Wanita Bercadar Itu Istri-ku

Nafisha berlari dengan kencang bahkan dia tidak memperdulikan segala umpatan-umpatan semua pengendara lain yang mengumpati dan menganggap dirinya gila.Entah kemana Nafisha akan pergi yang pasti untuk hari ini dia akan mencari tempat untuk menenangkan diri.

Nafisha berlari sudah begitu jauh hingga Nafisha berhenti tepat di depan Danau buatan udaranya begitu sejuk, sinar matahari mulai tenggelam menampilkan cahaya sunset senja yang mulai terbenam.

Nafisha berhenti di sana sambil menatap kedepan menatap danau buatan yang tanpa ujung jika dilihat dengan mata keranjang.

Setelah itu Nafisha berteriak dengan sekencang-kencangnya menumpahkan rasa sesak di dada.

"DEVANO BRENGSEK, LO LAKI-LAKI TERBRENGSEK YANG PERNAH GUE KENAL BANGSAT.," TERIAK NAFISHA DENGAN NADA FRUSTASI.

Tubuh Nafisha luluh ke bawah menjatuhkan badannya ke tanah, pecah sudah tangisan Nafisha yang begitu menyesakan.

"Dev apa salah ku hingga kamu memperlakukan ku seperti ini," gumam Nafisha di sela isak tangisnya.

"Dev aku lebih memilih kamu memperlakukan ku dengan dingin, dari pada kamu bersikap baik akan tetapi kamu lebih bejad dari yang terbejad," gumam Nafisha dengan lirih.

"Devano Alexander kamu laki-laki terbrengsek dari yang brengsek, hiks hiks,"

"Ayah kakak Nafisha rindu kalian hiks hiks,"

"Bunda Nafisha mau ikut bunda," ucap Nafisha yang sudah tak jelas terdengar.

Hujan mulai turun membasahi tubuh Mungil Nafisha, bahkan tuhan pun tahu bagaimana buruknya hati Nafisha sekarang seakan semesta pun merasakan ras sakit yang Nafisha rasakan.

Nafisha berjalan dengan gontai untuk pulang ke apartemennya dengan jalan kaki bahkan langit pun sudah gelap entah itu karena mendung hujan atau karena emang waktunya sudah sore menjelang magrib.Setengah jam kemudian Nafisha telah kembali keapartemennya dengan keadaan yang tak baik-baik saja, bahkan badannya pun sudah basah kuyup karena kehujanan.

Ceklek

Sesampainya Di apartemen Nafisha bisa melihat semua keluarga Alexander sedang berkumpul disana termasuk Hazel.

Saat pintu Apartemen di buka semua tatapan mereka beralih kearah Nafisha yang sedang tidak baik-baik saja.

Ya setelah kejadian di sekolah tadi Hazel langsung menghubungi mama Arini tak lupa dia juga menceritakan apa yang telah terjadi pada Nafisha tapi tidak dengan kejadian dimana mereka mendengar Devano dan teman temannya yang sedang bercinta di UKS karena Hazel tak berani mengungkapkan nya dia fikir itu bukan urusannya biarlah Nafisha yang aka jujur Nantinya.

"Astaga Nafisha kamu habis dari mana basah kuyup kayak begini?" teriak Hazel.

Langsung saja Hazel menghampiri Nafisha yang sudah menggigil bahkan bibirnya sudah membiru menahan rasa dingin sedangkan suaminya Devano entah pergi kemana bahkan setelah pertemuan mereka dari kantin pun Devano tak ada kabar sama sekali.

Hazel membawa Nafisha kedalam kamar nya untuk mengganti bajunya, dengan di ikuti mama Arini di belakang mereka berdua.

"Kamu yang sabar ya Fisha," ucap Hazel kepada Nafisha untuk menguat kan sedangkan Mama Arini hanya diam tak berbicara, fikirannya berkecambuk memikirkan Nafisha.

"Ada masalah apa Nafisha bersama Devano," Bathin mama Arini.

"Zel Fisha harus gimana, Rasanya begitu sesak Zel, Nafisha nggak kuat jika harus menyaksikan nya setiap hari bahkan Nafisha juga gak akan sanggup jika harus berpura-pura baik terus menerus," Keluh Nafisha dalam pelukan Hazel.

"Nafisha sayang kamu sebenarnya kenapa??? Sini Cerita sama mama," ucap Arini yang begitu mengkhawatirkan Nafisha.

Nafisha yang melihat mama Arini mendekat pun langsung saja berhambur kedalam pelukan mertuanya itu, bahkan Nafisha sudah terisak didalam pelukan mama Arini rasanya begitu sesak jika harus di pendam sendirian akan tetapi Nafisha juga bingung bagaimana cara menjelaskan nya.

"Hiks hiks mama." Hanya kata itu yang mampu Nafisha ucapkan bahkan untuk bercerita pun Nafisha tak sanggup.

"Kemana sih Devano istri lagi gak baik baik juga malah menghilang," gerutu mama Arini.

Setelah Nafisha mulai tenang mama Arini pun duduk di samping Nafisha tak lupa disana juga ada Hazel.

"Sayang sebenarnya kamu kenapa???" tanya Arini penasaran.

"Ma bolehkah Nafisha minta satu permintaan untuk mama?" tanya Nafisha balik.

"Apa sayang mama akan kabulkan semuanya,"

"Nafisha pengen pergi ke Amerika ma, Nafisha mau menenangkan diri disana," kata Nafisha mencoba tenang padahal air mata nya sudah mengalir begitu deras.

"Kenapa? "tanya mama Arini penasaran.

"Nafisha akan menceritakan semuanya akan tetapi apakah mama mau mengabulkan permintaan Nafisha?" tanya Nafisha dengan sungguh-sungguh.

"Baiklah jika itu yang kamu mau."Mama Arini akhirnya pasrah meskipun tak tahu apa permasalahan Nafisha hingga dia ingin pergi dari keluarga Alexander dengan begitu jauh.

"Terima kasih ma terima kasih, Nafisha mau berangkat malam ini ma lebih cepat lebih baik, dan satu lagi mama jangan kasih tahu keadaan aku kepada Devano dan kemana aku pergi." Mama Arini hanya mengangguk sebagai jawaban

"Ini ma aku titip surat nikah aku dan Devano," ucap Nafisha dengan bergetar sambil menyodorkan surat nikahnya kepada mama Arini.

"Sebenarnya apa alasan kamu Fisha?" tanya Mama Arini, yang hanya di balas gelengan kepala olehnya.

"Nanti mama akan tahu jika Fisha sudah berangkat kesana,"

"Baiklah jika itu yang kamu mau mama akan mengabulkan permintaan kamu."Arini langsung pergi dari kamar Nafisha untuk mendiskusikan keberangkatan Nafisha kepada suaminya Dion Alexander.

Sedangkan Nafisha sudah lelah untuk menangis hingga akhirnya dirinya memilih untuk berkemas dengan di bantu oleh Hazel.

"Fisha kamu yakin akan pergi meninggalkan Devano?" tanya Hazel karena dia takut Nafisha akan menyesal nantinya.

"Aku gak tahu Zel tapi aku hanya ingin menenangkan diri terlebih dahulu,"

"Dan kamu Zel setelah aku pergi aku mohon ceritakan lah apa yang mama Arini tanyakan, tanpa sepengetahuan Devano cukup mama Arini dan papa Dion saja yang tahu," kata Nafisha menggenggam tangan Hazel dengan tatapan memohon.

"Baiklah, tapi kenapa nggak kamu sendiri yang menceritakan semuanya?" tanya Hazel.

"Aku nggak bisa dan sanggup Zel,"

Setelah berkemas mereka langsung menghampiri mama Arini yang sedang menunggu Nafisha.

"Sudah siap?" tanya Ayah Dion dengan memasang raut wajah yang sulit di artikan.

"Iya pa,"

"Baiklah ayo kita berangkat, kamu akan berangkat kesana dengan Zet pribadi keluarga Alexander, Setengah jam lagi kita akan sampai di bandara dan waktunya bertepatan jam 8 malam" ucap Mama Arini

"Baiklah,"

Sesampai disana Naafisha langsung melangkahkan kaki menuju Zet pribadi keluarga Alexander yang telah menunggunya disana.

"Fisha kamu harus janji untuk selalu mengabari mama dan papa ya nak, Apapun yang akan terjadi dan nanti juga kami akan mengirimkan uang untukmu selama berada di sana,"

"Iya ma terima kasih, mama sangat baik sekali sama Fizha," ucap Nafisha sambil memeluk Mertuanya.

"Zel aku pergi dan jaga diri baik-baik."Nafisha juga tak lupa memeluk Hazel calon kakak iparnya.

Dan terakhir Nafisha memeluk papa Dion.

"Pa Fisha berangkat dulu titip anak papa di sini," ucap Nafisha sambil menengadahkan wajahnya keatas menahan air mata yang sebentar lagi akan tumpah.

"Iya nak papa janji,"

Setelah berpamitan kepada semuanya Nafisha langsung masuk kedalam pesawat tersebut tak lama pesawat tersebut langsung lepas landas menuju Amerika Serikat mereka bertiga hanya bisa menyaksikan kepergian Nafisha yang tiba-tiba.

" Fisha sebenarnya kamu kenapa?"