Banyak nganu nganu an. skip aja bagi yg tidak suka.
Dewa adalah seorang pemuda. Dimana kakaknya korban dari sebuah tragedi. suatu ketika ia di bius dan diculik. Kemudian dibuang di hutan pinggir pantai utk dibunuh.
Namun ternyata Dewa diselamatkan oleh seorang gadis yg bernama Alina. Keduanya mendapatkan kesialan ketika mencoba untuk pulang & mereka berdua terpaksa menikah. Karena di kira pasangan muda mudi yg sering berbuat mesum.
Ketika disidang dan dinikahkan oleh warga. ternyata penghulunya datang bersama daddy-nya Alina. namun Alina diam saja agar tidak diketahui oleh orang lain.
Daddy Alina ternyata yg meminta untuk menyelamatkan Dewa yg kini menjadi suaminya.
Daddy Budiawan meminta menyelidiki kisah tragedi yg melibatkan kakak angkat Alina. Yaitu Aqila. Yg kebetulan adalah kekasih kakaknya Dewa.
Akankah Alina mampu mengungkap kejadian 5 thn lalu itu bersama Dewa. Atau justru Dewa menjadi penghalang ketika Alina menyelidiki tragedi itu..?
Ikuti kisahnya di CINTA KOK BEGITU
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman Baru
" Assalamualaikum..."
Seseorang mengucap salam dari luar pintu. Tito mengernyitkan keningnya . Santi dan adik adik nya berada disebelahnya. Sementara Mak Ijah terbaring dari tempat tidur. Suara itu mirip dengan teman barunya disekolah.
" Waalaikumsalam warahmatullahi wa barakatuh..." Jawab Santi dan adik adiknya.
Tito membukakan pintu, disana ada Dewa membawa plastik berwarna merah.
" Dewa...!?" Tito.
" Boleh masuk..." tanya Dewa.
Dan akhirnya Dewa pun dipersilahkan masuk oleh Tito. Kemudian Dewa memberikan nasi bungkus yg telah ia bawa.
" Kalian makanlah terlebih dahulu..." kata Dewa.
" Asiiikkk..." kata adik adik Tito.
Santi mengucapkan terima kasih, dan adik adiknya Tito pun mengikuti perkataan Santi kakaknya.
" Terima kasih om..." katanya serempak.
Dewa tersenyum melihat adik adik Tito yg berjumlah 5 anak tersebut. Dan kini Dewa tahu, kenapa Tito tampak lelah dan mengantuk jika disekolah.
" Terima kasih..." kata Tito kepada Dewa.
Namun masih tampak keraguan di wajah Tito. Karena hal ini pertama kali diperhatikan oleh teman sekolahnya. Apalagi Dewa adalah murid baru di sekolahnya. Tito mendapatkan beasiswa karena kecerdasannya. Sehingga mendapatkan rekomendasi dari SMP ketika itu. Dan selama ini tidak ad teman yg mau dekat dengannya. Karena ia adalah orang miskin dan penampilannya pun tidak menarik sama sekali.
" Sama sama..." jawab Dewa.
" Lo makan dulu. Biar bibi sama saya..." lanjut Dewa.
Tito menggeleng, karena berniat menyuapi emak Ijah terlebih dahulu. Dan Dewa mengalah, karena melihat kondisi emak Ijah saat ini. Mungkin tidak ada perawatan yg lebih baik sebelumnya. Sehingga masih tetap berada di rumah sederhana dan ruangan pun tidak ada apa apanya. Kecuali buku buku sekolah. Itupun seperti buku buku bekas.
Dewa menelisik setiap sudut ruangan. Dan dilantai ruangan ini anak anak tampak antusias menikmati nasi bungkus yg dibelikan Dewa.
Setelah menyuapi emak Ijah, Tito akhirnya dipaksa dewa untuk makan terlebih dahulu. Walaupun sempat menolak karena tidak enak hati. Tito pun menuruti perkataan Dewa.
2 kali ini ia dipaksa makan oleh Dewa, entah karena kasihan atau apa. Tito masih bertanya tanya. Dan setelah makan, Tito pun mengajak Dewa ke depan rumah, sekedar mengobrol.
" Terima kasih, karena hari ini kau baik kepada kami..." kata Tito.
" Bahkan saya baru mengenalmu. Dan begitu juga dirimu..." lanjut Tito.
Dewa tersenyum karena perkataan Tito. Kemudian Dewa meminum minuman yg ia bawa. Kemudian menatap Tito.
" To, saya hanya ingin mempunyai teman. Ketika di kelas, sepertinya mereka mengabaikan gw, maupun elu. Jadi apa salahnya jika gw bisa Deket dengan elu..." kata Dewa mencari alasan.
" Maaf wa, gw hanya orang miskin, dan tak punya apa apa. Dan saya bukan menolak kamu jadi teman saya. Tapi memang alangkah baiknya jika kamu mempunyai teman yg sepadan dengan dirimu. Saya lihat dirimu orang berada. Dan tak pantas berada di tempat ini bersama kami. Terlihat dari dirimu yg mampu membelikan makanan ini kepada kami..." kata Tito.
Dewa yg mendengarkan hanya geleng geleng kepala. Dewa tidak mengerti kenapa Tito berfikir seperti itu.
" Terlebih jika mantan suami emak tahu, jika dirimu berada disini. Maka suatu saat mereka akan mengancam dirimu. Maka lebih baik kamu menjauh dari kami .." lanjut kata Tito.
Dewa mengerutkan keningnya, mengetahui jika Tito berkata seperti itu. Ternyata dugaannya benar, ketika pulang sekolah tadi berkaitan keberadaan Tito dan keluarganya saat ini.
" Gw tidak takut..." jawab Dewa.
" Tapi yg terancam bukan hanya dirimu, tapi adik adik yg bersama kami serta emak yg sedang sakit..." jawab Tito.
Dewa semakin penasaran dengan yg dialami oleh Tito saat ini. Karena ternyata dengan kedekatannya membuat Tito dan emaknya justru yg terancam.
" Maksudnya...?" tanya Dewa.
Dan Tito pun menjelaskan, tentang siapa suami dari emak itu. Tito yg dulu tidak pernah disetujui keberadaannya oleh suami emak Ijah hingga mereka bercerai selalu mengancam bahkan memeras Tito dan yg lainnya. Dan Tito juga bercerita, jika dulunya ia terpaksa mencuri dan mengamen. Namun kejadian itu sudah tidak ia lakukan karena adik adik yg mereka rawat khawatir mengikuti jejaknya. Dan Tito pun sering diperas oleh mantan suami Mak Ijah maupun anak buahnya. Dan Tito pun menceritakan siapa mantan suami emak Ijah yg sebenarnya.
Tito menceritakan semua itu dengan berbicara perlahan. Agar tidak terdengar yg lainnya. Sehingga Dewa yg mendengarkannya pun paham kenapa sampai Tito berbuat demikian.
" Lalu kenapa Lo percaya sama gw, yg bukan siapa siapa elu..." kata Dewa.
" Saya percaya jika kamu orang baik, tapi lebih baik tidak usah kemari lagi. Karena kamu telah tahu siapa kami..." kata Tito.
Dewa menggelengkan kepalanya, Dewa tetap ingin dekat dengan Tito apapun yg terjadi. Sehingga Tito hanya pasrah. Namun juga berharap, semoga dengan dirinya dekat dengan Dewa tidak diketahui oleh mantan suami dari emak, dan juga tidak menjadi gunjingan disekolah nanti.
Tito yg sekolah karena mendapat beasiswa itu, sering mendapat perlakuan tidak baik dari teman temannya. Namun ia selalu bertahan. Demi meraih cita citanya.
****
Dewa pun akhirnya pamit untuk pulang, Dewa belum menceritakan siapa sebenarnya dia. Dewa hanya menceritakan jika dirinya mempunyai ayah yg sakit. Namun sampai saat ini belum bisa bertemu dengan ayahnya itu. Karena ada ancaman terhadap dirinya. Bahkan akan dibunuh. Dewa hanya menceritakan itu saja tidak lebih. Karena masih harus menutup jati dirinya, terutama terhadap orang yg ingin mencelakainya.
Sesampainya di rumah, Dewa tidak melihat keberadaan Alina. Mungkin belum pulang, pikirnya. Sehingga dewa pun berinisiatif untuk memasak makanan untuk malam nanti.
Hari sudah mulai sore, Dewa pun telah selesai dari kegiatan memasaknya. Dan Dewa hari ini tidak ke bengkel maupun kafe miliknya. Sehingga tugas tugas, ia kerjakan dirumah. Dewa sudah memberitahu Rio dan pengurus kafenya, untuk hari kedepannya ia tidak bisa datang seperti biasa.
****
Sementara Alina saat ini berada di sebuah toko buku, bersama teman barunya. Yaitu Vera dan Nita. Mereka bertiga mencari buku atas rekomendasi dari guru di kelasnya tadi. Sehingga ketiganya mencari buku tersebut setelah bel pulang sekolah.
" Lu beli buku 2 Lin. buaya apaan...1 aja cukup kali..." Kata Vera.
" iya Lin, masa harus 2. Hayo buat siapa...?" lanjut kata Nita.
" Mau aku jual lagi nanti, kan disini tinggal ini. Ya sekalian aja..." kata Alina santai.
" Mata duitan Lo, emang mau elu jual berapa...?" tanya Vera.
" 2x lipat lah. Pasti mereka nunggu lama buku ini keluar lagi..." jawab Alina.
Alina teringat Dewa, jika dewa juga membutuhkan buku tersebut. Sehingga ia sengaja beli 2. Namun ketika ditanya oleh Vera dan Nita, ia menjawab akan dijual kembali.
Sementara Vera dan Nita pun hanya menggelengkan kepala. Dengan wajah yg cantiknya itu Vera mengerucutkan bibirnya. Begitu juga dengan Nita yg geleng geleng kepala sambil berkacak pinggang.
Ketiganya pun menuju tempat parkir motornya. Vera menggunakan motor matic seperti milik Alina. Sementara Nita menggunakan motor sport. Penampilan Nita memang agak agak menurut Alina. Tapi ia suka keduanya yg tidak memandang siapa Alina sebenarnya.
" Lin, mampir rumah Nita yuk. Ditempat Nita lagi panen buah rambutan. Mau ga...?" kata Vera.
Vera memang sudah bersahabat dengan Nita sudah lama. Bahkan dari semenjak SMP. Hingga kini keduanya selalu bersama.
" Bagaimana ya...?" jawab Alina.
" Lhah, bukannya elu cuma sendirian. Kan di kos kosan kaga ada yg nyariin..." lanjut kata Vera.
" Iya sih...."
" Ya udah ayok. Nanti kalo kelamaan gw dicariin bokap..." kata Nita.
Dan ketiganya pun melajukan kendaraannya menuju rumah Nita. Rumah Nita tidak terlalu jauh dari tempatnya berada saat ini. Sehingga tak memerlukan waktu yg lama untuk sampai di rumah Nita.
Tampak seorang lelaki paruh baya berdiri dan berkacak pinggang didepan rumah Nita. Kumis tebal, dan matanya sedikit melotot. Celana cingkrang berwarna hitam. Serta baju warna hitam ciri khas orang Betawi. Di pinggangnya terdapat sebuah golok terselip diantara baju dan celananya.
" Dari mana Lo, pulang sekolah bukannya kerumah malah main main..." Kata lelaki paruh baya itu.
Nita cengengesan karena ditegur ayahnya yg menyambut kedatangannya. Namun Alina melihat jika keduanya adalah orang yg saling menyayangi.
" Beli buku beh, kan sekalian. Nih buktinya, dan noh saksi Nita. Jika Nita benar bener beli buku terus pulang. Kaga main kok beh..." jawab Nita sambil mengeluarkan buku dari tas kresek yg nyantol di motornya.
Babe Kamal kemudian menelisik wajah Vera dan Alina. Alina menunduk karena belum pernah mengenal ayahnya Nita.
" Bener beh, lha ini sekalian mampir kesini. Mau minta buah rambutan..." cerocos Vera.
" Oh ya beh, kenalin temen baru Nita, namanya Alina. Dia pindahan dari Jogja. Disini ia sendiri lho beh. Ga punya temen sama saudara. Jadi Nita ajak aja kemari..." kata Nita
Alina pun memperkenalkan diri sambil bersalaman , kemudian Alina mencium punggung tangan babe Kamal. Babe Kamal pun kembali menelisik Alina dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Tampak Alina adalah anak yg lemah lembut serta lugu.
Babe Kamal manggut manggut. Dan Vera, Nita dan Alina pun akhirnya masuk ke dalam rumah Nita. Alina diberitahu tentang keluarga Nita. Jika ayahnya itu adalah seorang pengajar Karate dan juga pencak silat di sekitar tempat tinggalnya. Maka dari itu, Nita sangatlah disiplin terhadap didikan ayahnya itu.