Naila Callista albirru putri dari seorang konglomerat di kota x, naila si badgirl yang selalu berbuat ulah dan suka balapan liar, sang papa sudah lelah menegur sehingga sang papa mengusir nya dari rumah agar anaknya itu bisa berubah. Karena naila memiliki kelebihan hormon dan tubuhnya bisa mengeluarkan ASI sebelum mempunyai anak,Naila terpaksa keluar dari rumah dan memilih tinggal di panti asuhan dengan sesuatu yang ia janjikan yaitu akan menyusui para bayi dipanti tersebut asalkan dia diperbolehkan tinggal dengan gratis disana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kabar mengejutkan
"Kamu pulang hati-hati ya sayang, " ucap Samar kepada Naila.
"Kamu juga berangkat ke London nya hati-hati! " ujar Naila.
Samar sekarang bersiap hendak menjemput orang tua nya ke London, Naila akan pulang kerumah nya dia tidak mengantarkan Samar kebandara karena Samar pergi dengan pesawat pribadi bukan pesawat umum.
Sebelum sore tiba dan Samar akan pergi Samar meminta nen dulu pada Naila. Naila sebenarnya masih lelah karena terus-terusan mengeluarkan ASI tapi Naila tidak tahan dengan rengekan Samar yang seperti bayi itu.
"Untuk beberapa jam kamu tidak berbagi ASI dengan papa karena papa akan menjemput oma dan opa dulu, " ucap Samar pada Lala yang berada digendongan Naila. Lala hanya menatap Samar dengan mata bulatnya karena Lala melihat bergerakan mulut Samar membuat Lala tertawa.
"Kalau udah nyampe langsung hubungin aku yah! " pinta Naila.
"Iya sayang, " Samar mencium kening Naila dan beralih kepada Lala lalu Samar mencium pipi gembul Lala, karena tangan Lala tidak bisa diam dan terus bergerak tanpa sengaja tertampar wajah Samar.
Pak
Tidak sakit malah itu membuat Samar terkekeh, "putri papa suka banget mukul papa, " kekeh Samar.
"Habis nya papa suka minum ASI Lala. " Naila berucap seperti suara anak kecil.
"Papa minta dikit, " Samar malah ikut berakting seperti seorang ayah dan anak sedang berbicara. Lala sendiri tak berhenti nya tertawa melihat kedua orang tuanya dengan mulut yang bergerak.
"Papa minta banyak, Lala aja gak banyak kaya papa minumnya, " ucap Naila dengan kesal.
Samar tertawa kecil mendengar kalimat Naila yang agak kesal itu. Samar tau bahwa dia hampir setiap jam, menit, detik menyusu tapi mau bagaimana lagi itu membuat Samar candu seakan dia tidak bisa kalau tidak menyusu, kalau tidak menyusu dia akan sakit sama seperti kemarin.
"Papa gede jadi porsi minum papa lebih banyak dari Lala, "
"Papa udah gede seharusnya gak nyusu lagi! "
"Gak bisa, papa harus nyusu buat kelangsungan hidup papa, "
Naila yang mendengar itu mendengus kesal, kalau dia terus-terusan mengeluarkan ASI akan membuat dia kurus dan tidak terbentuk.
"Ishh kamu mahh, nanti aku kurus kalau disedot terus. " kesal Naila.
"Perbanyak makan kamu sayang, "
"Kamu mah enak aja bilang gitu, " cemberut Naila dan Samar gemes melihat itu.
Cup
Samar mencium singkat sudut bibir Naila. "Jangan cemberut sayang, nanti aku tergoda. "
"Kamu selalu saja tergoda, " ketus Naila.
"Iya tapi aku bisa tahan kok, "
"Iya, kalau gak bisa tahan habis kamu nanti sama papa. "
"Bentar lagi kita menikah dan aku akan meluapkan hasrat ku yang selama ini aku tahan baby, " bisik Samar dengan sensual dan membuat Naila meremang.
Naila mendorong pelan Samar, "apaan sih bisik-bisik. "
"Tunggu beberapa hari lagi baby, " Samar tersenyum nakal.
Wajah Naila memerah mendengar ucapan Samar.
"Udah ah aku mau pulang, " Naila keluar dari kamar Samar.
Samar terkekeh melihat wajah merah Naila. Samar mengikuti Naila yang sedang berjalan menuju lift untuk turun.
"Tunggu kejutan dariku sayang, " bisik Samar.
Naila mendongak menatap Samar, "kejutan apa? " tanya Naila. Apakah setelah nikah nanti Samar akan membuat kejutan yang besar untuknya? Atau kejutan untuk melamar dirinya.
"Liat aja nanti, aku sayang kamu. " ucap Samar lembut.
Naila tersenyum, "aku juga sayang kamu. "
Mereka kita sudah berada diluar mansion Samar, Samar menyuruh salah satu sopir nya untuk mengantar Naila pulang.
"Jagan lupa hubungin aku dan Lala jika sudah sampai London, " ucap Naila saat sudah memasuki mobil.
Samar hanya mengangguk dan tersenyum manis kearah Naila lalu melambaikan tangannya, naila membalas lambaian tangan Samar, Naila agak bingung karena tidak biasanya Samar hanya menyahut dirinya dengan anggukan.
'Kok dia aneh ya? 'Batin Naila bertanya-tanya dengan sikap Samar yang tidak seperti biasanya.
****
Keesokan paginya Naila tampak gelisah karena Samar belum menghubungi nya, seharusnya Samar sudah sampai London kan? Tapi kenapa Samar belum menghubungi nya juga, ini sudah jam 10 pagi Naila gelisah karena Samar.
"Papa belum hubungin kita sayang, " Naila mengajak Lala berbicara padahal Lala belum mengerti apa yang sedang ibu angkat nya itu bicarakan.
"Mama gelisah, apakah terjadi sesuatu dengan papa? " Naila kembali berbicara.
Tok tok tok
Pintu kamar Naila diketuk oleh seseorang. Naila yang mendengar suara ketukan pintu menyuruh orang itu masuk.
Ceklek
Pintu terbuka dan Naila melihat ayahnya, Naila bangkit dari rebahan nya dan langsung duduk.
"Ada apa pa? " tanya Naila saat melihat raut wajah ayahnya itu berbeda dari biasanya.
"Papa ada kabar tentang Samar, " beritahu Panraj.
Naila menautkan kedua alisnya,"Samar? Kenapa dengan Samar pa? "Tanya Naila dengan raut gelisah nya.
Panraj menundukkan kepalanya sejenak lalu menatap putrinya lagi dengan mata sendiri, melihat tatapan dari sang ayah membuat Naila semakin gelisah dan khawatir.
"Samar..... " Panraj menggantung ucapan nya.
"Samar kenapa pa? Jagan setengah-setengah dong bicara nya pa! "
"Dari kabar beberapa bawahan papa mengatakan bahwa pesawat yang ditumpangi Samar kehilangan jejak karena hujan tadi malam. " jelas Panraj.
Degg
Naila terdiam mendengar kabar mengejutkan ini, benarkah yang dikatakan sang ayah itu? Tapi sang ayah tau dari mana kabar itu, bawahan ayahnya? Benarkah itu? Ahhh Naila bertanya-tanya.
"Sayang kamu gak papa? " tanya Panraj yang melihat putrinya diam saja.
"Pa benarkah yang dikatakan papa? Kalau kehilangan jejak kenapa gak ada berita nya muncul? " Naila bertanya-tanya. Biasanya kan kalau ada berita tentang kecelakaan pesawat pasti disiarkan di televisi atau di situs web tapi Naila tidak ada mendengar atau melihat berita tentang kecelakaan pesawat.
"Karena Samar pergi tanpa sepengetahuan media dan dia juga pergi menggunakan pesawat pribadi jadi media tidak tau. " jelas Panraj.
"Tapi papa dapat kabar ini?" heran Naila.
"Papa ditelpon oleh orang tua Samar sayang, "
Naila diam dia semakin khawatir pada Samar.
"Jangan bohong pa, " lirih Naila.
Panraj yang melihat wajah anaknya yang khawatir pada Samar jadi tidak tega tapi mau bagaimana lagi? Pikir Panraj. Panraj memeluk Naila untuk menguatkan anaknya itu.
"Samar pasti baik-baik aja kan pa? " Naila menangis dalam dekapan sang ayah.
"Kita berdo'a saja semoga Samar tidak apa-apa, "
"Pa hubungin Samar hikss, " isak Naila.
"Kamu yang kuat sayang, Samar pasti baik-baik saja. " Panraj benar-benar tidak tega pada anaknya itu.
"Pa Samar janji mau nikahin Naila dan memberikan kejutan untuk Naila, Naila mau Samar pa, " Naila benar-benar hancur jika Samar pergi meninggalkan nya, Samar udah janji buat nikahin Naila jadi Samar gak boleh pergi sebelum mereka menikah dan mempunyai banyak anak.
Panraj hanya bisa mengusap punggung anaknya untuk menguatkan, hampir setengah jam Naila menangis dan Panraj tidak ada lagi mendengar isakan dari anaknya itu, Panraj pun melihat Naila yang sudah memejamkan matanya.
"Sayang? " panggil Panraj untuk membangunkan anaknya, Panraj hanya mengira Naila sedang tidur tapi dia sudah mencoba membangunkan Naila tapi Naila tidak bangun-bangun.
"Sayang bangun, sepertinya Naila pingsan! " monolog Panraj.
Naila pingsan? Panraj menggoyang-goyangkan tubuh Naila tapi Naila tidak bergerak sama sekali. Panraj langsung menggendong sang anak dan merebahkan Naila dikasur lalu Panraj menelpon dokter pribadi keluarga Albirru.