Remuk Hati, Bidadari Papah!
Pagi yang cerah, dalam balutan selimut tebal sang gadis, bergerak sana-sini dalam sisi kanan dan kiri. Seolah bergantian pinggul kanan-kiri mencari kenyamanan posisi tidur yang lebih baik.
Tersingkapnya selimut, menanggalkan badan, tanda sang gadis bangun dari tidurnya. mengucek mata seakan berat, menghirup udara secukupnya, melepas, dan menyandarkan badan dibagian kepala ranjang.
"Teman-teman sekolah hari ini, rasanya sepi tanpa mereka, dan tak ada teman bermain." Gumam dalam diam Dilla.
"Kemana semua orang? Mama dimana?" Dilla berucap dalam hati. Dengan diiringi langkah kaki menuju area dapur mencari mama.
Dalam kesibukan mencari mama, Dilla berharap mengutarakan segala keinginannya pada sang mama. Dia butuh teman, menemani hari-harinya yang sunyi.
Suara mereka adalah obat penawar rindu dalam kesehariannya. Nampak Dilla menemukan mamanya, sedang mencuci pakaian kotor yang banyak, lalu ia mendekati mamanya dengan rasa cemas dan gugup.
"Semoga mama bisa mendengar dan mengerti aku." Menatap lekat mamanya, dan berharap ada keajaiban dalam hidupnya.
"Mama aku mau sekolah!" Tatapan penuh harap jawaban pasti dari mamanya.
"Apa mama tidak salah dengar nak? Coba ulangi sekali lagi!" Wajah mamanya menegang seakan tak percaya.
"Mama aku mau seperti teman lainnya, bersekolah dan bermain dengan banyak teman." Ungkap Dilla seolah berharap penuh penghayatan.
Tersentak bangkit dari area cucinya, mamanya mendekati Dilla, berdiri berhadapan, menatap lekat manik mata sang anak dan berharapan hanya ada kesungguhan dan ketulusan dari anaknya.
Menepuk pelan bahu, mengusap kepala, dan memeluknya dalam dekapan hangatnya. Lamunannya menempatkan keheningan diantara mereka, sesaat ia merasa terhipnotis dengan keadaan. Lalu tersadarkan mamanya membawa menuju lemari tua dan lapuk.
Pelan-pelan ia membuka pintu lemari, banyak rak pakaian, baju-baju lama tersimpan rapi, ia mencari tiap lembar baju, dari semua baju yang dilihatnya sudah bolong dan tak layak pakai.
"Nak, sepertinya tidak ada baju cocok, untuk kamu kenakan." Tatapan sendu, mengisyaratkan kesedihan mamanya.
"Ayo nak! kerumah Tantemu. Barangkali ada baju yang cocok, untuk kamu pakai sekolah. Baju dari kakak sepupu dua kali mu nak." Ajak nya dan menggenggam tangan erat sang anak serta membawanya keluar rumah.
"Mah.., apa dirumah kak Ami, banyak baju seragam sekolah?" Tanyanya penuh keheranan.
Suasana rumah Tante yang ramai, dengan banyaknya anak-anak berkumpul dan bermain. Rasanya agak malu, bertatap muka dengan mereka dan menyapanya. Namun, Langkah tidak boleh berhenti, oleh sebab masalah malu.
Bagaimana Dilla sekolah? Kalau ramai aja dia malu-malu! Mamanya pun mengetuk pintu rumah Tante, dan mengucap salam pada tuan rumah.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Pindu." Ucap mama dengan sebutan Tante julukan pindu.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Pindu." Kata yang sama dari Tante untuk mama, karena mereka sepupu dua kali, maka julukan namanya pindu.
"Maaf Pindu, ada perlu apa yah?" Tanya Tante kepada mama, yang terlihat kaku dan gugup. Tante pun mempersilahkan kami duduk diruang tamu keluarga.
"Begini Pindu, ponakan tiba-tiba mau sekolah katanya. Yah.. saya sudah membuka lemari lama, tempat bajunya yang dulu disimpan, tapi.. bajunya sudah bolong dan tak layak pakai. Kedatangan saya kesini, meminta bantuan pindu. Apa saya boleh meminta satu/dua lembar pakaian layak? Tentunya untuk ponakan sekolah." Papar mama, dengan mimik memohon.
"Maaf Pindu, apa ponakan sudah sembuh? Dan bisa bersekolah?" Tanyanya pada mama, membuat aku terheran-heran dengan kata-katanya.
"Insyaallah Pindu, doakan ponakan agar bisa bersekolah, seperti anak lainnya, dan seumurannya." Ucap mama dengan binar bahagianya.
"Amiin Ya Robbal Alamiin, Allahu Akbar, Alhamdulillah, Maha suci Allah atas segala anugerah dan nikmatnya." Ucap puji syukur Tante, dengan senyum manis.
Dengan gerakan cepat, tanpa ba-bi-bu lagi, mereka mendekati lemari, yang diyakini banyak seragam sekolah. Tante dengan buru-buru membuka lemari, mendapati banyak pakaian yang masih layak pakai, tiap lembar baju yang dibuka, dengan lincah mencocokkan ke badan Dilla, dan menentukan pilihan beberapa lembar pakaian, dengan dilengkapi atasan dan bawahan serta atribut-atribut lainnya.
"Pindu, coba cek lagi deh! Apa semuanya, sudah lengkap pakaian, dari baju merah putih, seragam pramuka, tas, dan sepatu juga. Karena Ami juga, sudah besar, baju-bajunya sudah tak terpakai. Gimana kalau semuanya, bawa saja pulang." Papar Tante dengan entengnya.
"Apa gak masalah? Kalau saya bawa semua, pulang kerumah! Saya tentu, tidak enakan hati, dengan kebaikan pindu." Ucap mama, dengan wajahnya yang heran.
"Gak masalah kok, Pindu! Selama ponakan, bisa bahagia dan tersenyum lagi. Insyaallah semuanya, dapat berkahnya." Terang Tante dengan entengnya.
"Sini nak! coba bajunya! Cocok loh, Pindu. Nak, bisa mencoba melihat dalam cermin, agar lebih bisa melihat, apa masih ada yang kurang? Silakan nak, ke lemari cerminnya." Ucap Tante dengan senang hati.
"Baik Tante, dan terimakasih banyak." Ucapku tulus dengan disertai melangkahkan kaki menuju lemari besar.
Ku tatapi pesona ku dalam cermin lemari, betapa indahnya anugerah tuhan yang maha esa, bajunya luar biasa cantik, cocok untuk badanku yang putih mulus dan berwajah manis serta menawan hati. Mama dan Tante saling berpandangan, menyaksikan keseruan mengenakan pakaian yang mereka berikan.
Ada senyum terukir dibibir mereka dengan menertawai ku yang kegirangan akan baju ini, aneh tapi..ini pengalaman pertama aku bersekolah, di usiaku yang menginjak sembilan tahun. semoga aku diterima dikelas yang aku inginkan dan bersama teman-teman menyelesaikan sekolah dasar.
"Pindu, kami pamit pulang dulu yah! Soalnya mau menjelang magrib nih, takutnya tidak sempat masak malam." Ujar mama sumringah.
"Nak, tolong Salim tantemu!!" Kata perintah mama padaku, sebagai bentuk menghormati orang tua.
"Iya mamah, sayang." kataku seraya melangkah kearah Tante dan menyalami.
"Sayang, baik-baik sama mama yah! Kalau sekolah yang benar dan jaga sikap pada bapak/ibu guru disekolah, ok! Jangan malas tentang pekerjaan rumah! Dengarkan kata-kata orang tua, karena dialah ladang kamu mendapat ilmu dan keberkahan hidup sayang." nasehat tante panjang-lebar, semoga semuanya dapat tersimpan dengan baik.
"Tante, terimakasih banyak untuk doanya. Semoga doanya Allah kabulkan, amiin ya Allah." kataku sambil melambai tangan padanya, seraya melangkah pulang.
Kami pun berada dalam rumah, ruangannya tentu berbeda dari rumah pada umumnya. Dengan hanya ada satu kamar, ruang tamu, ruang tengah, dan dapur.
Ukuran rumah tiga petak, berlantaikan semen. Namun, kami sangat mensyukuri adanya rumah. Rumah selalu membuat kami nyaman, dengan segala aktifitas hidup dijalani.
"Nak, kamu senang dengan bajunya? apa masih ada yang kurang?" Tanya mama padaku, dengan wajah sedikit menegang.
"Mah, aku senang dengan bajunya! Bajunya sungguh indah, meski baju bekas. Apa yang mama usahakan, aku sangat bersyukur. Biarkan saja yah, mah! Insya Allah semuanya baik-baik saja." terang ku dengan cerewetnya, dan tak lupa senyum manis.
"Sayang, sana pergi tidur! Besok insya Allah, kita sama-sama menemui pak kepsek disekolah." kata perintah mama padaku, seakan mengusir halus masuk dalam pembaringan.
"Iya deh, mama sayang." ucapku sambil menyalami tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments