Ara bingung karena tiba-tiba ada seorang lelaki yang mengaku impoten padanya.
"Aku harus menikah sebulan lagi tapi aku mendadak impoten!" ungkap lelaki yang bernama Zester Schweinsteiger tersebut.
"Terus hubungannya denganku apa?" tanya Ara.
"Kau harus membantu membuatnya berdiri lagi!" tuntut Zester sambil menunjuk bagian celananya yang menyembul.
"Apa kau memasukkan ular di dalam celanamu? katanya impoten!" Ara semakin bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PTI BAB 24 - Main Petak Umpet
Zester memandangi beberapa makanan yang sudah tertata di meja ruangannya, dia setia menunggu Ara sampai gadis itu sampai.
Beberapa menit kemudian yang ditunggunya datang, asisten Mike langsung mengarahkan Ara ke ruangannya.
"Kau memang selalu bertindak semaumu, ya," komentar Ara seraya mendudukkan diri.
Ara mengambil kuncir rambut dari dalam tasnya, gadis itu ingin menguncir rambutnya yang terurai.
Adegan menguncir rambut itu di mata Zester seperti adegan slowmotion, miliknya sampai bereaksi.
"Tahan... tahan..." batin Zester. Kalau sampai bangun pasti akan menyakitkan karena belum benar-benar mengering setelah sunat.
"Kau kenapa?" tanya Ara seraya mengibaskan tangannya di depan wajah Zester.
"Ehem!" Zester berdehem kemudian mengalihkan pandangannya. "Aku atasanmu jadi panggil aku dengan sopan!"
Ara mengerutkan keningnya. "Kau yang memaksaku untuk magang, kau tidak lupa, 'kan?"
"Kalau begitu panggil aku Zee, supaya lebih akrab," pinta Zester.
"Zee?" gumam Ara yang merasa nama panggilan itu lebih gampang diucapkan. "Ini bukan panggilan dari calon istrimu, 'kan?"
"Itu nama panggilan dari keluargaku, aku dipanggil seperti itu dari kecil," jelas Zester.
Ara mengangguk paham. "Baiklah kalau begitu, satu kata lebih baik. Aku merasa namamu tidak asing. Aku pernah mendengarnya tapi di mana, ya? Aku lupa!"
"Yang jelas bukan di kampungmu dan aku low profile sebelum mengambil alih perusahaan," ucap Zester seraya membuka makanan.
"Memang beda ya kalau memulai karir dari nol dengan mendapat warisan," komentar Ara.
Zester memang berbeda dari ayahnya yang benar-benar memulai dari nol jadi pak kades bisa lebih menghargai orang, sementara Zester yang hidupnya dari kecil sudah serba ada dan kurangnya pendidikan atau perhatian orang tua, akan menyepelan sesuatu.
Tapi, Ara yakin kalau Zester sebenarnya orang baik.
"Terserahmu saja mau menyebutku apa," balas Zester yang tidak mau berdebat lagi.
Percuma, dia akan kalah karena wanita selalu benar.
"Lebih baik kita makan dulu," Zester memberikan makanan yang sudah terbuka pada Ara.
Karena lapar, Ara menerima makanan itu dan tidak bicara lagi. Mereka menikmati makanan dari restoran mahal langganan Zester.
"Oh iya, pekerjaanku di bagian apa? Aku kan tidak bisa bekerja full time karena harus kuliah," ucap Ara disela makannya.
"Mike yang akan menunjukkan pekerjaanmu nanti," balas Zester.
Ara tidak bertanya lagi, dia bukan karyawan kontrak jadi tidak masalah ditempatkan dibagian mana, asal dia bisa menyesuaikan dengan jadwalnya.
Setelah selesai, Ara membersihkan meja Zester padahal lelaki itu sudah melarangnya.
"Aku akan memanggil cleaning service kemari," cegah Zester.
"Biar saja, cuma pekerjaan kecil kalau kita bisa melakukan sendiri jangan sedikit-sedikit memanggil pegawai, memang kau yang menggaji mereka tapi jangan jadi manja karena itu," Ara sempat-sempatnya berbicara panjang lebar.
"Ada saatnya nanti kau akan dalam situasi tidak bisa meminta bantuan padahal kau banyak uang," lanjutnya.
Biasanya Zester tidak akan mendengar perkataan sok bijak seperti itu tapi kalau yang berbicara Ara rasanya berbeda.
Ara berjalan ke arah tempat sampah dan pada saat itu telepon di meja kerjanya berbunyi, Zester duduk di kursinya dan mengangkat telepon itu.
"Tuan, Nona Riri datang!" lapor asisten Mike.
Pupil mata Zester membesar, dia segera berlari ke arah Ara dan membawa gadis itu bersembunyi di bawah mejanya.
"Ada apa ini?" tanya Ara bingung.
Zester membekap mulut Ara dengan tangannya supaya tidak bicara dulu.
Dan tak lama pintu ruangan Zester terbuka.
"Zee..." panggil Riri yang masuk ruangan direktur itu. "Aku pulang!"