"Jika aku bisa memiliki keduanya kenapa aku harus memilih salah satu saja." Alkama Basri Widjaya.
"Cinta bukanlah yang kamu butuhkan, pilih saja ambisimu yang kamu perjuangkan mati-matian." Nirmala Janeeta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dyawrite99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Malam itu Kama benar benar sudah bersiap menghadiri acara resepsi kakak Juwita. Kama juga sudah janjian dengan Juwita untuk pergi bersama ke acara itu.
Sebelum kepergiannya ke pesta, Kama tidak lupa untuk memberitahukan pada Nirmala kemana ia pergi. Namun Kama hanya memberitahukan kemana ia pergi tidak dengan siapa ia pergi.
Hubungan Kama sudah mulai tenang kembali setelah pertengkaran mereka tempo hari. Kama harap kedepannya semua yang sedang Kama rencanakan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
"Hai Juwi. Sudah siap?" Tanya Kama.
Malam ini Kama berpenampilan rapi dengan setelah jas yang melekat pada tubuhnya.
Begitu juga Juwita yang tampil anggun dengan dress berwarna hitam yang begitu pas melekat pada tubuhnya.
"Tentu Mr. Widjaya." Jawab Juwita.
"Kamu tampil menawan malam ini." Puji Kama. Ia memberikan lengannya untuk menggandeng Juwita. Perempuan itu cukup kesulitan berjalan dengan dress panjangnya yang menjuntai.
"Terimakasih. Sebenarnya saya berpenampilan seperti ini supaya saya bisa menyesuaikan dengan kamu yang juga keren malam ini."
"Pujian yang bagus. Terimakasih." Kama menoleh dan memberikan senyum pada Juwita.
Juwita amat senang dengan semua perlakukan Kama yang begitu hangat dan perhatian.
Sepanjang malam itu mereka berdua cukup menyita perhatian orang orang. Tak terkecuali ayah Juwita yang senang dengan pola tingkah sang putri yang terlihat senang.
"Saya mau mengucapkan selamat pada kakakmu. Bisa temani saya."
"Tentu." Juwita menggandeng Kama. Dengan semangat ia mengajak Kama untuk bertemu kakak dan kakak iparnya.
"Selamat atas pernikahannya Mr. Arsen," Kama menjabat tangan kakak Juwita seraya mengucapkan selamat.
"Terimakasih Mr. Widjaya. Ini sudah ucapan selamat yang kesekian dari anda. Oh ya, kami sangat senang dengan hadiah yang anda kirimkan. Terimakasih atas hadiahnya. Silahkan nikmati pesta kami malam ini. Juwi ajak Mr. Widjaya mencicipi hidangan kita."
"Baik kak," jawab Juwita riang.
Setelah beramah tamah dengan Arsen, kini Kama dan Juwita duduk berdua menikmati hidangan yang sudah disiapkan di meja khusus keluarga Juwita.
Kini Kama telah duduk bersama Juwita serta kedua orang tua Juwita. Dalam obrolan mereka terdapat canda dan tawa yang menandakan jika ada kedekatan diantara mereka.
Kedekatan itu adalah andil besar yang dilakukan oleh Juwita. Perempuan itu mencairkan suasana dengan cerita cerita kesehariannya ketika bekerja yang selalu sibuk dan kesulitan untuk berkumpul dan mencari teman. Cerita itu disampaikan Juwita dengan manja pada orang tuanya. Sehingga ayah Juwita begitu terhibur dengan putrinya yang begitu manja.
"Baiklah kalau begitu Daddy akan memberi kuasa untuk putri Daddy ini atas kerjasama dengan Mr. Widjaya," setelah beberapa bujuk rayu yang dilakukan Juwita perkara kerjasama dengan perusahaan Kama akhirnya Mr. Zahid menyetujui keinginan Juwita.
"Benarkah Daddy?" Juwita terlihat senang.
"Ya tentu. Namun saya butuh bantuan Mr. Widjaya untuk membantu putri saya kedepannya. Saya harap dengan kerjasama kita kedepannya bisa membantu putri saya di perusahaan, karena untuk perusahaan yang bekerjasama dengan perusahaan Mr. Widjaya akan di pegang oleh putri saya, Juwita." Terang Mr. Zahid.
"Terimakasih Mr. Zahid. Kedepannya kami akan bekerjasama dengan baik."
"Terimakasih Daddy." Juwita berdiri dan mendekat pada ayahnya untuk memberi pelukan.
Akhirnya Kama mendapatkan kesepakatan dengan ayah Juwita, Mr. Zahid. Tidak salah jika Kama berusaha mendekati Juwita. Terbukti sekarang dengan mudah bisa mendapat kerjasama yang ia inginkan.
Tinggal kedepannya Kama harus semakin mengambil hati keluarga Juwita.
Selesai acara Kama mengantar Juwita kembali ke apartemen perempuan itu.
"Terimakasih Kama untuk hari ini. Mungkin kamu ingin mampir minum teh atau kopi sebentar ke apartemen aku. Sepertinya kamu cukup lelah dan mengantuk."
Kama menimbang apa perlu ia mampir ke dalam apartemen Juwita.
"Ya. Boleh juga." Jawab Kama mengiyakan. Kama harus bersikap baik pada Juwita karena perempuan itu akan menjadi partner bisnisnya nanti.
Kama tidak lama berada di apartemen milik Juwita. Ia segera pamit setelah menghabiskan secangkir kopi yang diracik oleh perempuan itu.
Kama semakin yakin jika Juwita benar benar sudah tertarik padanya. Juwita bersikap leluasa pada Kama, tidak ada kecanggungan Juwita saat bersikap dengan penuh perhatian pada Kama.
Setelah sampai di apartemen miliknya sendiri Kama mengecek adakah pesan yang Nirmala kirim untuknya. Namun harapan Kama salah. Nirmala tidak ada mengirim pesan apalagi menghubungi dirinya.
Biasanya jika Kama berada di negaranya pasti Kama akan sering menginap di apartemen milik Nirmala. Keseharian Kama banyak ia habiskan untuk bertemu Nirmala.
Kesibukkan kekasihnya akhir akhir ini menyulitkan Kama untuk berkomunikasi dengan wanitanya. Kama harus menahan setiap kali Nirmala sibuk dan mengabaikan Kama.
Untuk sekarang Kama bisa berbesar hati dengan sikap Nirmala yang cuek karena ia juga disibukkan dengan kerjasama baru perusahaan Juwita.
Nantinya Kama dan Juwita akan banyak menjalin hubungan dalam pekerjaan.
Awalnya Kama pikir ia akan berinteraksi langsung dengan Mr. Zahid dalam kerjasama mereka namun seperti Kama harus beralih fokus pada Juwita selaku rekan bisnis.
Kama harusnya merasa termudah kan nantinya jika ia harus bekerja dengan Juwita dalam kerjasama ini. Kama akan lebih mudah jika dengan Juwita karena perempuan itu lebih mudah dikendalikan nantinya.
***
Di tempat lain Nirmala benar benar sibuk menyiapkan acara semua kliennya. Apalagi menjelang hari pernikahan.
Nirmala banyak menghabiskan pekerjaannya dilapangan. Nirmala sering kali terjun langsung untuk mengurus setiap hal keperluan dan menemui langsung dengan para vendor bersama kliennya.
"Mbak Mala. Tadi ada telpon dari Pak Kama."
Tadi Nirmala meminta Malika memegang handphone miliknya.
Nirmala mengecek panggilan yang tadinya dilakukan Kama. Ada 3 panggilan tak terjawab. Nirmala bergegas balik menelpon jika tidak akan ada gerutuan dan kekesalan dari kekasihnya itu.
"Halo sayang."
"Kamu sibuk banget ya. Aku kamu cuekin terus."
"Gak gitu sayang. Kan emang aku lagi gak pegang handphone, jadi mana aku tahu kamu telpon aku."
"Iya ya, lupakan saja masalah tadi. Aku mau tanya kamu kapan ke sini. Aku mau atur jadwal kalau semisal kamu sudah ada rencana."
Nirmala meringis gelisah. Pasalnya sekarang ini Nirmala masih sibuk sibuknya. Kalau ia pergi dalam waktu dekat bisa berantakan pekerjaannya.
"Nanti ya sayang. Aku belum nemu waktunya."
"Ck. Kamu gak perlu terjun langsung sayang ke kerjaan kamu. Kan kamu bosnya. Apa perlu aku kirim orang lagi untuk bantuin kamu."
"Gak usah ya sayang. Aku kan kerja yang sekarang ini karena emang suka. Jadi gak perlu kamu pake mau kirim orang segala. Kamu yang sabar kalau sudah acara klien aku sudah selesai aku pasti susulin kamu." Janji Nirmala.
"Kapan sayang. Kamu selesai mengurus satu klien nanti lanjut klien baru. Terus sampai kapan? Sampai aku balik lagi ke Indonesia?!"
"Secepatnya sayang. Aku cuman mau ngurus yang sekarang aja. Nanti kalau ada klien baru aku limpahkan ke Malika nanti deh."
"Ya sudah. Terserah kamu saja. Aku tetap tunggu kabar dari kamu secepatnya. Aku sudah kangen banget sayang. Pengen ketemu kamu."
"Iya iya. Kangen juga pasti kamu cuman mau begituan aja kan. Ngaku!"
"Astaga. Aku beneran kangen sayang. Ya walau itu juga sih." Kama tersenyum karena Nirmala begitu paham tabiatnya.
"Iya tau banget aku kelakuan kamu. Kayaknya kamu cuman kangen tubuh aku aja deh." Tuduh Nirmala tidak serius. Ia tahu Kama memang cukup hyper tapi ia juga tahu betapa Kama selalu perhatian padanya.
"Kamu tahu gimana aku sayang. Tubuh kamu itu bonus yang terpenting cinta dan sayang kamu yang paling aku butuhkan." Terang Kama meyakinkan.
"Haha. Iya iya. Geli banget gombalan kamu." Jawab Nirmala tertawa.
"Bilang aja suka. Kamu itu sudah terlalu cinta sama aku sayang. Sudah menerima semua hal dalam diri aku." Kama menjelaskan dengan bangga.
"Oh ya. Yakin banget. Kamu tahu apa kalau aku benar benar cinta sama kamu. Siapa tahu aku cuman cinta sama pacar aku yang kaya raya ini."
"Gak mungkin. Pacar aku ini gak suka uang dan gak suka ngabisin uang jadi susah banget jinakin nya." Kama menjelaskan dengan bangga.
"Masak sih."
"Beneran. Masak gak percaya aku aja percaya."
"Oh gitu. Sweet banget sih. Jadi makin sayang."
"Kalau sayang cepat susulin dong."
"Yah balik lagi bahas itu."
Keduanya saling tertawa. Walau jarak diantara mereka begitu jauh namun keduanya semaksimal mungkin selalu menjalin komunikasi.
Isi percakapan mereka juga tidak terbatas. Kadang berisi gombalan. Cerita cerita random. Bahkan yang berat berat seperti pekerjaan pun merak bahas.
Bagi Kama, Nirmala adalah partner dalam hidupnya. Kama akan selalu butuh Nirmala untuk melengkapi keseharian nya dan mengisi kekosongan yang ada di hidupnya.
Kama akan selalu menjadikan Nirmala selalu berada tidak jauh dari sisinya.