Ima seorang gadis desa yang datang dari kampung ingin mengubah kehidupan keluarganya. Ia bekerja di sebuah mini market sebagi seorang kasir. Disanalah berkenalan dengan seorang pria yang membuatnya jatuh cinta.
Gayung bersambut cinta Ima berbalas. Laki - laki itu ternyata juga menyukai Ima. Hubungan mereka makin hari makin dekat,hingga laki - laki itu melamar Ami menjadi pendamping hidupnya.
Awal menikah hidup Ima berubah,rasanya begitu bahagia karna mendapatkan suami yang begitu perhatian. Tapi bencana itu datang saat ia sudah mempunyai seorang anak,sikap suaminya mulai dingin. Ada apa gerangan yang terjadi? apalagi Ima pernah memergoki suaminya menelpon seorang perempuan dengan kata - kata yang tidak sepantasnya . Apakah suaminya sudah bermain api di belakangnya? Bagaimana kelanjutan rumah tangga Ima dengan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Assalamualaikum,Sus. Apa kabar?" ujar Ima saat menghubungi sahabatnya di mini market dulu.
"Waalaikumsalam, Ima. Ini beneran kamu?Aku kangen banget sama kamu tau. Kamu kemana aja,kok ga pernah mampir ke mini market lagi sih,mana nomor ponselmu ga aktif." cerocos Susi kaya jalanan kereta membuat Ima tersenyum.
"Maaf,kamu hari ini sibuk ga?" tanya Ima.
"Hari ini aku libur. Ada apa?" Susi merasa ada sesuatu yang terjadi pada sahabatnya.
"Kalau gitu aku tunggu kamu di cafe biasa kita nongkrong satu jam lagi. " ujar Ima.
"Ok ! Satu jam lagi aku samapi disana."sambungan telpon pun terputus.
Ima bergegas menganti pakaiannya dengan pakaian yang pantas. Ia memesan taxi online menuju lokasi yang sudah dijanjikan dengan Susi.
Jam langsung mencari kursi yang kosong. Perlahan ia duduk menunggu sahabatnya.
"Ima." teriak Susi saat melihat Ima duduk ditempat biasa mereka tempati dahulu.
Ima langsung berdiri dan memeluk sahabatnya. Keduanya saling berpelukan erat melepas rindu.
"Sudah berapa bulan?" tanya Susi sambil mengelus perut Ima.
"Sudah jalan delapan bulan." Ima kembali duduk setelah Pelukan Susi terurai.
Susi duduk di depan Ima dan memperhatikan wajah Ima yang keliatan tertekan.
"Kamu kenapa?" tanya Susi menatap lekat wajah Ima.
"Aku baik - baik saja." elak Ima berusah tegar.
"Ga usah bohong sama aku,aku tau ada yang sesuatu yang mengganggu pikiranmu kan?"Ujar Susi.
"Kamu kaya cenayang aja." kekeh Ima tapi terdengar sumbang.
"Emang aku cenayang. Apa yang ingin kamu ceritakan padamu? Aku itu sahabatmu,jika ada yang mengganjal kamu bisa berbagi denganku. Mana tau aku bisa bantu mencari jalan keluarnya." Susi menggenggam tangan Ima mencoba memberi kekuatan padanya.
Ima terdengar menarik nafas dan menghembuskannya. Baru mulai bercerita.
"Apakah kamu kenal dengan anak baru yang bernama putri?" tanya Ima.
"Iya. Kenapa dengan bocah tenggil itu?" sepertinya Susi tidak menyukai Putri.
"Apakah kamu pernah melihat hal yang mencurigakan dari dia?" tanya Ima hati - hati.
"Tunggu ,tunggu ini apakah ada hubungannya dengan suami kamu?" tanya Susi dengan jari mengetuk kepalanya.
"Betul."
"Memang belakangan ini ada gosip kedekatan pak. Bimo dengan anak baru itu. Apakah kamu juga mendengarnya." tanya Susi penasaran.
"Hmm....perempuan itu kemaren datang kerumah meminta pertanggung jawaban mas Bimo." perkataan Ima membuat Susi melongo dengan mata sedikit melotot.
"Apa? Kamu ga lagi bercandakan ,Ma." Susi masih belum percaya ia takut apa yang ia dengar barusan salah.
"Ga. Untuk itu aku butuh bantuan kamu. Aku cuma perlu bukti kedekatan mereka sebagai bukti nantinya." jelas Ima dengan wajah yang kusut.
"Apa yang bisa lakukan untuk kamu?" tanya Susi prihatin dengan kehidupan sahabatnya. Ia kira Ima akan hidup bahagia di dipersunting Bimo ternyata laki - laki itu dengan tega menyakiti hati sahabatnya.
"Kamu bisa ga mengambil.sebuah vidio kedekatan mereka. Kalau perlu vidio saat mereka sedang me jalin kasih." ujar Ima menghapus sisa air matanya yang masih ada di pipi mulusnya.
"Akan aku usahakan,kamu jangan banyak pikiran ya ,Ma. Kasihan si dedek yang ga tau apa - apa. Aku yakin kamu wanita yang kuat." Susi memberikan nasehat untuk menguatkan sahabatnya yang tengah terpuruk apalagi ia juga dalam keadaan berbadan dua.
Miris memang disaat kita mengandung sibuah cinta, orang yang kita panggil suami bermain api di belakang kita.
Jika bukan karna anak Ima tidak sudi berada disisi Bimo. Ia bertahan sebentar hanya menunggu kelahiran putranya,setelah itu ia akan pergi jauh membawa putranya.