Dewangga adalah seorang pangeran yang sebentar lagi akan dinobatkan menjadi seorang raja di zaman kuno. Dengan bantuan dari sistem, dia terlempar ke zaman modern ketika dia hampir saja terbunuh dari serangan musuh.
Tiba-tiba dia berada di dalam sebuah mobil dengan keadaan tanpa busana. Ternyata di dalam mobil tersebut terdapat seorang wanita cantik, membuat mereka dikira telah berbuat tak senonoh dan nikahkan oleh masyarakat secara paksa.
Dari sanalah perjalanan kehidupannya sebagai seorang manusia biasa dimulai. Dia yang awalnya hidup selalu dihormati dan disegani oleh semua orang di zaman kuno, kini di zaman modern dia hidup dengan penuh banyak rintangan.
Rupanya cincin warisan dari leluhur mengaktifkan sebuah sistem, untuk membantunya bisa kembali ke zaman kuno, dengan syarat dia harus melakukan misi-misi yang telah ditentukan oleh sistem, untuk memburu orang-orang yang melakukan kejahatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Malam ini Adit dan Pak Tio datang ke Mansion Richard, mereka diundang untuk makan malam bersama dengan Marsha dan Om Gama. Sementara Billy tidak hadir di acara makan malam itu, dia lebih memilih untuk bersenang-senang dengan para wanitanya, pria itu memang tidak bisa hidup tanpa satu wanita.
Rupanya mereka ingin membicarakan rencana pernikahan Adit dan Marsha. Walaupun hubungan mereka belum terjalin cukup lama, tapi kedua orangtuanya ingin segera menikahkan mereka berdua, agar mereka segera menjadi besan. Padahal dulu Pak Tio adalah sahabat baiknya Tuan Yanuar Richard, tapi berubah haluan berada di kubu Om Gama, karena Om Gama memiliki value yang sangat tinggi di Richard Group, walaupun sampai saat ini Tuan Yanuar Richard masih bertahta sebagai pemegang saham tertinggi di Richard Group dan pemilik perusahaan secara mutlak.
"Saya sengaja mengundang Adit dan anda untuk membicarakan rencana pernikahan Adit dan putri saya. Kira-kira kapan mereka akan menikah?" tanya Om Gama kepada Pak Tio.
"Saya rasa lebih cepat lebih baik, Pak Gama. Bukankah begitu, Adit?" tanya Pak Tio kepada putranya.
Adit nampak diam, sepertinya dia sedang melamun. Mungkin karena dia sedang memikirkan Sandra. Hari ini dia sangat patah hati, akhirnya Sandra telah meresmikan pernikahannya bersama dengan Dewangga.
"Adit!"
Perkataan sang ayah membuat Adit terlonjak kaget, dia menjadi sedikit gelagapan, "Emm... emm... aku terserah ayah saja."
Marsha walaupun hatinya sedikit oleng dengan ketampanan Dewangga, tapi dia juga tidak mungkin mau melepaskan Adit, karena dia tahu bahwa Sandra mencintai Adit, dia ingin memiliki apapun yang diinginkan oleh Sandra. Mungkin suatu saat nanti dia akan melancarkan aksinya untuk menggoda Dewangga.
Marsha merangkul lengan Adit, "Kamu kenapa sih, sayang?"
"Aku gak apa-apa kok." Adit merasa risih ketika Marsha merangkul lengannya di dekat ayahnya dan Om Gama, sehingga dia segera menarik lengannya dari rangkulan Marsha.
Marsha, Om Gama, dan Pak Tio terlihat sangat menikmati makan malam mereka, sambil membicarakan konsep pernikahan yang mereka inginkan. Mereka ingin pernikahan Adit dan Marsha diselenggarakan dengan konsep yang sangat mewah dan megah.
Hanya Adit sendirian yang sama sekali tidak menikmati makan malamnya, dia hanya memainkan nasi di dalam piring dengan garpu dan sendok. Bahkan kepalanya masih merasakan pusing, karena tadi siang dia mabuk berat.
...****************...
Setelah acara makan malam selesai, Adit sengaja pergi ke hotel, tempat dimana Sandra dan Dewangga bermalam malam ini, disana memang banyak karyawan yang akan menginap di hotel, karena mereka merasakan lelah setelah bekerja keras untuk ikut membantu terselenggaranya pernikahan sang nona muda beserta suaminya.
Adit sedang berada di rooftop hotel, dia nampak gelisah begitu mendengar desas-desus dari para karyawan yang sedang membicarakan Dewangga dan Sandra.
"Mereka adalah pasangan yang serasi, ganteng dan cantik."
"Nona Sandra mendapatkan dari mana pria setampan dan semanis itu?"
"Padahal masih jam delapan malam, tapi mereka sudah masuk ke dalam kamar. Sepertinya mereka sudah tidak sabar hihi..."
Adit tidak sanggup membayangkannya jika seandainya Sandra dan Dewangga tidur bersama, apalagi kalau sampai bercinta. Rasanya dia sangat tidak rela.
Kemudian Adit segera menelpon Sandra, entah mengapa malam ini dia tidak bisa berpikir dengan jernih. Dia sangat tersiksa karena ulahnya sendiri. Dia pikir dia tidak akan segila ini. Dia pikir dia akan sanggup hidup tanpa Sandra. Dia pikir dia bisa bahagia dengan keputusannya untuk memilih Marsha. Tapi ternyata dia sangat menyesalinya, dia sangat menyesal tidak bisa memperjuangkan Sandra.
Adit sangat yakin kalau Dewangga hanyalah pelarian saja, tidak mungkin secepat itu Sandra melupakannya. Mereka berdua saling mencintai tapi tidak memiliki keberanian untuk saling mengungkapkan.
"Aku mohon tolong angkat teleponnya, Sandra," ucap Adit dengan nada gelisah sambil mencoba untuk menelpon Sandra.