Malam Yang Menyakitkan

Ara duduk di meja kerjanya dengan perasaan yang kesal dan malu yang bercampur menjadi satu semua bisa terlihat dari wajahnya yang tampak masam, Arman melirik sekilas ke arah Ara dan hanya bisa menggelengkan kepalanya

"Kenapa keluar dari ruangan pak Adit mukanya jadi gitu? jangan bilang kalau sebentar lagi aku lagi yang bakal kena getah nya"

Aman memberikan beberapa berkas untuk Ara rapi kan, hal tersebut dia lakukan untuk menghindari kecurigaan Ara setelah bertemu dengan Adit. Ara mengerjakan semua tugas itu dengan bersungguh-sungguh karena dia harus berbicara sesuatu kepada Arman

"Maaf pak, ini laporan nya sudah saya rapi kan. Apa ada yang bisa saya kerjakan lagi pak?"

Arman mulai memeriksa isi laporan tersebut dan ternyata hasil kerja Ara cukup memuaskan bagi Arman

"Untuk sementara belum ada, ini sudah cukup"

"Maaf pak apa saya bicara sebentar sama bapak?"

"Alamat nih"

"Ada apa?"

"Maaf pak sebelumnya bila saya lancang saya cuma mau bertanya, apa saya di terima di tempat ini karena orang yang ada di dalam ruangan itu?"

Arman langsung memasang wajah serius sambil mengerutkan keningnya untuk menghilangkan kecurigaan Ara

"Apa kamu pikir seorang seperti pak Adit akan mengurus seseorang yang akan membantu pekerjaan saya?" dengan tegas

"Iya juga sih tapi kan bisa aja ini semua memang rencana dia buat balas aku, masa iya sekretaris punya sekretaris lagi. Lagi pula aku bukan kuliah di bagian ini"

"Saya minta maaf pak, tapi apa bisa saya minta di pindahkan ke bagian lain?"

"Ya ampun baru hari pertama rasa sudah senam jantung aja"

"Selama saya belum dapat kandidat untuk menggantikan pekerjaan kamu saya ga bisa lakukan itu, kalau kamu ada masalah dengan pekerjaan ini kamu bisa mengundurkan diri"

"Mengundurkan diri? seluruh isi tabungan saya juga ga akan cukup untuk membayar denda di kontrak kerja kemarin. Ya ampun ini sih aku maju atau mundur sama-sama nyusahin"

"Gimana? apa kamu ada niat untuk mengundurkan diri?"

"Ga mungkin pak, saya akan kerja dengan sebaik-baiknya" tersenyum canggung

"Ya sudah kalau begitu kembali ke meja kamu, jangan ganggu saya"

"Baik pak"

Dengan berat hari terpaksa Ara kembali ke meja kerja nya, dan Arman pun segera melaporkan hal tersebut kepada Adit. Adit hanya bisa tersenyum tipis melihat pesan yang di kirimkan oleh asisten pribadinya

"Masa cewe galak seperti kamu mau menyerah dengan mudah sih? mulai sekarang saya akan buat kamu selalu ada di samping saya. Sampai kamu sendiri yang ga akan pernah pergi dari sisi saya"

Adit benar-benar mulai menyadari bahwa dirinya sudah terpikat oleh seorang gadis yang dulu pernah menampar pipi nya, dan tanpa dia sadari sudah timbul perasaan ingin memiliki sang gadis aneh

Hari itu dapat di lalui dengan aman oleh Ara tanpa ada masalah apapun yang terjadi, karena Adit pun berusaha untuk menahan diri setelah mengetahui bahwa sudah ada keinginan Ara untuk di pindahkan tugas. Dia khawatir Ara akan nekat mengundurkan diri bila dia terus mengganggu Ara

Ara pulang ke rumah dengan perasaan tenang karena ternyata Adit yang berada di lingkungan kerja sangat jauh berbeda dengan sosok Adit yang dahulu pernah dia temui, Ara pun menjadi kembali bersemangat untuk melanjutkan hari-hari di gedung tersebut tanpa tau bahwa di tempat itu dia akan menemukan kembali segala masa lalu yang berusaha dia lupakan satu persatu

Hari itu Ara di beritahu bahwa mereka akan menemui seorang klien penting pada saat jam makan malam, Ara pun segera mengabarkan orang-orang rumah untuk menjaga Daffa karena hari itu dia akan pulang terlambat

Saat waktu yang di tentukan sudah tiba untuk pertama kalinya Ara akan pergi keluar kantor bersama Adit, Ara merasa sedikit canggung walaupun di sana ada Arman bersama mereka. Karena saat mobil Adit tiba Arman langsung membukakan pintu untuk Adit dan duduk di bagian depan, dengan berat hati Ara pun duduk di samping Adit

"Jadi gemes lihat cewek aneh ini sekarang jadi pendiam dan penurut, pengen rasanya ganggu dia tapi nanti dia semakin ngejauh"

Setibanya di sana tak berapa lama kemudian orang yang akan mereka temui pun tiba, orang tersebut masih terbilang muda sebagai seorang pengusaha yang sukses. Orang tersebut adalah salah satu orang yang sudah beberapa kali melakukan kerja sama bersama Adit, dan kini mereka merencanakan untuk bekerja sama lagi

Rian selain pengusaha muda yang sukses dia juga sangat tampan, Rian dan Adit terpaut umur tidak terlalu jauh hanya saja Rian sudah memiliki istri. Itu lah yang membuat mereka dapat bekerja sama dengan baik

Setelah makan malam Rian langsung memesan sebotol wine untuk mereka semua seperti yang selalu mereka lakukan, di situ Ara sudah merasa sedikit khawatir karena dia belum pernah meminum minuman yang mengandung alkohol

Adit pun langsung mengetahui apa yang ada di dalam pikiran Ara pada saat itu, dan saat Rian mengajak Ara untuk minum Adit langsung mengambil alih untuk menggantikan Ara menemani Rian meminum minuman mereka

Rian pun tertawa dan menghabiskan minuman di dalam gelas sekali tenggak, dan untuk menghormati Rian akhirnya Adit pun melakukan hal yang sama. Yang lain ikut mengangkat gelas mereka setelah para bos besar menghabiskan isi gelas mereka, Ara hanya berpura-pura menempelkan minuman tersebut ke bibir nya

Rian meminta minuman gelas yang mulai kosong untuk di isi kembali dan sekali ini dia sudah berniat untuk membuat Ara meminum isi gelas nya, ternyata Rian merasa tertarik dengan wajah cantik Ara dan riasan yang natural

"Nama kamu tadi siapa ya?" tersenyum ke arah Ara

"Saya Ara pak"

"Untuk merayakan kerja sama kedua perusahaan kita yang kesekian kalinya, sekali ini saya mau kita habiskan minuman kita" mengarahkan gelas nya ke arah Ara

Wajah Ara pun mulai terlihat tegang di satu sisi dia memang belum pernah menyentuh yang namanya minuman beralkohol, tetapi di sisi lain dia tau dengan pasti orang yang ada di hadapannya saat ini adalah salah satu klien penting di perusahaan mereka. Karena sebelum datang ke tempat itu Arman sudah memberitahukan kepada Ara seberapa penting seorang Rian

Ara pun mulai mengangkat gelas miliknya dengan senyuman canggung, dan terlihat dengan jelas bila Rian tersenyum puas melihat Ara yang mulai goyah. Semua mata di ruangan tersebut hanya tertuju kepada Ara tanpa ada satu orang pun menyadari bahwa wajah Adit sudah mulai memerah menahan amarah

"Sekali kamu minum itu, saya ga akan perduli apapun yang terjadi sama kamu" menatap tajam