NovelToon NovelToon
Nona, I Love You!

Nona, I Love You!

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Nikahmuda / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Asih Nurfitriani

Arunika seorang novelis khusus romansa terpaksa meninggalkan lelaki yang sudah 7 tahun menjalin cinta dengannya. Robin telah tega berselingkuh dengan temannya semasa kuliah, hal tersebut diketahuinya saat datang ke acara reuni kampus.
Merasa dikhianati, Arunikapun meninggalkan tempat reuni dalam keadaan sakit hati. Sepanjang jalan dia tak henti meratapi nasibnya, dia adalah novelis spesialis percintaan, sudah puluhan novel romantis yang ia tulis, dan semuanya best seller. Sementara itu, kehidupan percintaannya sendiri hancur, berbanding terbalik dengan karya yang ia tulis.
Malam kelabu yang ia jalani menuntunnya ke sebuah taman kota, tak sengaja dia berjumpa dengan remaja tampan yang masih mengenakan seragam sekolah di sana. Perjumpaannya yang tak sengaja, menimbulkan percikan cinta bagi Sandykala, remaja tampan berusia 18 tahun yang sedang mencari kesembuhan atas trauma percintaan masa lalunya. Akankah romansa akan terjalin antara keduanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asih Nurfitriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SEDIKIT TERABAIKAN

Setelah lelah dengan acara kelulusan dan makan malam yang sungguh di luar rencana karena Sandy baru saja memberitahu bahwa dia menolak kuliah di luar negeri. Alasannya dia tidak mau jauh denganku yang baru beberapa bulan berpacaran dengannya. Sebenarnya aku sedikit tidak enak hati dengan Om Hermawan dan keluarganya, tapi Sandy meyakinkan bahwa keluarganya selalu mensupport apapun keputusan terbaiknya.

Dia mendaftar di salah satu kampus swasta terbaik di kota ini. Awalnya Om Hermawan memintanya untuk mengambil jurusan bisnis, tapi dia tidak mau. Dia memilih jurusan Sastra Prancis. Karena dia merasa senang jika belajar bahasa asing, terkadang keluarganya juga menggunakan bahasa tersebut sesekali. Rendy rupanya juga enggan kuliah di luar negeri, dia pun memutuskan masuk ke kampus yang sama dengan Sandy. Namun dia memilih jurusan bisnis seperti keinginan orang tuanya.

Steve mengikuti jejak Viola berkuliah di Singapura, mengambil jurusan Ekonomi, sedang Viola ingin fokus di dunia Seni. Kevin lah yang memilih untuk ke luar kota, karena jika harus ke luar negeri dia tidak terlalu berminat. Dia mengambil jurusan Hubungan Internasional. Semua berjalan sesuai dengan keinginan mereka masing-masing. Bagi mereka yang notabene anak konglomerat, biaya ratusan juta pun tak jadi masalah.

Yang jadi masalah adalah, sikap Hendra Wijaya yang dulunya sedikit dingin,namun sekarang berubah drastis sejak project film yang kami kerjakan bersama selesai. Dia sekarang kerap mengirimiku pesan, bahkan beberapa kali sempat mengajakku untuk makan bersama. Aku sudah menceritakan hal tersebut kepada Jihan, Jihan menyuruhku untuk tetap biasa saja menanggapinya.

"Kalau dipikir-pikir kan dia sudah tahu kalau hubunganmu dengan Sandy masih berlanjut kan? Tapi justru dia semakin intens menghubungimu.." respon Jihan begitu mendengar ceritaku.

"Walaupun dia seringnya membahas seputar tulisanku, dan sesekali dia minta pendapatku terkait novelnya, aku sih tidak menaruh rasa curiga Ji..!" imbuhku, aku menghela nafas. Dan aroma kopi siang ini benar-benar membuatku sedikit tenang.

"Selama dia tidak membahas hal pribadi, tanggapi saja sewajarnya. Kalaupun dia melewati batas, kamu bisa langsung menegurnya..!" nasehat Jihan, Jihan merasakan ada perubahan sikap Hendra Wijaya belakangan ini. Dia kerap memergokinya sedang menatap Aruni lekat-lekat di kejauhan. Kerap sekali terlihat bersama bahkan saat makan siang, padahal dulunya dia selalu makan sendiri tanpa rekan.

"Jelas lah, aku akan langsung memberi batasan!" jawabku tegas. Aku sedikit lega, pikiranku yang semula terbebani dengan deadline yang diminta Pak Satrio berkurang juga.

"Ending novelku hampir selesai, Pak Satrio meminta klimaks yang lebih rumit, agar pembaca penasaran. Sedangkan aku malas jika harus membuat season 2 nya. Aku lebih suka ceritaku happy ending, dan selesai..!" keluhku. Pikiranku sempat terpecah karena ikut juga memikirkan kuliah Sandy. Dia sering meminta ditemani untuk mencari referensi buku untuk bahan kuliah. Ternyata sebagai mahasiswa baru banyak sekali aktifitas di kampusnya. Tak jarang akhir pekan pun kami hanya sebentar bertemu. Meskipun sedikit sedih, aku harus memakluminya. Aku tidak mau terkesan manja dan kekanak-kanakan. Dia masih muda, pastinya banyak yang ingin dia lakukan dan pelajari.

"Gimana anak kecilmu? Aku melihat Jimmy yang sekarang sok sibuk dengan kegiatan kampus pun heran. Bukankah mereka satu fakultas?" tanya Jihan, Aku bahkan sampai lupa jika Jimmy mengambil bahasa asing juga, itu karena ceweknya yang sekarang berasal dari Rusia.

"Ah kamu benar, mereka satu fakultas hanya saja beda jurusan, adikmu mengambil sastra Rusia dan Sandy mengambil sastra Prancis.." jawabku sedikit lesu. Seolah paham situasiku, Jihan pun menyemangati diriku yang semakin bucin.

"Tenanglah, dia tidak akan tergoda dengan mahasiswi yang lain, aku akan meminta Jimmy menjadi mata-mata agar Sandykala tidak macam-macam..!" ucap Jihan penuh amarah.

"Wajar kan kalau misalnya dia tergoda, bukannya aku harus siap dengan segala konsekuensinya, apalagi dia ramah dan mudah bergaul.." kataku sedikit lesu. Sandy sering mengeluh karena banyak pesan masuk di media sosial dan WAnya. Kebanyakan memang wanita, awalnya aku biasa saja, lama-lama aku cemburu juga akhirnya.

"Kenapa nada bicaramu lemah begitu?" gerutu Jihan. Raut wajahku sedikit kusut.Dia pun memegang pipiku dengan lembut.

"Aku sedang dilanda cemburu akut Ji.." jawabku jujur. Akhirnya aku mengakuinya, aku sedang kalut karena lelaki mudaku disukai banyak wanita.

"Ya ampun, sampai segitunya, pantas saja otakmu belakangan ini tidak menemukan ide untuk ending novelmu..ckckckck!" keluh Jihan, dia duduk di sebelahku sembari menepuk-nepuk punggungku.

"Benar kan, aku bucin parah. Haruskah aku menjemputnya nanti di kampus?" tanyaku meminta saran. Dia hanya mengangguk dan berkata.

"Lakukanlah!" kata Jihan sembari berbisik, dia melirik ponselku, dan tertawa melihat pesanku yang belum satupun mendapat jawaban dari Sandykala.

"Dia belum membalas pesanku Ji. Mungkinkah dia sedang bersenang-senang dengan teman-temannya?" tanyaku penuh kesedihan. Sepertinya hari-hariku bukan lagi jadi prioritasnya.Padahal dia selalu membalas pesanku dengan segera, namun akhir-akhir ini aku sedikit terabaikan.

"Tenangkan dirimu, selesaikan pekerjaanmu, agar kamu bisa segera menemuinya. Tenanglah sahabatku!" hiburnya sedikit lebay. Aku yang melihat sikapnya barusan sedikit terhibur.

Jihan meninggalkan ruanganku, aku berharap pekerjaanku kali ini segera berakhir. Aku benar-benar merindukan Sandykala. Selang setengah jam sejak pesanku terkirim, akhirnya Sandypun menelponku. Aku yang melihat namanya terpampang di layar ponselku pun seketika energiku kembali.

"Halo sayangku.." sapanya dengan suara lembut seperti biasanya. Suara yang aku rindukan sangat.

"Iya, apakah sudah tidak sibuk?" tanyaku sedikit lesu, sebenarnya aku suka dia menelpon, namun aku sedikit kecewa pesanku tak langsung dia balas.

"Maafkan aku ya, aku sedikit sibuk akhir-akhir ini. Tapi kesibukanku selesai hari ini. Jadi apa nanti mau aku jemput di kantor?" jelasnya, memang awal kuliah ada banyak kegiatan, seperti orientasi kampus, malam keakraban, dan festival kampus yang menyajikan berbagai macam klub yang bisa diikuti oleh mahasiswa/mahasiswi.

Aku sedikit terdiam, aku merasa diriku sedikit berlebihan karena Sandy sibuk beberapa waktu lalu.

"Sayang...kenapa diam saja?" tanyanya lagi.

"Aku sangat merindukanmu..sungguh..!" jawabku sambil terisak, entahlah aku turunkan egoku serendah-rendahnya. Memang rinduku teramat sangat kepada lelaki muda ini.

"Heii sayang, baiklah, aku minta maaf ya! Aku juga merindukanmu, jangan menangis.." katanya khawatir, dia pun merasa bersalah karena akhir-akhir ini sedikit mengabaikanku.

"Apakah mahasiswi di sana cantik-cantik? Apakah mereka masih menggodamu dengan meminta nomer ponsel atau nama akun media sosialmu?" tanyaku selidik, aku sepertinya cemburu.

Sandy tertawa mendengar rentetan pertanyaanku. Dia berusaha berhenti tertawa,namun lagi-lagi sikap manjaku membuatnya terhibur.

"Sayang, jangan bilang kamu khawatir kalau aku akan menanggapi mereka, kenapa kamu menggemaskan kalau cemburu begini.." godanya. Dia pun selalu menenangkanku jika hatiku sedang tidak baik-baik saja.

"Aku yakin banyak yang lebih cantik dariku di sana..." kataku merajuk. Dan sayup-sayup akupun mendengar suara perempuan yang mengajaknya berbicara saat kami dalam panggilan telepon.

"Oh Sandy, apakah kamu jadi bergabung dengan klub Pena Senja? Karena ada banyak mahasiswi lain yang ingin bergabung jika kamu ikut..!" tanya wanita di sebrang sana. Rupanya Sandy ingin mengikuti klub yang ada di kampusnya.

"Maaf, aku belum memutuskan untuk ikut atau tidak, karena ada beberapa klub yang menawariku untuk bergabung dengan mereka.." jawab Sandy.

"Begitu ya? Apakah kamu ada waktu luang sore ini? Aku mau menjelaskan apa saja benefit yang kamu dapat jika bergabung di klub kami.." wanita ini gigih juga ya rupanya, batinku. Dia masih saja berusaha untuk mengajak Sandy bergabung.

"Sepertinya aku tidak ada waktu. Pacarku sudah beberapa hari ini tidak bertemu denganku. Jadi aku berencana untuk menemuinya nanti. Maaf ya, mungkin lain kali aku akan ke basecamp klub jika aku ingin bergabung. Ah iya, aku sedang berbicara dengan pacarku, jadi aku permisi dulu.." kata Sandy mengakhiri pembicaraannya dengan wanita yang aku dengar tadi.

"Sayang, kamu masih di sana?" tanyanya memastikan. Tentu saja aku masih di sini, mendengarkan pembicaraanya barusan.

"Iyah, aku masih di sini,mendengarkan percakapanmu barusan.." jawabku.

"Mau aku jemput di kantor? Aku bisa minta sopir Om Hermawan untuk ke kampus membawa mobilku.." tawarnya lagi, aku senang jika dia ke kantor, tapi aku ingin menjemputnya saja di kampus.

"Aku saja ya yang jemput kamu di kampus, setelah itu kita makan malam ya..!" kataku, aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya.

"Benarkah? aku senang sekali kalau begitu. Apa pekerjaan nona sudah selesai?" tanya Sandy, dia paham jika mendekati tanggal 20 adalah deadline novelku. Karena sebentar lagi akan naik cetak.

"Aah..kepalaku makin pusing, aku sudah menyelesaikan semampuku. Karena rinduku pada seseorang membuatku tidak fokus..!" kataku penuh penekanan. Aku ingin dia tahu kalau aku sangat-sangat merindukannya. Dan kehadirannya yang absen beberapa hari telah membuat energiku lenyap sejenak.

"Hahaha, gemasnya pacarku. Baiklah, aku akan menunggu nona di kampus, sampai jumpa nanti sayang..!" ucapnya mengakhiri panggilan teleponnya kali ini.

"Iya, sampai jumpa nanti ya, bye!"

Yah, hatiku mulai kembali tenang begitu mendengar suaranya.Energiku seolah terisi kembali. Aku harus segera mengirimkan revisian terakhirku kepada Pak Satrio. Omelannya tadi pagi membuat migrainku kambuh dadakan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!