NovelToon NovelToon
Dendam Keturunan Pendekar

Dendam Keturunan Pendekar

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Action / Balas Dendam
Popularitas:695
Nilai: 5
Nama Author: Abdul Rizqi

Wira adalah anak kecil berusia sebelas tahun yang kehilangan segalanya, keluarga kecilnya di bantai oleh seseorang hanya karena penghianatan yang di lakukan oleh ayahnya.

dalam pembantaian itu hanya Wira yang berhasil selamat karena tubuhnya di lempar ibunya ke jurang yang berada di hutan alas Roban, siapa sangka di saat yang bersamaan di hutan tersebut sedang terjadi perebutan artefak peninggalan Pendekar Kuat zaman dahulu bernama Wira Gendeng.

bagaimana kisah wira selanjutnya? akankah dia mampu membalaskan kematian keluarganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cerita Ardi

Waktu berjalan dengan sangat cepat sekali.

Malam semakin larut kini waktu menunjukan pukul setengah sepuluh malam, di sebuah ruangan yang gelap dan cukup sempit terbaring Wira yang sudah tidur pulas.

Sementara di bawa Ranjang terlihat Nenek Saroh yang duduk sambil mulutnya komat kamit seperti merapalkan mantra, tidak hanya itu di depan nenek Saroh juga terdapat ayam ayam cemani yang sudah mati, beberapa telur bebek, pisang raja, bunga setaman, dan beberapa dupa yang menyala.

Setelah selesai merapalkan mantra nampak seluruh sesajen itu menghilang, seolah tertelan oleh sesuatu.

Di saat yang bersamaan mustika hitam yang berada di kalung kencono Sukmo bersinar dengan aura hitam pekat.

Wus..

Tiba tiba aura hitam itu membentuk sesosok genderuwo yang sangat mengerikan dengan sebuah tanduk melengkung di jidatnya.

Genderuwo itu tidak memiliki bola mata, seluruh matanya hitam pekat seolah angkasa yang tiada batasnya, sama persis seperti mata kiri Wira saat melihat Suanggi tadi sore, menunjukan bahwa mati kiri Wira saat itu sesaat berubah menjadi mata Genderuwo ini.

Nenek Saroh terlihat bersimpuh di lantai ketika sosok genderuwo itu hadir, nenek Saroh dengan hati hati kemudian berucap, "selamat datang kembali di alam manusia, wahai khodam mustika hitam sekaligus salah satu pengikut tersetia pendekar Wira Gendeng." Ucap Nenek Saroh.

Sosok genderuwo itu terlihat menarik udara dalam dalam, "hmm..." genderuwo itu bergumam pelan, "sudah lama sekali aku tidak menghirup udara di dalam manusia!" Ucap Genderuwo itu.

Kemudian Genderuwo itu menatap seorang nenek tua yang bersimpuh di atas lantai, "aku mencium bau Anggar yang mengalir di dalam tubuhmu, katakan kepadaku apakah kamu keturunan Anggar dan bagaimana caranya bisa membangkitkanku dari tidur panjangku?" Tanya Genderuwo itu dengan suara berat.

"Benar Mustika Hitam, aku adalah keturunan nyai Anggar. Alasanku membangunkanmu dari tidur panjangmu karena penerus dari Tuanmu telah lahir, dia Berada di bawahmu." Jawab Nenek Saroh.

Gendruwo itu kaget, "penerus Tuanku?" genderuwo itu kemudian menatap ke arah bawah, di sana terlihat seorang anak laki laki yang terbaring dengan wajah tenang.

Gendruwo itu mematung beberapa detik, menatap wajah yang sangat ia rindukan, "wa.. wajah Anak ini sama persis seperti Tuanku! Luar biasa aura kehadirannya pun aku Tidak bisa merasakannya. Katakan padaku wahai keturunan Anggar apakah ada semacam tanda lahir berbentuk pola rumit di punggung anak ini?" Tanya Genderuwo itu.

Nenek Saroh menganggukan kepalanya, "ada Tuan Mustika hitam, tanda lahir itu juga sama persis seperti milik Tuanmu yang terdahulu, Wira Gendeng. Tidak hanya wajah, dan tanda lahir saja yang sama namun namanya juga sama dia bernama Wira!" Jawab Nenek Saroh.

Siapa sangka pada saat ini Genderuwo itu terlihat meneteskan air matanya memandangi wajah Wira, dia seolah teringat tentang segala kemenangannya bersama tuannya dahulu.

"Tuanku, aku berjanji akan setia kepada keturunanmu walaupun nyawaku taruhannya!" Batin Genderuwo itu.

***

Di tempat lain lebih tepatnya di jalanan desa yang samping kanan dan kirinya adalah kebun, terlihat beberapa preman yang sedang berjalan sembari membawa senter.

"Suanggi!!!" Teriak salah satu preman.

"Suanggi!!!"

"Suanggi!!!"

Dan di susul dengan teriakan rekan preman lainnya. Mereka semua saat ini sedang melaksanakan tugas yang di berikan oleh Surya, yaitu mencari Suanggi.

"Sialan!! Ternyata menantu Tuan Surya adalah seorang nenek tua!" Ucap Salah satu preman dengan nada yang sedikit geram, preman itu mengingat dirinya yang sempat kagum dan terpesona dengan kemolekan tubuh Suanggi.

"Sabar bro, lagian bukan cuma kamu aja yang ketipu sama penampilannya." Ucap rekan preman satunya sambil menepuk bahu temannya.

Sementara itu terlihat salah satu preman memasang wajah gelisah, dia seolah mengetahui sesuatu namun tidak berani mengungkapkannya.

"Ardi... kok kamu kaya gelisah gitu? ada apa cerita aja." Ucap salah satu teman Ardi.

Ardi menganggukan kepalanya, dia kemudian memulai ceritanya, "kalian semua tahu bukan aku bukan berasal dari Desa sini, melainkan aku berasal dari Desa Sengon." Ucap ardi yang memulai ceritanya.

Semua rekan preman Ardi menganggukan kepalanya, mereka semua menyimak cerita Ardi yang sepertinya sangat serius.

Ardi kemudian kembali melanjutkan, "di tempat tinggalku yang dahulu yang berada di desa Sengon, aku memiliki seorang tetangga bernama nenek Suanggi namun nenek Suanggi saat itu adalah seorang nenek nenek tua yang sangat kurus, saat itu aku masih menginjak kelas satu SMP.

Orang tuaku selalu membantu nenek Suanggi, entah itu berupa bahan makanan, makanan siap makan, uang dan hasil ladang. Orang tuaku selalu memberikan sebagian rezekinya kepada nenek Suanggi, karena nenek Suanggi memiliki kehidupan yang sangat pahit." Ucap Ardi.

Ardi kemudian menjelaskan Suanggi yang merupakan janda mandul, hingga di tinggal suaminya dan saudara saudaranya yang tidak mau membantunya hingga membuat Suanggi hidup sebatang kara.

Siapa sangka Ardi masih belum selesai bercerita, "Nah, ketika aku menginjak kelas 3 SMK, saat itu aku sedang duduk di teras rumah ada salah satu nenek tua dengan wujud yang sangat menyeramkan bertanya kepadaku, 'Le, apakah di sini rumahnya nenek Suanggi?' Kira kira seperti itu pertanyaan nenek itu, aku menjawab 'bukan nek, rumah nenek Suanggi sebelah sana' aku menjawabnya sambil menunjuk rumah nenek Suanggi yang tidak jauh dari rumahku...

Nenek itu kemudian tersenyum dan berterimakasih kepadaku, dia langsung menuju rumahnya nenek Suanggi, dan apa kalian tahu apa yang terjadi setelah nenek menyeramkan itu bertamu di rumah nenek Suanggi?" Tanya Ardi kepada semua rekan premannya yang menyimak dengan mulut melongo.

Secara refleks semua rekan preman Ardi menggelengkan kepalanya, dengan cepat seperti kipas angin rusak.

Ardi menghirup udara dalam dalam kemudian berucap, "setelah satu hari kepergian nenek menyeramkan itu dari rumah nenek Suanggi, nenek Suanggi di temukan tewas oleh ibuku di kamarnya...."

Semua rekan preman Ardi kaget bukan kepalang mendengarnya.

"La.. lalu apa yang terjadi setelah itu? Apakah hantu nenek Suanggi berkeliaran?" Sahut rekan preman Ardi.

Ardi menggelengkan kepalanya, "biarkan aku selesai bercerita terlebih dahulu." Ucap Ardi.

Preman itu langsung menganggukan kepalanya, seperti anak ayam yang mematuk beras.

Ardi kemudian melanjutkan ceritanya, "Setelah satu tahun berlalu tepatnya aku lulus SMK aku sama sekali tidak mendapatkan pekerjaan hingga akhirnya aku bekerja bersama Bos Surya, nah dari situlah aku secara tidak sengaja melihat Suanggi istri dari Tuan Darmaji, tidak hanya namanya saja yang sama namun aku merasakan bahwa Suanggi itu adalah orang yang sama! Dugaanku nenek Suanggi itu belum mati!

Kemungkinan yang memberikan susuk kepada Suanggi adalah Nenek menyeramkan itu, dan kematian Suanggi sengaja di palsukan!" Ucap Ardi.

Sontak semua rekan premannya tercengang dengan apa yang di ceritakan oleh Ardi.

"Ah masa mati bisa di rekayasa di?" Tanya salah satu preman.

"Bisa aja bro, asal kamu tahu dunia ini ngga sesederhana apa yang kita lihat, kita hidup saling berdampingan. Bisa saja kan nenek menyeramkan itu bisa menyuruh semacam jin perewangnya untuk menyamar menjadi nenek Suanggi dan pura pura mati." Jawab ardi dia terlihat sangat percaya diri dengan asumsinya.

Semua rekan preman Ardi terlihat termenung mencoba memikirkan cerita Ardi.

Mereka semua berjalan hingga akhirnya melewati rimbunan ilalang yang sepanjang leher pria dewasa.

Apa yang tidak di ketahui oleh Ardi dan semua rekan premannya, terlihat seorang wanita cantik dengan rambut hitam acak acakan dan sebuah kebaya sederhana berjongkok di balik rimbunnya ilalang.

Dia tidak lain tidak bukan adalah Suanggi.

Suanggi terlihat menggertakan giginya dengan geram, "Sialan! Berani sekali surya menyuruh anak buahnya untuk mencariku! Lihat saja Surya aku akan memberikan perhitungan kepadamu, akan aku suruh Pakande untuk menyantetmu!" Ucap Suanggi.

kemudian Suanggi memandangi punggung Ardi yang semakin menjauh, "Ardi, dia memang anak yang cerdas. Tapi karena kamu berani bercerita mengenai kecurigaanmu, aku juga akan membuat perhitungan kepadamu!"

Suanggi terlihat sedikit berpikir, "hmm... kediaman Pakande berada di dalam alas Roban, bagaimana caraku agar bisa ke sana tanpa ketahuan anak buah Surya yang tersebar di mana mana?" Tanya Suanggi dalam hatinya.

1
Tini Nurhenti
ada yg ngompol gk thor 😄😄🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!