Difitnah, ditalak, dan diusir suaminya tidak membuat seorang wanita bernama Mila menyerah. Dia tetap bertahan demi untuk mendapatkan hak asuh anaknya.
Setelah dipisahkan dengan anaknya, Mila akan terus berjuang untuk mendapatkan anaknya kembali.
Apa yang akan Mila lakukan agar Aluna bisa kembali ke dalam pelukannya lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan di cafe
Waktu saat ini sudah menunjukkan jam tiga sore. Mila saat ini masih beres-beres di ruang tengah. Mila melihat Zaki akan pergi. Mila buru-buru menghampiri Zaki.
"Mas Zaki tunggu!"
Zaki menghentikan langkahnya saat mendengar suara Mila. Dia kemudian menoleh ke belakang dan menatap Mila.
"Ada apa Mil?" tanya Zaki menatap Mila lekat.
"Mas Zaki mau ke mana? Mas Zaki mau pergi ya?"
"Ya. Aku mau pergi Mil. Kenapa emang Mil?"
"Mas Zaki, aku mau bicara sesuatu Mas."
"Kamu mau bicara apa?" tanya Zaki.
"Aku mau..." Mila menggantungkan ucapannya.
Mila tampak bingung untuk bicara ke Zaki, kalau dia akan meminjam uang ke Zaki untuk biaya rumah sakit ayahnya.
Mila terkejut saat tiba-tiba saja Zaki meraih tangannya.
"Ikut aku Mil!" ucap Zaki.
Mila menatap manik mata Zaki lekat.
"Mau ke mana Mas?" tanya Mila bingung.
"Ikut aja!"
Zaki kemudian membawa Mila keluar rumah. Mila tidak tahu Zaki akan membawanya ke mana. Zaki menyuruh Mila masuk ke dalam mobil. Setelah itu mereka pun meluncur pergi meninggalkan rumah.
"Mas Zaki, kita mau ke mana sih sebenarnya?" tanya Mila.
"Aku mau ajak kamu makan!"
Mila terkejut.
"Apa! makan?"
"Iya. Kita langsung ke cafe ya. Kalau kamu mau bicara sesuatu, nanti kalau kita udah di cafe. Aku juga mau bicara sesuatu sama kamu Mil."
"Yah, kalau aku tahu Mas Zaki mau ngajakin aku ke cafe, harusnya tadi aku ganti baju dulu. Masa ke cafe mau pakai baju seperti ini," ucap Mila.
"Nggak apa-apa Mil. Baju seperti itu juga sudah bagus kok."
Mila mengangguk. Saat ini Mila hanya bisa menuruti saja apa kemauan Zaki.
Sesampainya di depan cafe, Mila dan Zaki turun dari mobilnya. Setelah itu mereka masuk ke dalam cafe dan mencari tempat duduk.
"Kita duduk di sana aja ya Mil!" ucap Zaki menunjuk ke arah salah satu meja yang ada di cafe.
"Iya Mas."
Zaki mengajak Mila duduk. Setelah itu Zaki pun memesan makanan untuk mereka berdua makan.
"Kamu mau bicara apa Mil?" tanya Zaki.
"Sebenarnya aku..."
"Aku apa?"
"Aku nggak enak ngomongnya Mas."
Zaki mengerutkan keningnya.
"Kamu bicara apa? bicara aja!" pinta Zaki.
"Aku mau pinjam uang sama Mas Zaki."
"Uang? uang untuk apa?" tanya Zaki.
"Mas Zaki, bapak aku lagi ada di rumah sakit sekarang. Aku butuh uang untuk transfer ke kampung. Mas Zaki bisa nggak pinjamin aku uang. Nanti Mas Zaki bisa potong uang gaji aku untuk bayar hutang aku," ucap Mila menjelaskan.
"Kamu butuh uang berapa emang?" tanya Zaki.
"Nggak banyak kok Mas. Cuma lima juta," jawab Mila.
"Oke. Besok aku transfer uangnya ya."
Mila tersenyum. Ternyata pinjam uang ke Zaki, tidak sesulit apa yang Mila fikirkan.
"Makasih banyak ya Mas."
"Iya. Sama-sama."
Beberapa saat kemudian, seorang pelayan mendatangi meja Zaki dan Mila. Dia meletakan pesanan Zaki dan Mila di atas meja.
"Makasih banyak ya Mbak," ucap Zaki.
"Iya. Sama-sama Mas," ucap pelayan itu.
Setelah pelayan itu pergi, Zaki menatap Mila.
"Mila. Ayo di makan! keburu dingin makanannya."
"Iya Mas."
Mila dan Zaki kemudian makan bersama. Baru kali ini Zaki mengajak Mila makan di luar. Entah ada angin apa Zaki bisa berubah sangat baik pada Mil.
"Katanya ada yang mau Mas Zaki bicarakan. Mas Zaki mau bicara apa?" tanya Mila di sela-sela kunyahannya.
"Besok malam, aku mau ngajakin kamu ke acara pesta ulang tahun pernikahan Pak Prasetyo rekan bisnis aku," ucap Zaki.
Mila terkejut saat mendengar ucapan Zaki.
"Apa! Mas Zaki mau ngajakin aku pergi ke pesta ?"
"Iya Mil. Aku nggak enak, kalau datang ke pesta nggak bawa pasangan. Aku pengin ngajakin kamu untuk jadi teman aku."
Mila diam sembari mengunyah makanannya. Dia masih tampak berfikir.
Duh, Mas Zaki mau ngajakin aku ke pesta rekan bisnisnya. Aku yakin kalau pesta itu pasti orang kaya semua yang datang. Masa Mas Zaki mau ngajakin aku sih. Aku kan nggak biasa datang ke pestanya orang kaya. Mas Adnan aja nggak pernah ngajakin aku ke pesta kayak gituan, batin Mila.
"Mil, gimana Mil? mau ya?"
"Kenapa harus sama aku sih Mas? kenapa nggak sama orang lain saja."
"Terus sama siapa? sama mama? mama nggak bisa datang ke acara itu, karena mama lagi punya acara sendiri besok malam."
"Kalau Bu Suci lagi sibuk, Mas Zaki kenapa nggak ngajakin orang lain aja?"
"Mil, sebenarnya aku ingin ngajakin kamu ke pesta karena aku mau kamu ikut menikmati pesta. Sekali-kali lah datang ke pesta. Biar kamu bisa melupakan sejenak masalah kamu dengan suami kamu. Biar kamu nggak sedih terus."
"Duh, gimana ya Mas."
"Udahlah Mil. Nggak usah banyak mikir. Mau ya."
Mila menghela nafas dalam. Tanpa banyak berfikir, akhirnya dia pun mengiyakan saja apa yang Zaki ucapkan.
"Kapan sih Mas pestanya?"
"Besok malam."
"Iya deh Mas. Aku mau."
"Makasih ya Mil."
****
Malam ini, Mila sudah cantik dengan gamisnya. Namun Mila merasa minder dengan penampilannya sendiri. Pasalnya, dia tidak pernah datang ke acara-acara penting orang kaya seperti itu. Tapi dia pun tidak enak, harus menolak ajakan Zaki.
"Mil...! Mila...!" Seru Zaki yang sudah berada di lantai bawah.
Mila keluar kamar dan buru-buru menuruni anak tangga untuk menghampiri Zaki di bawah.
Saat melihat Mila, Zaki menatap Mila tanpa berkedip. Entah apa yang ada di dalam fikiran lelaki itu saat ini.
"Mas Zaki, kenapa ngelihatin aku seperti itu Mas? apa ada yang salah dengan penampilan aku?" tanya Mila . Dia nampak tidak pede dengan penampilannya saat ini.
"Nggak ada yang salah kok dengan penampilan kamu."
"Mas, aku malu Mas sebenarnya."
"Malu kenapa?"
"Aku nggak biasa datang ke pesta. Apalagi ke pestanya orang-orang kaya seperti rekan bisnisnya Mas Zaki."
"Mila, kamu nggak usah minder. Kamu udah cantik kok dengan penampilan kamu. Kamu udah siap kan Mil?"
Mila mengangguk. "Udah Mas."
"Ya udah, ayo kita berangkat!"
"Kita nggak mau izin dulu sama Bu Suci."
"Mama ada di depan."
"Oh."
Mila dan Zaki kemudian melangkah keluar rumah. Di depan rumah, sudah tampak Bu Suci sedang ngobrol dengan Pak Burhan.
"Bu Suci," ucap Mila.
Bu Suci menatap Mila dan Zaki.
"Eh... Zaki, Mila. Sudah mau berangkat ya?"
"Iya Bu," ucap Mila.
"Iya Ma. Aku dan Mila pergi dulu ya."
Sebelum pergi, Zaki dan Mila mencium punggung tangan Bu Suci. Setelah itu mereka pun masuk ke dalam mobil dan meluncur pergi meninggalkan rumah.
"Syukurlah, kalau Zaki dan Mila sudah mau akrab seperti itu. Aku senang lihatnya," gumam Bu Suci setelah mobil Zaki menghilang dari hadapannya
karena ketika enak sj yg d kejar setelah dapat akan di balik kondisinya. apalagi kau memulai ny dgn tidak baik.
.
buat koreksi aj kak, agar ke depan ceritanya lebih enak di baca, ^^