Anak kecil ber usia 5 tahun itu asik merasakan sejuk dan dinginnya air pegunungan yang merendam tubuhnya, mereka adalah Regan dan Regi anak kembar laki - laki dari pasangan Putra Mahardika dan Rosintiani.
Setiap akhir pekan Putra akan mengajak keluarganya ini untuk berlibur seperti weekend kali ini ia mengajak anak dan istrinya itu ke sebuah Air Terjun di mana Air Terjun itu menyajikan sebuah pemandangan yang begitu indah.
Canda tawa pun selalu menghiasi wajah mereka, Regan kecil tampak begitu menikmati bermain air bersama kakaknya sedangkan Putra dan Rosi mengawasi dari Gazebo yang tak jauh dari sana....
langsung aja masuk keceritanya...!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mars Is Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 24
Setelah makan dan meminum obat Regan pun berniat untuk pulang ke rumah, ia tak enak berlama-lama di sini.
"Tante Elsa, Regan pulang dulu ya?"
"Lho? Kenapa? Nginap aja di sini yah, kamu kan masih sakit nak."
"Enggak ko, Regan gak apa-apa tan sejak minum obat tadi badan Regan sakitnya udah berkurang." Jawabnya tak ingin membuat Elsa khawatir.
"Hemm.. yaudah deh kalau begitu, tapi kalau merasa badan kamu gak enak kamu telfon tante atau Dev nanti kita ke rumah sakit yah?"
"Iya tante, tante tenang aja makasih banyak ya tante."
"Sama-sama nak.. kamu pulang di antar Dev ya, tante panggilkan Dev sebentar."
"Ehh.. gak usah tante, Regan pulang sendiri aja nanti bisa naik taxi kasian Dev pasti capek."
"Kamu yakin pulang sendiri?"
"Yakin, tante gak usah khawatir."
"Yaudah deh, kamu hati-hati."
"Iya tante."
Regan pun bangkit dan segera memakai tasnya ia berjalan keluar rumah sambil di temani oleh Elsa, ia langsung menyetop taxi yang kebetulan lewat depan rumah Dev.
"Tante, Regan pulang ya.. makasih banyak." Ucap Regan yang sudah di duduk di dalam mobil.
"Hati-hati!"
****
Regan berjalan memasuki rumahnya, jam sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB suasana rumah masih terlihat sepi. Hingga suara Rosi pun mengagetkannya.
"Regan." Panggil Rosi dari arah dapur, membuat Regan pun menoleh ke arahnya ia hanya terdiam tak berani menatap ke arah Rosi.
"Regan, kamu dari mana?" Tanya Rosi.
"Dari rumah Dev."
"Sudah makan?"
"Iya sudah."
"Kamu sakit?"
"Enggak, Regan ke kamar dulu mah mau mandi." Jawab nya ia langsung menaiki anak tangga, entah kenapa saat ia berbicara dengan Rosi hatinya merasa sedih.
"Akhh.." Regan meringis ketika membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, perutnya masih terasa sakit. Di tambah lagi kini kepala nya menjadi sedikit pusing.
Drrttt.. drrrtt.. ponselnya pun bergetar ia segera mengeluarkannya dari dalam tas.
[Gan, kenapa lu pulang? Padahal gue pengen ngajak lu main PS tau!]
Pesan itu ternyata dari Dev, ia begitu beruntung bisa kenal dengan Dev walau terkadang tingkahnya seperti anak kecil dan menyebalkan namun hanya Dev lah yang selalu ada di saat Regan sedang terpuruk.
[Haha.. iya sorry, gue gk mw bkin org rmh cmas nyriin gw.]
[Yaudh, jan lp obtny dmnum. Citra minta nmr lu gue ksh ya?]
[Serah, gue mau mandi.]
Regan menaruh ponselnya di atas meja belajarnya, ia bangkit dan meraih handuk yang tergantung di belakang pintu. Mungkin setelah mandi tubuhnya bisa menjadi lebih segar.
****
Di tempat lain, Citra tengah berbahagia karna bisa mendapatkan nomer milik Regan. Ia langsung mengirimi pesan via whatsapp pada nomer itu.
[Regan.. ni gw Citra, lu lg ngapain?]
Namun pesan whatsappnya tak kunjung di balas mungkin ia sedang sibuk.
"Pokoknya gue seneng deh hari ini." Gumam Citra sambil memeluk boneka teddy bearnya itu, sejenak ia sepertinya bisa melupakan masalahnya dengan orang tuanya. Buktinya sejak pihak sekolah mengabari Citra masuk rumah sakit, namun tak ada balasan dari mereka.
Tingg..
[Iya, sorry br slesai mndi. Knp?]
Citra nampak kegirangan ketika Regan ternyata mau membalas pesannya itu.
[Oh iya gpp, gk ko cm tanya aja.]
[Lu sndr lg ap?]
[Lg tdran aja.]
Namun pesan nya kali ini tak di balas oleh Regan, whatsappnya pun tidak online lagi. Mungkin ia sedang melakukan hal lain.
Di tempat lain setelah membalas pesan dari Citra, Regan merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya itu. Suhu tubuhnya kini mulai terasa panas, ia lantas menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuhnya berusaha untuk tidur agar besok ia merasa lebih baik lagi.
Keesokan harinya.
Seperti biasa, setiap pagi baik Regi atau pun Regan mereka akan mengetuk-ngetuk dinding kamar mereka hanya untuk membangunkan salah satu dari mereka jika jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi.
Namun beberapa kali Regi mengetuk-ngetuk dinding untuk membangunkan Regan tapi tak ada jawaban.
"Woii! Gan bangun, udah siang." Ucap Regi namun tetap saja pria itu tak menjawab hingga ia pun berniat menghampiri Regan.
Ia mengetuk pintu kamar Regan namun tak ada jawaban dari dalam sana, merasa ada yang tidak beres ia segera membuka pintu kamar Regan dan berjalan menuju ranjang di mana Regan masih tertidur.
"Astaga, lu masih tidur."
"Gan, ayo bangun nanti telat sekolah!"
Regan tak menjawab, Regi pun membuka selimut yang menutupi hampir semua tubuh adiknya itu.
Wajah Regan nampak begitu pucat, dahinya sudah di penuhi oleh keringat badannya pun sangat panas sepertinya ia sedang demam.
"Gan? Regan, lu sakit gan! Gue bilangin mama ya?"
Secepat mungkin Regan bangun dari tidurnya, ia tak ingin Regi memberitahu Rosi bahwa Regan sedang sakit.
"Gak usah! Gue gak apa-apa."
"Jangan keras kepala, biar mama urus lu, kasih obat biar sakit lu itu sembuh."
"Sakit ini tuh gak ada artinya buat gue, lebih sakit lagi hati gue yang gak pernah mendapatkan apa yang seharusnya gue dapatkan di rumah ini." Regan menatap kakaknya itu dengan tajam, membuat Regi merasa emosi dengan ucapan adiknya yang terus saja merasa bahwa ke dua orang tua mereka tak adil.
"Berhenti berpikiran kayak gitu! Lu udah bukan anak kecil lagi gan!"
"Yang kayak anak kecil siapa? Siapa yang gak bisa ngakuin kesalahannya sampai-sampai orang lain yang harus menanggung beban itu, siapa? Mending lu keluar dari sini gue gak butuh perhatian dari lu!"
Regi enggan berdebat pagi ini, ia pun memilih untuk mengalah karna melihat kondisi adiknya itu pula, ia juga berniat akan memberitahukan Rosi dan Putra bahwa Regan sedang sakit.
"Regi, ayo sarapan dulu." Panggil Rosi yang sudah duduk bersama Putra di kursi meja makan.
"Iya pah.."
Mereka pun mulai memakan hidangan yang sudah tersedia di atas meja makan, di sela-sela sarapan pagi nya Regi pun memberitahukan perihal kondisi Regan.
"Mah, pah Regan sakit." Ucapnya.
"Sakit?" Jawab Putra.
"Sakit apa Regan?" Tanya Rosi.
"Badan nya panas."
"Mungkin dia kecapean." Jawab Rosi.
"Itu lah akibatnya kalau gak denger apa kata orang tua, kalau udah sakit gini siapa yang repot?"
"Kalian gak perlu repot-repot urus Regan, Regan gak akan merepotkan kalian kok. Jangan khawatir."
Tiba-tiba Regan muncul dengan pakaian sekolah yang lengkap, membuat ketiga orang itu pun diam terpaku. Sejujurnya Regan tak ingin seperti ini namun ia sudah lelah terus-terusan di salahkan oleh keluarganya sendiri.
Regan langsung berjalan melewati ketiga keluarganya, ia berniat akan sekolah hari ini walau ia tau tubuhnya perlu di istirahatkan.
****
Regan duduk di kursinya sambil menatap gumpalan awan putih, hingga Dev pun datang menghampirinya.
"Woy! Whatsapp gue gak di baca-baca, keterlaluan kau ya mas!" Ledek Dev lalu duduk di sebelah Regan, pria itu pun hanya terkekeh atas ucapan Dev.
"Mas? Emang gue mas lu!"
"Haha.. eh kantin yuk? Lu belum makan kan? Muka lu pucet lu sakit?" Tanya Dev memperhatikan Regan, namun pria itu pun berbohong.
"Enggak.. semalam gue gak bisa tidur makanya ngantuk banget ini."
"Mikirin apaan sih lu? Atau jangan-jangan karna Citra whatsapp lu ye?"
"Sok tau lu! Buruan kantin gue laper!" Regan langsung berjalan meninggalkan Dev yang masih mengoceh di belakangnya.
Kantin
Regan memesan nasi goreng dan Dev memesan bubur ayam, mereka pun langsung menyantap makanan yang sudah mereka pesan itu.
next...