dalam kamar berduaan dengan wanita lain, dan hal itu dilihat langsung oleh kakak ipar nya. Bagaimana dia akan menjelaskan situasinya?
"Hmm, kakak? Ada apa?" tanyaku, saat Rain berhenti melangkahkan kakinya.
"Tidak apa-apa, beristirahat lah. Aku akan memanggil pelayan untuk mengganti pakaianmu dan menghapus riasan mu. Acara sebentar lagi akan selesai, tolong jangan sampai terlelap karena kau harus pulang ke rumah suami mu," kata Rain merebahkan tubuhku di kasur kamar tamu.
"Hmm," sahutku.
Setelahnya, Rain langsung keluar meninggalkan ku sendirian. Dia mendapati Gelio sudah berada di balik pintu.
"Minggir!"
"Rain, aku akan menjelaskan situasinya!" Gelio mencegat.
"Untuk apa? Aku tidak bertanya dan aku tidak ingin mendengar penjelasan mu itu, minggir!" kata Rain mendelik.
"Aku sudah membuat kesepakatan, dan Regina sudah menyetujuinya!" kata Gelio yang membuat Rain merasa muak.
"Papa sudah memberikan kepercayaannya kepadamu dengan penuh ketulusan. Tolong jangan hancurkan harapannya itu, ini masih belum lewat sehari, Gelio! Dan ini masih di rumah kami! Perhatikan tingkah laku mu dengan baik!" Rain mendorong tubuh adik ipar yang jauh lebih tua darinya itu.
Tak lama setelah Rain pergi, Gelio tampak termenung sejenak sambil menatapku yang tak sadarkan diri. Kemudian dia pergi menyusul Rain ke bawah, para tamu sudah mulai berpamitan, bahkan banyak dari mereka yang oleng hingga tak sadarkan diri di tempat pesta.
...----------------...
Malam semakin larut, ku terbangun. Samar-samar kulihat plafon kamar yang asing. Kepala dan tubuhku sakit seperti baru tertabrak truk.
"Ah!" ku mencoba bangun.
"Oh kau sudah bangun?" tanya Gelio yang berada di sampingku. Dia menutup layar laptopnya, lalu membuka kacamatanya.
"Dimana?" tanyaku.
"Di rumah kita, apa kau lupa? Ini malam pernikahan kita, kau tahu maksud ku bukan?" kata Gelio yang tiba-tiba mendekat lalu mencium ku.
Benar, aku baru tersadar jika acara masih belum berakhir. Masih ada ritual malam pertama pengantin yang seperti itu! Tapi, apa aku harus benar-benar melakukannya dengan Gelio? Bukankah aku dan dia hanya menikah pura-pura? Kenapa tiap ritual yang kami lakukan harus serius seperti ini?
Aku terus mendorong tubuh berat Gelio yang makin menekan.
"T-tidak!" teriakku. Gelio berhenti.
"Apa?"
"Tidak mau, kenapa kita harus melakukan itu?"
"Bibirmu mengatakan tidak, tapi tubuhmu tidak bisa diajak berbohong. Kenapa hmm?" kata Gelio seraya mulai menggerayangi tubuhku.
Tidak bisa. Aku tidak tahan lagi jika Gelio terus melanjutkannya. Air mataku perlahan menetes, aku menangis. Suamiku itu menghentikan kegiatannya. Dia menatapku dengan ekspresi keheranan.
"Ada apa?" tanya nya.
"Jangan menyentuh ku! Aku tidak bisa, kumohon pergilah!" kataku.
"Apa?"
"Pergi!"
"Haha... Baiklah, baik. Aku akan pergi. Beristirahatlah dengan baik, aku akan tidur di luar," kata Gelio yang kemudian benar-benar pergi keluar kamar meninggalkan ku sendirian.
...----------------...
5 April 2025, sekitar pukul setengah satu malam.
Gelio baru saja sampai di depan apartemen mewah yang Feriska tinggali. Dia mengklik-klik password pintu apartemen model cantik itu. Namun ternyata password-nya sudah diganti dan kini Gelio tidak bisa masuk karena tidak mengetahui password baru nya itu.
Dengan kesal Gelio memencet tombol bel apartemen milik Feriska. Berkali-kali tanpa jeda, dia terus menekannya hingga wanita itu keluar menemuinya.
Sementara itu, di dalam kamar. Model cantik itu baru saja habis mandi lalu menggunakan berbagai macam tahapan skincare rutinnya. Dia bersenandung untuk menutupi kesedihannya habis ditinggal menikah oleh orang yang dicintainya.
DING-DONG-DING-DONG-DING-DONG (tanpa jeda)
Feriska tersentak, lalu segera merapikan piyamanya. Dengan pelan dia berjalan ke depan, sambil berjaga-jaga jika ada perampok sopan yang memencet bel sebelum merampok si pemilik rumah.
"Siapa sih yang berkunjung malam-malam begini?" gumam wanita itu.
"Siapa?" teriak Feriska sebelum membukakan pintu untuk si tamu yang tak diundang.
Cukup lama dia menunggu, namun masih tidak ada jawaban dari si pemencet bel yang terus berbunyi. Wanita itu memberanikan diri mengintip di CCTV depan pintunya, namun tidak terlihat apapun karena sepertinya si tamu menutupinya dengan sesuatu.
Karena sudah tidak tahan dengan suara bel yang terus di tekan. Feriska pun mulai mengklik tombol password pintunya, hingga akhirnya pintu pun terbuka. Betapa terkejutnya Feriska saat melihat Gelio berdiri tepat di depannya.
Dengan cepat Feriska ingin menutup pintu nya kembali, namun kaki Gelio sudah keburu melangkah dan mengganjal pintu rumah model cantik itu. Kakinya gemetar sambil mundur beberapa langkah. Tatapan dingin Gelio membuatnya semakin merasa ketakutan.
"K-kenapa anda kemari? Bukankah sekarang adalah malam pertama pernikahan anda? P-pulang lah!" kata Feriska yang mencoba mengusir Gelio dengan gagap.
"Diam lah!" kata Gelio yang langsung menyergap bibir wanita itu dengan sangat brutal.
"Lepas! Ah, anda terlalu kasar!"
Dengan kasar Gelio memperlakukan tubuh elok model itu dengan sembarangan. Dalam keadaan ripuh tak berdaya, Feriska terus mencoba berontak menyadarkan Gelio yang masih dalam keadaan memiliki hasrat yang tak terpenuhi.
"Gelio bajingan! Pergilah ke neraka!"
"Tenanglah kalau kau tidak mau melihat darah malam ini," Gelio mengancam.
"Sia-ah! Ahh! Sakit! Kumohon hentikan, kau terlalu kasar!"
Air mata, air liur, air mani, dan segala bentuk cairan lain menetes keluar. Tubuh ramping model cantik itu sudah tidak mampu lagi menahan gempuran hebat dari Gelio yang membabi buta. Saat putaran ke tiga, dia pun pingsan.