NovelToon NovelToon
ZAREENA

ZAREENA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Sandyakala

Setelah ibunya tiada, Zareena hampir dijadikan jaminan untuk melunasi utang-utang judi Sang Ayah.

Dia marah pada Ayahnya, tapi kasih sayang dalam hati Zareena jauh lebih besar, sehingga apapun akan Zareena lakukan untuk menyelamatkan sosok Ayah yang ia sayangi. Namun segala usaha Zareena pada akhirnya sia-sia, Ayahnya meninggal dan dia harus merelakan satu-satunya rumah peninggalan kedua orang tuanya jatuh ke tangan Sang bandar judi.

Saat itu, Zareena sudah putus asa dan hampir menyerah. Tapi takdir berkata lain, di tengah ketidak pastian akan hidupnya, Zareena justru terselamatkan oleh kehadiran Ethan, putra tunggal sekaligus pewaris keluarga Hawkins.

Siapa Ethan dan kenapa dia menolong Zareena? lalu bagaimana kisah keduanya berlanjut?. Yuk, baca kisah lengkapnya dalam novel ini.

Jangan lupa tinggalkan komentar dan like sebagai dukungan kamu, ya. Selamat membaca, terima kasih 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandyakala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pergi

"Ingat, jaga dirimu baik-baik selama aku pergi".

Ethan mengusap lembut pipi Zareena. Hatinya merasa resah harus meninggalkan wanita yang dicintainya untuk waktu yang cukup lama.

"Iya, sayang. Hati-hati di jalan, kabari aku jika kamu sudah sampai di sana".

Zareena menatap suaminyaa dengan intens. Rasanya berat sekali melepaskan kepergian Ethan ke Pulau X.

Ethan tersenyum, lalu memeluk erat Zareena. Tak lupa dia memberikan ciuman yang dalam pada istrinya seolah enggan untuk berpisah.

Para pelayan dan penjaga di kediaman keluarga Hawkins menyaksikan momen manis itu. Zareena merasa malu, tapi tidak demikian dengan Ethan.

"Elis, Sam, kalian bertanggungjawab penuh atas keamanan dan keselamatan istriku selama aku pergi. Jangan lengah. Selalu laporkan kondisi di sini setiap hari padaku", perintah Ethan pada kepala pelayan dan kepala penjaga di sana.

"Baik, Tuan", jawab Elis dan Sam bersamaan.

Alden yang sejak tadi sudah berdiri di samping mobil mulai membukakan pintu untuk bosnya.

"Aku berangkat, ya", lagi, Ethan berpamitan pada Zareena.

Zareena menganggukkan kepalanya dan tersenyum mengiringi kepergian suaminya ke Pulau X.

Rencana keberangkatan Ethan ke pulau itu sebetulnya sudah lama. Hanya saja karena Ethan sakit lalu disibukkan dengan berbagai pekerjaan dan proyek lainnya jadi baru hari ini dia bisa berangkat ke sana.

Ethan menghentikan langkahnya sebelum masuk ke dalam mobil. Dia berbalik dan kembali menatap Zareena yang masih berdiri di daun pintu.

Lagi, Zareena tersenyum. Ada kilatan mata yang berbeda dari suaminya.

"Tuan, mari".

Suara Alden memecahkan fokus Ethan.

Ethan masuk ke dalam mobil, ia membuka kaca jendela dan melambaikan tangan pada Zareena sebagai tanda perpisahan.

"Al, selama aku di Pulau X, semua urusan kantor tolong kamu handle. Satu bulan di sana bukan waktu yang sebentar. Harus ada orang yang aku percaya untuk mengambil alih posisiku sementara di sana".

"Siap, Bos. Aku sudah mengatur semuanya".

"Bagus. Oh ya, apakah Rayden juga jadi berangkat ke sana hari ini?".

"Ya. Kemarin sore asistennya sudah mengabariku. Dia juga berangkat hari ini", terang Alden.

Ethan menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Satu hal lagi, jangan lupa pantau terus keberadaan Zareena. Jangan sampai aku mendengar dia celaka apalagi sampai terluka oleh siapapun".

"I copy you", jawab Alden pasti.

Mobil yang Alden bawa terus melaju menuju bandara pribadi keluarga Hawkins.

Setibanya di bandara itu, sebuah helikopter sudah siap untuk mengantarkan Ethan ke Pulau X.

"Hati-hati. Kabari aku jika kamu sudah sampai. Orang-orang kita di sana sudah siap menyambutmu dan bekerja denganmu", pesan Alden sebelum Ethan masuk ke dalam helikopter pribadinya.

Ethan menganggukkan kepalanya dan menepuk bahu Alden. Helikopter pun berangkat.

Jarak yang cukup jauh membuat perjalanan ini memakan waktu sekitar empat jam lamanya dengan menaiki helikopter dan akan memakan waktu hingga 7 jam lebih jika menggunakan jalur darat.

Proyek kerja sama antara perusahaan Hawkins dan perusahaan Alexander semakin berkembang di sana. Itulah kenapa Ethan dan Rayden berangkat ke Pulau X.

Ethan memilih menutup kedua matanya. Dia ingin beristirahat sejenak. Satu minggu terakhir ini setiap hari Ethan pulang larut malam karena meeting dengan beberapa vendor dan klien yang bekerja sama untuk meneruskan pembangunan di Pulau X.

Sudah dua jam helikopter terbang melalui hutan dan kini berada di atas lautan. Langit yang sebelumnya tampak cerah berubah mendung dan angin kencang mulai berhembus.

Beberapa kali Ethan merasakan goncangan yang membuat dirinya terbangun dari tidur.

"Ada apa?", tanya Ethan pada Pilot.

"Sepertinya terjadi turbulensi, Tuan. Cuaca tiba-tiba memburuk", jawab Sang Pilot.

Ethan melihat ke arah jendela, memang terlihat langit yang gelap dengan kilatan petir yang mulai menyambar.

"Apakah ini aman?", tanya Ethan lagi.

"Kami akan menurunkan ketinggian terbang, Tuan untuk mengurangi turbulensinya", kali ini Co-pilot yang menjawab.

"Ok. Tetap fokus dan berhati-hatilah", pesan Ethan pada Pilot dan Co-pilot di depannya.

Di kondisi seperti itu, tidak banyak hal yang bisa Ethan lakukan. Dia hanya berdoa agar perjalanannya selamat sampai di tujuan.

Jedaaarrr

Kilatan petir menyambar ekor helikopter yang Ethan tumpangi. Helikopter pun berguncang dan sedikit oleng.

Pilot dan Co-pilot segera mengambil tindakan. Mereka berusaha menghubungi menara pengawas di Pulau X.

"Hallo ... mayday mayday", ucap Sang Pilot.

Tidak terdengar suara apapun dari balik headphone yang ia kenakan.

Pilot kemudian melirik Co-pilotnya, memberi kode untuk membantunya menghubungi menara pengawas.

Ethan yang sejak tadi duduk di belakang mulai cemas dengan keadaan tersebut.

"Sepertinya ada api di bagian belakang", ujar Co-pilot yang memperhatikan tanda peringatan menyala merah di dashboard.

"Cepat! ambil tindakan pengamanan. Kita harus segera mendarat darurat", jawab Sang Pilot.

"Baik".

Co-pilot terlihat sibuk menekan beberapa tombol yang Ethan tidak ketahui untuk apa.

"Hei, apa kita baik-baik saja?", tanya Ethan khawatir.

Belum sempat Ethan mendapatkan jawaban, sebuah petir kembali menyambar helikopternya. Kali ini satu baling-baling patah.

Helikopter itu semakin berguncang. Posisinya pun berubah miring, membuat orang-orang yang ada di dalamnya kesulitan menyeimbangkan diri dan hampir semua tombol peringatan menyala dan berbunyi.

"Mayday mayday mayday", teriak Sang Pilot.

"Balancing rusak, Kapten", teriak Co-pilot mulai panik.

Helikopter semakin oleng. Ketinggian menurun drastis. Pilot dan Co-pilot tidak bisa mengendalikan helikopter itu.

"Ayo, berusahalah", Ethan berteriak sambil melepas sabuk pengaman dan headphone yang menempel di telinganya.

Dia berusaha membantu menerbangkan helikopter itu meski satu per satu tombol pengendali rusak. Tak lama, terdengar suara ledakan dari area belakang helikopter.

"Mayday mayday mayday".

Pilot dan Co-pilot masih berusaha menghubungi menara pengawas meski masih tidak ada respon.

"Kita tidak bisa melakukan apapun lagi, Tuan. Kita akan jatuh, Tuan", Sang Pilot melirik ke arah Ethan yang tengah berdiri di belakangnya.

Tatapannya terlihat pasrah.

"No. We must be save!", tegas Ethan.

Helikopter semakin kehilangan kendali. Tak sampai sepuluh menit, helikopter itu terjun bebas, menghantam lautan yang luas di tengah badai.

Zareena terbangun dari tidurnya. Nafasnya terengah-engah.

"Ya Tuhan, aku mimpi buruk", gumam Zareena mengusap wajahnya sambil memegang dadanya yang berdegup kencang.

Selepas Ethan pergi, Zareena memilih menghabiskan waktunya di kamar. Dia merasa ada sesuatu yang hilang setelah kepergian suaminya ke Pulau X.

Zareena mengamati seisi kamar. Dia melihat ranjang besar yang menjadi tempat favoritnya dengan Ethan untuk memadu kasih dan bermanja-manja, lalu ditatapnya bingkai foto di nakas yang menunjukkan potret mereka saat menikah.

Zareena tersenyum sendiri melihat dirinya di foto itu yang tidak menunjukkan ekspresi bahagia meski hasil fotonya bagus.

"Kenapa dulu ekspresiku seburuk ini?", tanya Zareena dalam hati.

Dia memandangi wajah Ethan di bingkai foto yang sama. Menciumnya lalu memeluknya hingga tanpa sadar Zareena terlelap tidur.

Zareena melirik jam di dinding, sudah pukul delapan malam. Dia tertidur cukup lama.

Zareena bergegas mencari gawai miliknya, berharap ada pesan atau telepon dari Ethan.

"Ck, belum ada kabar apapun. Apa dia sudah sampai sekarang? atau dia sedang sibuk di sana?".

Pertanyaan itu terus berputar-putar di kepala Zareena tanpa menemukan jawabannya.

1
Dwi anggun
sangat oke sekali😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!