NovelToon NovelToon
PEMILIK HATI TUAN MUDA MAFIA

PEMILIK HATI TUAN MUDA MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Gadis nakal / Identitas Tersembunyi / CEO / Mafia / Romansa / Iblis
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: TriZa Cancer

"𝘽𝙧𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. "
𝘼𝙙𝙪𝙝 𝙖𝙬𝙖𝙨... 𝙝𝙚𝙮𝙮𝙮... 𝙢𝙞𝙣𝙜𝙜𝙞𝙧.. 𝘼𝙡𝙖𝙢𝙖𝙠..

𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠𝙠...

Thalia putri Dewantara gadis cantik, imut, berhidung mancung, bibir tipis dan mata hazel, harus mengalami kecelakaan tunggal menabrak gerbang, di hari pertamanya masuk sekolah.

Bagaimana kesialan dan kebarbaran Thalia di sekolah barunya, bisakah dia mendapat sahabat, atau kekasih, yuk di simak kisahnya.

karya Triza cancer.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TriZa Cancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HUKUMAN THALIA

Langit sudah sedikit mendung ketika Thalia mengikuti langkah lima pemuda di depannya menuju ruang osis. Suasana sekolah terasa canggung, sebagian murid masih membicarakan

“cewek vespa nabrak gerbang”, dan Thalia biasa saja ketika mendengar bisik-bisik di sepanjang koridor. Langkahnya ringan, bahkan sempat bersenandung pelan sambil menggoyangkan kuncir rambutnya.

Sebelum sampai di depan pintu ruang OSIS, Thalia merogoh ponselnya, mengetik cepat pesan pada daddynya.

“Daddy, tolong cariin bengkel buat Coki ya. Dia lecet parah, habis nabrak gerbang sekolah, tapi masih gagah kok...Love u daddy!”

Setelah mengirim pesan, ia menghela napas, sudah lama rasanya tidak masuk ruang osis, atau ruang BK semenjak tinggal bersama grandma dan granpanya di luar negri. Thalia mengetuk pintu.

“Masuk,” terdengar suara dari dalam, tegas namun tenang.

Thalia membuka pintu perlahan. Ruang OSIS terlihat rapi dan beraroma pengharum ruangan, dengan logo sekolah besar terpajang di dinding.

Di tengah ruangan, empat cowok duduk di hadapan meja panjang, sementara satu lagi, Athar si ketua osis duduk di kursi pojok dengan tangan yang sibuk bergerak di atas keyboard laptopnya, tidak terganggu sama sekali, dengan apa yang akan di lakukan para sahabatnya.

Thalia berjalan pelan, menunduk sedikit bukan karena takut, tapi karena ia tidak ingin menjadi pusat perhatian lagi, yang bisa menimbulkan kekacauan. Setelah menarik kursi, ia duduk tenang, memeluk tas di pangkuan.

Keempat cowok di hadapannya saling pandang. Mereka menyangka gadis itu ketakutan.

Rafi mencondongkan tubuhnya dan berkata dengan nada sok berwibawa, “Angkat kepala lo. Sebutin nama dan kelas lo....”

Perlahan, Thalia mendongak.

Dan… hening.

Keempatnya langsung melongo. Bibir mungilnya, hidung mancung, mata hazel yang jernih, pipi berisi yang manis, semua terlihat makin mempesona di bawah cahaya ruangan.

Doni refleks berbisik tanpa sadar, “Cantiknya…”

Athar di pojok berdehem pelan. “Ehem.”

Mereka semua langsung tersadar dan merapikan posisi duduk masing-masing, pura-pura serius.

Rafi berdeham, mencoba kembali berwibawa. “S-siapa tadi nama lo?”

Thalia yang sejak tadi sadar sedang diperhatikan dengan tatapan kagum, hanya bergumam dalam hati, ‘Lebay banget, baru liat cewek cantik mungkin ya, udah kayak liat bidadari jatuh dari pohon pete’

Ia menatap mereka tenang. “Nama saya Thalia Putri. Anak Mommy Riana dan Daddy Rian.”Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan polos, “Kelasnya gak tau, soalnya saya baru masuk.”

Empat pasang mata kembali melongo.

Raka spontan nyeletuk, “Eh buset, lengkap amat, Neng. Gak sekalian nama kakek-nenek sama alamat rumahnya juga?”

Thalia membuka mulut, siap menjawab dengan polosnya, “Oh kakek saya na...”

Belum sempat selesai, Thalia menjawab Dion cepat-cepat memotong dengan ekspresi panik. “Udah-udah, gak usah di jawab. Kita bukan sensus penduduk!”

Thalia hanya menaikkan alis, sementara Raka dan Rafi sudah tertawa pelan menahan geli. Doni malah masih menatapnya dengan ekspresi terpana.

Athar dari pojok belum berkata apa-apa, tapi jelas telinganya menangkap percakapan mereka.

Dan Thalia tahu… ini baru awal dari “drama panjang” antara dirinya dan geng OSIS paling terkenal di sekolah itu.

Ruang OSIS yang tadinya tenang kini terasa tegang tapi anehnya… sedikit ramai oleh energi Thalia yang tak bisa diam.

Setelah beberapa menit diinterogasi, Rafi akhirnya menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menatap Thalia dengan gaya sok serius.

“Jadi, karena lo udah merusak fasilitas sekolah…” ucapnya pelan, membuat suasana seolah mencekam. “Lo akan dihukum.”

Belum sempat Rafi melanjutkan ucapannya, Thalia langsung menjerit,

“BERSIHIN KANTIN?!”

Suaranya menggema keras sampai kaca ruangan bergetar. Semua anggota OSIS langsung terlonjak kaget.

“Eh buset, suara lo kayak toa!” seru Doni sambil mengusap telinganya.

Thalia tak menggubris, ia malah berfikir keras sambil menepuk dagu. “Kalau disuruh bersihin kantin, bisa sambil jajan, nih. Enak juga…” gumamnya lirih agar tidak didengar semua orang. Namun Thalia salah mereka mendengar emua gumamannya.

“Bukan!” potong Rafi cepat-cepat, menahan tawa.

Thalia langsung menepuk tangan. “Oh! Bersihin perpustakaan!” katanya ceria. “Lumayan, bisa tidur di antara rak buku, sambil baca novel.”kembali Thalia memikirkan ide absurdnya.

Rafi menatapnya tak percaya. “Bukan itu juga..”

“Toilet.”

Suara dingin itu datang dari pojok ruangan. Dalam sekejap, suasana langsung sunyi.

Semua menoleh ke arah Athar, ketua OSIS yang sedari tadi diam. Ia tak menatap Thalia, hanya memandangi berkas di tangannya. Tapi nada suaranya tak bisa dibantah. Tegas. Datar. dan memerintahkan.

“Nah iya, bersihin toilet,” ucap Rafi cepat-cepat, seperti menguatkan perintah bosnya.

Thalia mematung sejenak, wajahnya menegang, lalu perlahan menatap mereka dengan ekspresi memelas yang nyaris menggemaskan.“Yah… bersihin tempat lain aja, ya? Asal jangan toilet…” katanya dengan suara lembut, bibirnya manyun, pipinya sedikit menggembung.

Doni nyaris meledak tertawa, Raka menutup mulutnya menahan gemas, sementara Dion menunduk pura-pura sibuk menulis. Rafi bahkan harus berpaling agar tak terlihat tersenyum.

Tapi Athar? Tetap diam. Tatapan dinginnya tidak berubah sedikit pun, pada berkas dan laptop di tangannya.

Rafi akhirnya kembali bersuara dengan nada formal, “Itu sudah keputusan ketua OSIS, tidak bisa di ganggu gugat.”

Thalia mendengus pelan, wajahnya cemberut total. “Ih, gagal semua rencana ku…” gumamnya sambil berdiri, menepuk-nepuk roknya. “Ya udah deh. Gue bersihin toilet…”

Begitu Thalia melangkah keluar, suasana di ruang OSIS langsung meledak.

“Gila tuh cewek gemesin banget!” seru Raka setengah berbisik.

“Iya, sumpah, liat dia cemberut aja berasa pengin ngarungin, gue mau bawa ke masion.” timpal Doni spontan.

“Cantiknya natural, bro. Jarang banget ada cewek kayak gitu,” tambah Dion sambil geleng-geleng.

Suasana makin riuh, sampai suara dingin Athar kembali memotong seperti cambuk.

“Berisik....”

Hening seketika. Semua diam.

Kini Thalia melangkahkan kaki ke toilet belakang sekolah, tempat yang paling jarang dikunjungi siapa pun kecuali petugas kebersihan, kini menjadi lokasi misi “hukuman pertama” Thalia Putri Dewantara.

Gadis itu berdiri di depan pintu toilet sambil menatap kain pel dan ember di tangannya.

Ia menarik napas panjang, lalu mengangkat tangannya dan mengepal.“Baiklah, Thalia. Semangaaat!” serunya pada diri sendiri dengan senyum lebar.

Ia menurunkan ember, lalu membuka tas ranselnya mencari sesuatu yang selalu dia bawa. Dari dalam ransel, ia mengeluarkan… speaker mini berwarna pink!

“Gak asik kalau gak ada musik,” katanya santai. “Biar semangat, dan penghuni toilet ikutan joget.. "

Thalia menyalakan musik dari ponselnya dan detik berikutnya, toilet belakang MIS mendadak berubah jadi tempat konser pribadi. Lagu “Mangu (versi DJ remix)” menggema di seluruh area belakang sekolah.

Beat-nya menggetarkan lantai, sementara Thalia sudah mulai bergerak lincah.

Sambil mengepel, ia bernyanyi keras-keras, suaranya mengalun indah dan ceria.

🎵 “Cerita kita sulit dicerna, dikunyah aja mungkin bakal sama...oh cerita kita tak lagi samaaa, samain aja mungkin jodohnya” 🎵

Beberapa lirik dia ganti seenaknya. Mungkin jika ada penciptanya akan di mintai royalti.

Gagang pel di tangannya ia jadikan mikrofon.

Ia berputar, melompat kecil, lalu mengepel dengan gaya seperti sedang tampil di panggung besar.

Sesekali ia berhenti untuk menyapa penonton gaibnya..

“Terima kasih, semuanya! Jangan lupa tepuk tangannya yaa!” katanya sambil menunduk hormat.

Sayangnya, satu-satunya “penonton” saat itu adalah beberapa burung di pepohonan belakang dan seseorang yang baru saja muncul dari arah barat.

Athar.

Ketua OSIS itu awalnya hanya berniat ke toilet siswa yang letaknya tidak jauh dari situ. Tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara musik keras dan… nyanyian.

Ia berkerut kening. “Suara apa itu?” gumamnya datar.

Saat menoleh ke arah sumber suara, matanya mendapati pemandangan yang sulit dijelaskan dengan logika seorang siswi baru sedang berdansa kecil sambil mengepel, menggoyang kepala mengikuti irama DJ remix, dan menjadikan gagang pel sebagai mic seolah sedang tampil di Indonesian Idol versi toilet.

Athar berdiri di ujung lorong, memandangi pemandangan itu dengan ekspresi datar yang hampir tidak bisa didefinisikan antara heran dan… bingung.

“...Aneh,” gumamnya pelan, sebelum akhirnya memutuskan untuk berjalan menjauh. Tapi dia masih tetap bisa mendengar suara Thalia yang terbawa angin.

Sementara itu Thalia, terus bergoyang dan bernyanyi tanpa sadar ada yang mengawasinya.

Ia menatap lantai yang kini bersih berkilau.

“Wah, jago juga gue..!Nyanyi sambil ngepel sambil goyang bener-bener multi talenan...eh multi talent” katanya dengan bangga.

1
Nagisa Furukawa
Gak sabar nih nungguin kelanjutannya, update cepat ya thor!
TriZa Cancer: siap kak di tunggu ya😍
total 1 replies
🌻🍪"Galletita"🍪🌻
Nggak sabar buat lanjut ceritanya!
TriZa Cancer: makasih kak sudah mampir di tunggu ya😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!