NovelToon NovelToon
Remuk Hati, Bidadari Papah!

Remuk Hati, Bidadari Papah!

Status: tamat
Genre:Tamat / Naik Kelas / Keluarga / Persahabatan / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / trauma masa lalu / bapak rumah tangga
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: Cici Hardi

seorang anak yang berjuang untuk kembali bersekolah setelah lama sakit jiwa dan membawanya pada harapan bisa menjalankan tugas sebagai anak didik disekolah impian bersama teman-temannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cici Hardi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 Kelas Baru dan Guru Baru

"kemana ya? Ibu guru yang kita nanti-nanti itu? Kenapa tidak ada sejak jam pelajaran tadi?" Tanya Firda dengan menggebu-gebu.

"Iya teman-teman, sejak tadi kita hanya bercerita dan menghabiskan waktu untuk mengobrol saja. Mana ibu gurunya?" Nanda pun ikut menimpali pertanyaan Firda.

"Aku juga bingun teman-teman. Mungkin karena hari ini, hari pertama sekolah setelah libur berakhir." Aku pun ikut menyahuti pertanyaan Bestie-bestie.

"Ya teman-teman, benar kata Dilla, hari ini adalah hari pertama, setelah masa libur sekolah berakhir. Bisa jadi, ibu guru tidak akan mengajar. Tapi.. tunggu! Kata kakak-kakak kelas kita, selama dua minggu kedepan. Suasana masih dalam seperti sekarang ini, ibu guru tidak akan mengajar." Rasti pun ikut menyahuti ucapan kami semua.

"Kenapa bisa begitu Rasti?"

"Kamu dapat berita darimana ras?

"Apa itu bisa dipercaya ras?"

"Tunggu-tunggu! Kalian harusnya bertanya satu-satu, jangan seperti menyerang pertanyaan banyak sama aku. Mana mungkin aku, bisa menjawab tanya kalian sekaligus."

"Ma-af ras, maafkan kami." Sahutku padanya menyanggupi kesiapan dirinya dalam menjawab tanya kami.

"Bagi pertanyaan pertama 'kenapa bisa begitu?' aturannya memang seperti itu kata kakak kelas kita, biasanya guru-guru akan menghentikan sementara proses belajar-mengajar dalam jangka dua minggu kedepan, untuk menyegarkan pikiran guru-guru setelah masa liburan berakhir, ya sebagai peristirahatan untuk agar lebih bugar lagi menyambut aktif-aktifnya proses mengajarnya kedepan."

"Bagi pertanyaan kedua, aku dapat darimana berita? Aku tegaskan lagi, aku dapat dari kakak kelas kita atau disebut senior kita disekolah ini."

"Dan pertanyaan terakhir ' apa bisa dipercaya beritanya?' tentu, sebab yang memberitahu aku berita ini, adalah salah seorang anak guru disekolah kita. Kalian masih ada belum dipahami?"

"Kami sudah paham ras." Aku pun menyahuti pertanyaan Rasti, oleh teman-teman mencolek pinggang ku untuk memberi signal ke Rasti, bahwa kami sudah paham dengan penjelasan yang diberikan.

"Lalu kita ngapain aja didalam kelas?" Tanya tiba-tiba Firda untuk menghilangkan rasa kebosanan.

"Gimana kalau kita main?" Ucap Nanda dengan girangnya.

"Ide bagus itu! Kita bisa mendapatkan hari terbaik, mengisi waktu kosong disekolah." Rasti pun ikut bersuara dengan membara-bara.

"Kalau menurut aku teman-teman, lebih baik belajar biar kita tambah jago. Siapa tahu! Kita diikut sertakan lomba CERDAS CERMAT. balasku pada mereka, agar waktu bisa dimanfaatkan dengan benar sebagai pelajar berprestasi.

Aku menatap mereka, diam terpaku, dan seperti meresapi kata-kataku barusan. Apa yang mereka pikirkan? Dan tatapan mereka saling memandang bergantian satu sama lain. Kadang-kadang mereka melihatku dengan tatapan aneh, serius, dan ya mereka tertawa terbahak-bahak dan sankin merasa lucu mungkin? Aku pun berusaha bersikap sewajarnya, dengan menghadapi tingkah mereka yang lain dari biasanya.

"Apa katamu tadi Dilla? Mau belajar dengan baik, untuk mengisi waktu kosong disekolah. Biar apa? Diikut sertakan lomba CERDAS CERMAT? Gak salah aku dengarnya Dilla?" Ucap panjang lebar Nanda dengan tatapan yang...?

"Apa yang salah Nan? Kita sebagai pelajar, harus bisa ikut dalam perlombaan itu. Biar menjadi kebanggaan bagi bangsa dan negara. Ya juga dapat pujian dari orang-orang sekitar dan terutama orang tua." Timpal ku menegaskan kata-kata.

"Apa yang dikatakan Dilla, itu benar adanya Nanda, apa salahnya kita mencoba. Siapa tahu! Kalau bersungguh-sungguh belajar? Kita bisa ikut serta menjadi peserta lomba CERDAS CERMAT." Ucap Rasti menyemangati ku dan menegaskan kata-kataku sebelumnya.

"Tapi bes, kalian tahu! Ikut lomba CERDAS CERMAT itu, biasanya para guru-guru menunjuk anak-anak mereka ikut serta. Sedang kita? Hanya jadi cadangan. Itupun masih, belum jelas. Apakah kita akan jadi calon peserta lombanya." Ujar Firda dengan banyak perhitungan kebaikan dalam mengambil tindakan.

"Ya juga sih, teman-teman. Aku menyerah dengan lombanya itu. Lagian biar kita tidak bosan? Yuk kita main saja!" Ajak ku kemudian daripada bosan tidak tahu mau apa.

"Ya seperti itu bagus Dil. Kita sama-sama dapat bahagianya. Ya kan Bestie-bestie?" Ucap Firda dengan gembiranya.

"Ayok! Kita main karet saja. Gimana?" Nanda menyahuti langkah tindakan yang akan diambil.

"Kalian ada karet? Karet yang sudah terikat seperti rantai memanjang dan bisa dimainkan?" Rasti bertanya kemudian.

"Aku hanya punya karet, belum jadi juga." Jawab Firda dengan ekspresi sedikit murung.

"Mana?" Tanya Nanda kemudian.

"Disini! aku ambil dulu ya. Ada dalam tas." Ujar Firda dengan senyuman.

"Baik kami tunggu." Jawabku menghilangkan kebosanan yang tiba-tiba mendatangi.

"Ini dia karetnya. Siapa yang akan merangkainya seperti rantai memanjang?" Tanyanya setelah mengeluarkan karet dalam tas. Dan memberinya pada kami semua.

"Kita semuanya, akan merangkainya. Gimana setuju?" Sela Nanda dengan tiba-tiba menghapus kecanggungan.

"Setuju, sangat setuju!" Ucap kami serempak dan semangat.

Rangkaian karet pun sudah jadi, karet-karet saling terikat dengan kuat, dan sudah sangat aman untuk dimainkan.

"Ayo Bestie! Mari mainkan karetnya." Ajakan Rasti dengan senyuman cerianya.

"Pasangan Dilla-Rasti untuk pasangan pertama, dan Nanda-aku menjadi pasangan kedua. Setuju?" Ucap Firda menjadi awal memulai permainan karet.

"Kita taruhan gunting, batu, kertas dulu. Siapa yang menang pasangan mereka yang maju duluan." Ucap Nanda setelahnya dan maju untuk menjadi perwakilan pasangan.

Mereka sudah sepakat! Permainan akan segera dimulai, namun dengan gerakan tangan yang menentukan. Siapa yang akan maju duluan? Lalu yang Menang adalah pasangan Dilla dan Rasti.

"Horee kami yang duluan memainkan karet. Kalian kalah oleh tangan bersimbol kertas dan sedang kami gunting. Tentu gunting, bisa memotong kertas." Ucap Rasti dengan girangnya.

"Baik, ayo kita main!" Ajak Nanda menyudahi percakapan dari Rasti.

Permainan pun dimulai, mereka pasangan Nanda-firda memainkan tali karetnya, dengan gerakan dari arah tangan keatas lalu kebawah berputar-putar seperti lengkungan gunung dan roda yang melaju kedepan. Itulah permainan yang mereka mainkan. Pasangan yang memainkan permainan tersebut, akan masuk kedalam lengkungan gunung yang berputar, mereka melompat-lompat, menghindari menginjak tali, hingga putaran berhenti diputaran kesepuluh.

"Aduh, aduh.. capek juga ya besti." Ucap Rasti dengan rasa lelahnya, setelah menyelesaikan putaran kesepuluh.

"Sekarang giliran mu Dilla, semoga berhasil." Ujar Rasti padaku menyemangati. Kira-kira aku bisa tidak ya?

"Dilla, kamu menginjak talinya, jadi kamu gagal deh." Sahut Firda setelah aku gagal menyelesaikan putaran yang tinggal empat lagi.

"Yaa aku gagal besti." Ucapku dengan rasa kecewa.

"Kini Rasti Yang akan menyelesaikan tugasmu tadi Dil." Ucap Nanda kemudian.

"Hmm, maafkan aku ras." Menampilkan wajah kurang enak.

"Tidak apa-apa, lagian itu tugas sebagai pasangan. Iya kan?"

"Yaa aku juga gagal Dil. Tinggal dua putaran lagi, kalah deh."

"Alhamdulillah giliran kami." Sela dari Firda dengan gembiranya.

"Tidak apa-apa ras, kita sudah mencobanya."

"Ok, kami mulai ya Dil, Ras?"

"Baiklah kita mulai." Ucap Rasti dengan senang.

"Alhamdulillah aku berhasil sempurna dengan putaran kesepuluh." Ucap Nanda dengan senyum sumringah.

"Yaa heheh aku gagal Nan, aku merepotkan mu."

"Tidak apa-apa, aku akan mulai sekarang!" Semangatnya sangat berkobar-kobar dengan keberhasilan sebelumnya.

"Kita menang fir! Aku menyelesaikan putaran dengan baik. Kita akan main lagi, dan selanjutnya akan terus begitu, jika kita tidak pernah gagal dalam putarannya." Ucap Nanda dengan bangga.

Beberapa menit berlalu dan mereka capek luar biasa..

"Kamu nan, hebat dalam bermain tali karet. Pasangan kami kalah karena kamu." Ujar Rasti dengan berakhir kecewa.

"Tidak apa-apa ras, lagipula itu cuma permainan. Kalah dan menang, hal biasa terjadi. Jadi kita tidak harus terlalu kecewa akan hal itu." Sela Firda memberi pengertian.

"Iya Firda benar ras, kita kalah hal biasa terjadi. Permainan memang harus ada kalah dan menang. Jadi kita anggap itu, hal-hal yang tidak perlu disesali." Dilla memberi pendapat dengan bijak.

"Mereka benar ras, kamu tidak perlu menyesali kekalahan dalam permainan. Kejadian itu memang, sering terjadi dimana-mana, bukan hanya ada diantara kita, tapi semuanya pun mendapatkannya." Nanda pun bertutur kata bijaknya.

"Iya, iya.. yang penting, kita Bestie kan?"

"Iya dong kita besti, besti akan selalu bersama dalam suka dan duka."

"Bes, sepertinya waktu pulang sebentar lagi, tapi kenapa anak-anak belum balik ke kelas ya? Dari tadi hanya kita berempat dalam kelas."

"Mungkin mereka asyik di kantin. Bermain sambil makan, heheheh."

"Ada-ada saja mereka itu."

"Itulah kalau tidak ada mapel. Semuanya pun dengan santainya."

"Yuk! Kita bereskan masing-masing buku kedalam tas."

"Hmm."

"Baik." Mereka bersamaan dalam berucap.

1
pal ishwaroppo97@gmail.com
lanjut
pal ishwaroppo97@gmail.com: bagus
pal ishwaroppo97@gmail.com: bagus
total 2 replies
Layla
Buat saya, ini sih cerita yang harus masuk ke dalam top chart semua platform.
Cici Hardi: terimakasih saudara
total 1 replies
Oralie
Ngakak terus-terusan!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!