NovelToon NovelToon
Maple Blue

Maple Blue

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan di Kantor
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: atps0426

Ini adalah kisah lanjutan dari Radio Maple. Pertemuan kembali antara Biru dan Langit setelah sepuluh tahun lamanya. Jadi kalau kalian belum baca Radio Maple, baca dulu ya.

(Bukan untuk anak dibawah Umur, mohon minggir cari yang lain saja ya)

"Aku ingin menunjukkan padamu, jika tidak semua pernikahan berakhir dengan perceraian" ~ Langit.

"Aku ingin dunia tau, kamu adalah laki-laki terbaik diantara yang terbaik. Aku ingin semua wanita cemburu karena perlakuan mu padaku" ~ Biru

"Cinta sejati itu benar-benar ada. Menghabiskan waktu hanya untuk menunggu satu wanita" ~ Dewa

"Mendapatkanmu adalah obsesi terbesar dalam hidupku" ~ Nando

"Jika kau percaya padaku, kau akan menceritakan suka duka mu. Berbagi segala perasaanmu padaku dengan nyaman" ~ Jingga

"Aku tepati janjiku untuk selalu bersamamu hingga tua nanti" ~ Kenzo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon atps0426, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MB - Berulah

"Tante kamu ngapain itu?" Tanya seorang pelanggan pada Agil yang sedang duduk sambil makan es krim.

"Tante usir orang jahat" jawab Agil.

"Baik ya Tante kamu, apa selalu sebaik itu?"

"Iya, Tante sangat baiiikkk sekalii. Dia selalu membantu orang yang kesusahan, Tante Bilang, menolong itu adalah baik. Jadi harus dilakukan" jawab Agil.

Semua orang hanya melihat dari dalam tanpa mau ikut campur. Mereka sudah minder lebih dulu usai melihat mobil yang ditumpangi sang wanita. Biru terlihat mengeluarkan kartu namanya dari dalam dompet dan mengakhiri perdebatan panjang itu. Ia kemudian memanggil Agil dan berterimakasih pada petugas kasir.

Seorang remaja datang dan menghampiri Biru yang sedang berbincang dengan tukang parkir tersebut.

"Kakek, maaf aku terlambat karena ada kerja kelompok" ucap remaja itu.

"Tidak apa-apa, kau sudah makan? Nona muda ini memberikan kita makanan, dia sangat baik"

"Oh, Kak Biru ya? Pembawa radio Maple Blue? Aku fans Kakak, senang sekali bisa bertemu dengan Kakak. Kakak tinggal disini?" cecar remaja itu mengenali Biru.

"Iya, di komplek depan itu. Kamu masih sekolah? Kenapa kerja?"

Pemuda itu hanya tertawa singkat kemudian memakai rompinya. Ia mengatakan jika cita-citanya adalah bekerja di Maple Blue. Biru tersenyum dan membantu sang Kakek untuk membawakan belanjaan hingga kerumahnya. Rumah mereka tak terlalu jauh dari minimarket tersebut, hanya memasuki sebuah gang kecil yang ada dipinggir minimarket.

Agil yang ada di gendongan Biru tiba-tiba mengeratkan pelukannya pada sang Tante. Ia berbisik jika ada dua orang yang terus mengikuti mereka sejak tadi. Biru berusaha bersikap biasa dan meminta Agil memejamkan matanya saja. Begitu sampai di rumah tukang parkir tersebut, Biru memandangi rumah sederhana itu. Saat sampai, ia di sambut ramah oleh istri tukang parkir tersebut.

Kakek itu menceritakan pada sang istri betapa baiknya Biru sebab membantunya. Biru melihat ada tulisan jasa cuci baju di dinding rumah mereka.

"Kakek biasanya kerja apa selain parkir? Saya jarang melihat Kakek sebelumnya"

"Gali kubur nak, tapi sekarang ya butuh lebih banyak uang karena itu bekerja jadi tukang parkir" jawab Kakek menjelaskan.

Biru menatap sebuah foto keluarga di ruangan tersebut. Ada tiga putra yang terlihat masih kecil disana. Anak dan menantu Kakek sudah meninggal dunia sejak tujuh tahun lalu karena kecelakaan. Kakek dan Nenek harus menyekolahkan ketiga cucunya yang memang masih kecil saat itu. Cucu pertamanya kini duduk di bangku kelas tiga SMA, cucu keduanya duduk di kelas tiga SMP, dan si bungsu duduk di kelas 6 SD. Biru mendengarkan cerita itu sangatlah berat bagi mereka. Ia pun jelas tak tega mendengarkan kisah sedih itu.

"Gimana kalau gini Kek, saya sedang mencari tukang kebun. Kerjanya menyapu halaman rumah saya dan mencuci mobil suami saya. Kalau Nenek mau, saya juga butuh cuci setrika Nek. Pembayaran bisa dibicarakan lebih dulu, mau harian, mingguan atau bulanan tidak masalah. Jika kalian berminat, ini kartu nama saya" tawar Biru seraya memberikan kartu namanya.

Selain itu ia juga mengatakan ingin bertemu dengan cucu-cucu Kakek usai melihat ada banyak piagam dan piala di rumah tersebut. Biru menghabiskan waktu cukup lama untuk berbincang sebab dirinya juga menunggu Langit menjemputnya. Ia takut bila dua orang mencurigakan itu masih mengikuti dirinya. Untungnya setelah beberapa saat, Langit pun tiba dan membawa istri serta keponakannya pulang.

"Sayang, mereka masih ngikutin dibelakang" bisik Biru ketika mereka dalam perjalanan pulang.

Begitu sampai di depan pos satpam kompleks, Langit meminta Biru dan Agil pulang lebih dulu. Sedangkan pemuda itu menghampiri dua orang yang masih memperhatikan dari kejauhan.

"Ada urusan apa kalian mengikuti istri saya?" Tanya Langit tanpa basa-basi.

"Maaf Pak, kamu sedang mencari berita dan kebetulan melihat istri Bapak terlibat sebuah insiden. Jadi kami ingin menguliknya barangkali kami bisa ikut membantu Pak. Ini kartu nama kami" jawab salah seorang sambil memberikan kartu namanya.

"Hm .... Ini tempat Yudha bekerja" gumam Langit usai melihat nama perusahaannya.

"Bapak kenal dengan Bos kami? Pak Yudha adalah atasan kami Pak"

"Istri saya tidak suka diliput, apalagi jika tentang kebaikannya. Jika kalian ingin membantu, langsung saja datangi orang tersebut. Tapi jangan bawa-bawa istri saya ya" pinta Langit kemudian pergi menuju rumahnya. Ia tak tau apa lagi yang dilakukan oleh Biru saat ini.

Biru terlihat menunggu Langit di depan rumah Bunda, gadis itu langsung berlari dan menghampiri suaminya. Mereka berdua masuk kedalam rumah dan Biru langsung menuju dapur.

"Buat ulah apalagi kamu? Hm..." bisik Langit sambil memeluk istrinya dari belakang.

"Hm... Tapi jangan marah ya sayang, aku gak tega soalnya" lirih Biru.

"Iya, ada kejadian apa?"

"Aku tidak tau pasti, tapi ada pemilik mobil yang marah-marah karena mobilnya tergores dan minta ganti rugi. Jadi aku memberikan kartu namaku dan mengatakan untuk menagih pembayaran padaku. Sayang, jangan marah ya"

Langit berdehem dan mengeratkan pelukannya. Ia membisikkan sesuatu pada Biru sebagai ganti agar tidak marah. Gadis itu mencubit lengan suaminya, ia meminta Langit beristirahat sebab dirinya akan memasak. Namun Langit tak mau mendengarkan dan malah menciumi leher istrinya.

"Gak mau makan nih?" Tanya Biru.

"Aku sedang ingin dimanja, aku tidak lapar"

"Baiklah Tuan Langit, mau ke kamar?"

"Setuju" jawab Langit langsung menggendong Biru masuk kedalam kamar.

Biru duduk sambil bersandar di dinding, sedangkan Langit tiduran dalam dekapan sang istri. Ia menikmati sentuhan penuh kasih sayang dari Biru di rambutnya. Kini Biru mengerti alasan Langit memintanya untuk tidak ikut campur saat masalah mulai jauh. Karena jika Biru ikut terlarut dan terbawa emosi, Langit tak akan memiliki tempat untuk mengadu menenangkan pikirannya.

"Kamu ingin punya anak berapa?" Celetuk Langit tiba-tiba.

"Hm.... Tergantung kamu dong kalau itu, pingin cepat punya anak ya?"

"Tidak, aku ingin menghabiskan waktu bersamamu Biru. Sampai aku tiada nanti, aku ingin kamu tetap di sampingku. Aku sangat mencintaimu sayang"

"Aku juga sangat mencintaimu suamiku tersayang"

Langit memasukkan tangannya kedalam pakaian sang istri, ia melepas kaitan bra milik Biru dan memainkan dadanya. Setelah foreplay yang panjang akhirnya Langit menyalurkan amarahnya pada Biru. Ia membuat permainannya sedikit kasar dengan tambahan emosi disana.

"Sayang, kalau kasar gini kamu nyakitin aku loh" ujar Biru seraya mengelus pipi Langit.

"Maaf sayang, maaf ya" balas Langit. Ia mulai melumat bibir Biru dan memangkunya sambil mengelus punggung istrinya.

"Aku ingin tau, kenapa Langit sangat mencintai Biru?"

"Karena Biru memang ditakdirkan untuk Langit" jawab pemuda itu.

Setelah beberapa saat bercinta, keduanya berbaring di bawah selimut seraya memandangi ke arah luar rumah. Langit masih mengelus punggung istrinya dan mencium bahu Biru sesekali. Biru menghentikan tangan Langit dan menggenggamnya erat. Langit bangun dari tidurnya dan membangunkan Biru untuk duduk diantara kakinya. Ia membuka lebar kedua kaki Biru dan mengelus pahanya.

"Sayang, aku tau ini tidak bisa dilihat dari luar, tapi tetap saja ini memalukan" gumam Biru dengan wajah memerah.

Langit tak menggubris perkataan itu, ia memainkan jemarinya di area paling sensitif sang istri. Biru menyandarkan tubuhnya pada tubuh Langit, kakinya mulai menegang tak karuan.

"Hah hah hah, sayang kamu membuatku tidak bisa berkata-kata" lirih Biru kelelahan.

Pemuda itu tertawa pelan, ia memeluk Biru dan menciumi wajahnya dengan penuh cinta.

1
Rinjani Putri
hallo KK author salm knl ijin titip bintang dikaryamu yuk saling follow dan mendukung ya
Efi Ana
wah sahabat yg patut di buang ke laut ini nadin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!