Cerita ini adalah kelanjutan dari Reinkarnasi Dewa Pedang Abadi.
Perjalanan seorang dewa pedang untuk mengembalikan kekuatannya yang telah mengguncang dua benua.
Di tengah upaya itu, Cang Yan juga memikul satu tujuan besar: menghentikan era kekacauan yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, sebuah era gelap yang pada awalnya diciptakan oleh perang besar yang menghancurkan keseimbangan dunia. Demi menebus kesalahan masa lalu dan mengubah nasib umat manusia, ia kembali melangkah ke medan takdir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 : Pertarungan dengan Pria Berjubah Hitam
Tujuh hari telah berlalu sejak kedatangan Cang Yan di kediaman Xue Er. Dalam keheningan malam, suasana terasa mencekam. Ayah Xue Er telah dipindahkan ke tempat aman bersama Bibi Lin sesuai saran Cang Yan, untuk menghindari bahaya yang mungkin datang kapan saja.
Di luar, angin malam membawa suara langkah kaki. Seseorang mendekati rumah dengan gerakan tenang. Dia berhenti di depan pintu menampakkan seorang pria paruh baya berwajah dingin, mengenakan jubah hitam yang memantulkan cahaya bulan.
"Mu Hongjun? Aku datang untuk melihat kondisimu." Suaranya terdengar ramah, tetapi ada nada licik yang tak dapat disembunyikan.
Setelah beberapa saat tanpa jawaban, pria itu mendorong pintu perlahan. Ia terkejut melihat ruangan itu kosong, tidak ada seorang pun di sana.
"Kemana mereka?" gumamnya sambil melangkah masuk kedalam.
"Apakah mereka sudah meninggalkan tempat ini?" lanjutnya, dia kemudian melangkah keluar. Sementara Di depan rumah, dia melihat dua orang berdiri di kejauhan, dia adalah Cang Yan dan satu lagi seorang wanita bercadar serta bertudung hitam.
Pria berjubah hitam itu mengenali wanita bercadar dan bertudung hitam itu. Dia adalah Xue Er putri satu satunya dari Mu Hongjun.
"Kamu Xue Er kan?" pria itu sambil menunjuk ke arah Xue Er, "Di mana ayahmu? Kenapa dia tidak ada di rumah?" tanya pria berjubah hitam dengan tatapan tajam.
Xue Er maju beberapa langkah kedepan, matanya menatap tajam ke arah pria itu. "Untuk apa Anda datang ke sini dan menanyakan Ayah?" tanyanya dengan suara tegas. Tangan Xue Er mengepal dengan erat memperlihatkan kemarahan yang ada di hatinya.
"Apa maksud mu, Aku datang kesini hanya ingin tahu kondisi ayahmu, dan aku ingin memastikan apa yang aku sarankan dulu untuk mendapatkan inti laba laba itu sudah kamu laksanakan? Kalau kamu tidak segera menemukannya, Ayahmu tidak akan tertolong," ujar pria berjubah hitam dengan nada mendesak.
Xue Er menatap pria itu dengan dingin, dan kemudian mengeluarkan bola kristal berwarna hijau keputihan dari cincin penyimpanannya. "Apa ini yang kau maksud?"
Pria itu terkejut sekaligus gembira. Matanya berbinar melihat bola kristal di tangan Xue Er. Dia tidak menyangka gadis itu benar benar mencari dan berhasil mendapatkannya.
"Berikan itu padaku, dan kita akan segera menyembuhkan Ayahmu," katanya, sambil mencoba berbicara dengan tulus.
"Sudah cukup. Aku tahu tujuan aslimu dengan inti laba laba ini bukan untuk menyembuhkan Ayahku, kau jangan berpura-pura lagi."
Pria berjubah hitam itu menyipitkan matanya, terkejut dengan ucapan Xue Er. "Apa maksudmu?"
"Jangan buang buang waktu lagi. Katakan di mana orang yang memiliki penawar racun di tubuh ayahku." desak Xue Er, suaranya naik dengan amarah yang tak terkendali.
Pria itu terdiam dan kemudian senyum licik mulai terukir di wajahnya. "Hahahaha, jadi kamu sudah tahu segalanya. Kupikir aku masih bisa berpura pura dan menipu kalian. Tapi tampaknya aku meremehkan mu."
"Kau bukan datang untuk membantu Ayahku," Xue Er angkat bicara dengan suara bergetar, matanya berkobar dengan amarah.
"Kau hanya menginginkan inti monster laba-laba putih ini untuk tujuanmu, kau telah membohongiku dan keluargaku.!"
Pria itu terkekeh. "Hahaha, Itu benar. Inti monster itu adalah milikku. Jika kalian menyerahkannya dengan baik-baik, aku mungkin akan mengampuni hidup kalian."
Cang Yan melangkah maju berdiri di depan Xue Er. "Mundurlah Xue Er," katanya tegas.
Melihat Cang Yan berada di hadapannya, Xue Er merasa tak bisa berbuat apa-apa lagi. Walaupun ia melawan pria berjubah hitam itu, kemenangan hanyalah nol persen. Satu-satunya harapannya kini bertumpu pada pria di depannya ini.
"Senior..."
"Kau boleh memiliki inti monster laba-laba ini," kata Cang Yan dengan tenang,
"Tapi tukarkan dengan penawar racun yang ada di tubuh ayah Xue Er."
"Hahaha!" Pria berjubah hitam itu tertawa sinis. "Kau ini siapa bocah? Berani-beraninya tawar menawar denganku. Cepat menyingkir kalau tidak ingin mati dengan cara yang mengenaskan."
Pria itu lalu menatap Xue Er dengan tajam. "Cepat berikan inti laba-laba itu padaku."
"Aku tidak akan memberikannya sebelum kau menyerahkan penawar itu!" jawab Xue Er dengan penuh tekad.
Tatapan pria itu berubah tajam, sorot matanya dipenuhi amarah. "Jika kalian tidak mau memberikannya... kalau begitu aku akan mengambilnya dengan paksa."
Pria itu tidak ingin berlama-lama lagi. Seketika, energi hitam menyelimuti tubuhnya membuat udara di sekitar bergetar hebat. Tekanan mengerikan menyebar ke seluruh penjuru, seolah-olah dunia ini tidak mampu menahan kekuatannya.
Mata Cang Yan menyipit. Ia bisa merasakan kekuatan luar biasa yang terpancar dari pria itu. "Sepertinya pertarungan ini tidak akan mudah," gumamnya pelan, namun penuh dengan kewaspadaan.
Dengan gerakan cepat, Cang Yan mengambil pedang Huang Ming Jian dari punggungnya. Matanya menatap tajam ke arah musuh, lalu berkata dengan nada tegas, "Xue Er, cepat mundur. Cari tempat yang aman."
Namun, Xue Er tetap terdiam di tempatnya. Perasaan frustrasi menyelimuti dirinya. Selama ini ia selalu menjadi beban, selalu bergantung pada orang lain. Giginya terkatup rapat, tekad mulai membara dalam hatinya.
"Aku harus menjadi kuat. Aku harus melindungi keluargaku sendiri dan berhenti bergantung pada orang lain," gumamnya.
Dengan keyakinan baru ia segera melesat ke tempat yang cukup aman, namun tetap dalam jangkauan untuk mengamati pertarungan.
Sementara itu, Cang Yan melihat lawannya telah mengerahkan seluruh kekuatannya. Tanpa ragu, ia mengalirkan energi spiritual ke dalam Inti Pusaran Esensi Jiwa Langitnya untuk memperkuat tubuhnya sekaligus meningkatkan kekuatannya.
Seketika, aura yang luar biasa terpancar darinya, energi keperakan mengalir di seluruh tubuhnya menandakan peningkatan kekuatan yang drastis. Kini, kekuatannya hampir setara dengan seorang kultivator Transformasi Jiwa Awal walaupun kultivasinya masih di awal Roh Pemula.
Di saat yang bersamaan, Cang Yan menelusuri ingatan Li Wei. Dalam benaknya, ia menemukan sebuah teknik pedang yang cukup bagus, Teknik Pedang Jiwa Penghancur. Tanpa ragu, Cang Yan segera mengaktifkannya.
Mata Cang Yan berubah menjadi perak terang dan bersinar penuh kekuatan. Energi Esensi Jiwa Langit kini menyelimuti Huang Ming Jian menyatu dengan energi Jiwa Naga Emas. Perpaduan dua kekuatan besar itu menciptakan aura yang menggetarkan area sekitar, cahaya perak dan emas berkobar di sekeliling pedangnya.
pria itu melangkah maju dan mengangkat tangannya. Energi hitam menyelimutinya membentuk pusaran bayangan yang berkedip seperti api iblis. "Bersiaplah untuk mati. kalian para bocah yang tidak tahu batas kekuatan berani menghadapi ku."
Dalam sekejap, pria itu menghilang.
BOOM...
Serangan mendadak menghantam Cang Yan dari samping. dengan pengalamannya dalam bertarung dia menahan serangan itu dengan pedang Huang Ming Jian, tetapi kekuatan dari serangan itu membuatnya mundur beberapa langkah.
CRACK...
Tubuhnya menghantam pohon di sekitarnya menghancurkannya menjadi serpihan. Cang Yan segera bangkit. Tetapi pria itu sudah muncul di depannya lagi.
Sebuah tendangan horizontal melesat dengan kecepatan luar biasa. Cang Yan dengan refleks mengangkat pedangnya untuk menangkis tendangan itu
CLANG...
Benturan keras terjadi. Getaran hebat merambat ke seluruh tubuhnya dan dalam sekejap ia terlempar ke udara, melayang tanpa kendali.
"Sial... Kuat sekali."
Pria berjubah hitam itu terkekeh, matanya penuh dengan ejekan. "Seorang kultivator tahap awal Roh Pemula berani menantang ku? Hahaha... Itu sungguh lelucon."
Cang Yan menggertakkan giginya. Meskipun telah mengaktifkan Pusaran Esensi Jiwa Langit, kekuatan pria ini masih terlalu besar. Dan kini ia menyadari sesuatu,
"Kayaknya Kultivasi pria berjubah hitam ini sudah hampir memasuki tahap menengah Transformasi Jiwa."
Udara bergetar dan tekanan semakin mencekik. Sebelum Cang Yan sempat mengendalikan posisinya di udara, Sosok hitam itu sudah menghilang. Lalu bayangan gelap melintas tepat di belakangnya, Sebuah serangan mematikan meluncur ke arahnya. Cang Yan tidak punya waktu untuk menghindar..