Steffani, Harus menelan hal pahit saat dia di jebak oleh Kakak tirinya sendiri, Dengan memberikan nya kepada Tiga pria teman Kakak tirinya ini...
"Doni, Rian, Yuda.. Cepat kalian nikmati wanita ini, sampai tak tersisa!" perintah Sean Kepada Tiga Pria, teman nya itu, Sean tersenyum miring pada Fani
Mata Steffani membulat sempurna, Fani cepat menggeleng "Tidak Kak, jangan Ku-mohon , Kak Ja-jangan!" memohon pada Sean.
"Kak, Sean, Apa salahku?" lirih Steffani dengan menangis terisak
"Kau tanya apa salahmu? Salah mu itu karena kau, menolak ku!" jawab tegas Sean Kakak tiri Steffani, Yang telah menjadi kakaknya Satu Tahun ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aaswidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengendap masuk
Sean merasa kesal karena dia seperti di anggap payah juga, di anggap tak penting oleh Fani, juga dirinya kesal pada dirinya sendiri, yang memang tak tahu dengan teman-teman nya Fani..
''Fani, memang aku tidak tahu dengan teman temanmu yang lain, tapi, sebagai kakak mu sekarang . Aku merasa aku punya kewajiban untuk melindunginya mu, jadi aku harus tahu siapa saja yang akan jalan denganmu'' ujar Sean
'Kenapa seperti ini' batin Fani
''Tapi kakak ini hanya kakak tiri ku, dan maaf kak, kalau aku mau jalan dengan siapapun tolong jangan ikut campur, karena ini privasi hidupku'' tegas Fani berharap Sean mengerti.
Namun, bukannya mengerti, Sean malah mengerang marah. rahangnya mengeras menahan amarah yang tiba-tiba muncul.
Fani pun nampak shock juga takut, apa ... dia mengatakan kesalahan.
''Kau berani berbicara seperti itu kepadaku'' teriak Sean, Sean mendorong kedua bahu Fani hingga punggung nya membentur tembok
''Awh..'' Fani meringis juga kaget
''Hei Fani, kau dengarkan ini, banyak di luar sana, wanita-wanita yang mengejar-ngejar ku! Bahkan banyak yang ingin menjadi kekasihku, tapi kau, kau menyuruhku jangan ikut campur heh? sungguh kau wanita bo-doh'' pekik Sean di akhir kalimat.
Fani hanya bisa menutup kedua matanya. ''Berani sekali kau melarang ku untuk tak mencampuri urusan mu, orang tua kita sudah menikah, itu artinya kita ini keluarga, sebagai keluarga dan yang tertua dari mu. Sudah sepantasnya aku melindungi mu.'' jelas Sean. tepat di depan wajah Fani.
''Ma-maaf kalau perkataan ku, menyinggung mu, hanya kak, aku tidak mau kau melarang Seperti tadi, Karena sebelum kau mengenalku aku sudah sering jaian kemanapun, dan lihat, tak ada yang terjadi sesuatu padaku kan.'' ujar Fani
''Jadi kau merasa keberatan, bila aku melarang mu?'' dengan tatapan mengintimidasi.
Sean merasa Fani ini seperti menantangnya..
''Bukan begitu , ya maaf aku yang salah '' sebaiknya Fani mengalah dan mengakhiri perdebatan ini Fani tak ingin berlanjut.
''Lain kali, jangan menghindari ku'' ucap Sean tegas
Fani hanya mampu mengangguk setuju.
Sean mengusap kepala Fani dan bergegas berlalu pergi setelah itu.
'Kenapa jadi posesif?' gumam hatinya.
*
''Fan, kau wangi sekali'' bisik Sean.
Fani yang sedang tidur itu pun merasa terganggu dengan bisikan juga pergerakan tangan seseorang.
'Euuhhh' Fani melenguh..
Perlahan Fani mencoba membuka mata yang terasa berat ini.
Begitu membuka mata, dan melihat jelas mata Fani terbelalak lebar ia melihat tangan seseorang melingkar di atas perutnya.
''Aaaaaahk'' Fani berteriak kencang
Happ
''Diamlah!'' seseorang itu membekapnya hingga suara teriakannya tadi menghilang.
Mata Fani mengarah langsung pada orang itu ia semakin terkejut saja, karena itu adalah Sean. Sedang apa di kamarnya. Bukankah, tadi ia sudah menguncinya?.
Fani menyingkirkan tangan Sean yang masih membekap mulutnya. ''K-kak, ke-kenapa disini?'' Fani tergagap
''Aku lagi sakit Fan..'' jawab Sean datar Tanpa dosa.
''Sakit?'' ulang Fani, sedikit tak percaya. bukankah sore tadi pria ini baik-baik saja. Lalu kalau sakit kenapa berada di kamarnya, juga kenapa bisa, pria ini masuk ke kamarnya yang jelas tadi ia kunci. Ah sungguh Fani merasa pusing tak mengerti memikirkan hal ini.
''Karena Fan, kalau kakak sakit, kakak suka butuh di temani tidur, ya seperti ini'' jawab Sean sangat tak masuk akal. bukan apa-apa dia nya itu kan sudah besar, pikir Fani lagi.
''Tapi tolong kak, menyingkir lah dan jangan seperti ini'' pinta Fani ingin menyingkirkan badan dan tangan Sean.
''Please Fani, biarkan seperti ini beberapa saat, agar nanti sakit Kakak hilang''
''Memang, kamu sakit apa kak?'' tanya Fani penasaran
''Itu , anu Fan, punya kakak sedang sakit'' jawab Sean
'Itu? itu apa?' jelas Fani yang lugu tidak tahu maksud arti yang Sean ucapkan.
''Fan, kok diam''
''Hah eng, gak .''
''Fani , kakak boleh minta tolong?'' ucap Sean.
''Ya? Tapi tolong jangan seperti ini, kita bisa bicara sambil duduk!'' kembali pinta Fani ia merasa sangat risih dan takut.
''Sudah begini saja'' kekeh Sean malah semakin mengeratkan pelukannya.
''Tubuhmu wangi sekali adik ku.'' bisik Sean lagi membuat bulu kuduk Fani meremang berdiri.
''Kak, lepaskan!'' sentak Fani.
''Diamlah! dan menurut!''
''Tidak, ini salah.!''
''Tidak ada yang salah!''
''Salah kak, kita bukan muhrim, tolong pergilah, aku takut pak Yoga mendengar dan tahu''
''Papi gak akan tahu, asal kau diam'' bisik Sean
Fani mau bangun, kembali di tahan Sean.
Fani berbaring dan segera di tindih Sean di atasnya dalam gelapnya malam, juga remang-remang cahaya di kamar itu, Memang kebiasaan Fani kalau tidur suka mematikan lampunya
Sehingga hanya kegelapan yang lebih dominan..
Mata Kedua insan itu saling menatap mengunci satu sama lain.
Kenapa, sekarang rasanya Fani merasa terbuai dengan wajah tampan Sean.
Ah, Fani sadarlah, dan segera usir dia dari kamar mu, jangan tergoda'
Tapi tubuhnya berkata lain.
''Fan, apa kau menyukai ku?'' tanya Sean setengah berbisik
''A-apa?'' Fani terkejut dengan pertanyaan Sean
''Ya, coba katakan apa kau menyukai ku?'' Sean mengulangi pertanyaannya.
Fani menggeleng
''Apa itu? kau tak menyukaiku?''
Fani mengangguk
''Kenapa?'' Sean nampak marah
''Karena kita saudara, tapi aku sayang padamu karena kau kakak ku.'' jelas Fani
''Tapi kita tak sedarah Fan.''
''Kak, tolong menyingkir lah, sepertinya kau mabuk''
''Ya, Fani, aku mabuk. mabuk cinta kepadamu hahaha..''
Matanya Fani semakin membulat tak percaya.. Ada apa dengan pria ini, kenapa bicara melantur..
Beberapa saat yang lalu.
Setelah keluar dari kamar Fani di Sore hari itu, malamnya Seperti biasa, Sean dan kawan-kawan pergi ke club. Namun kali ini Sean tak bisa main karena fokusnya terbagi dua, Sean hanya bisa minum-minum saja tanpa melakukan penyatuan Seperti biasa.
''Se, gak main Lo? tanya Doni yang sudah selesai pelepasan berkali-kali.
''Gak, malas!'' jawab Sean singkat
''Ckkk kenapa dengan Lo?'' tanya Rian kali ini.
''Gak ada, gue Ok ok aja kok'' sahut Sean merasa biasa.
''Tapi gue lihat Lo aneh Se, Lo seperti sudah tak bersemangat Bro'' ucap Yuda
''Ah itu perasaan kalian saja, gue masih normal kok tenang!'' kekeh Sean.
''Yaudah sini main lah''
''Bosan gue''
''Helehh bosen Katanya?''
serempak semua menertawakan Sean..
''Gue Seruis Bro, gue bosan sama yang gitu-gitu mulu gue mau yang sepet'' celetuk Sean
''Yaelahh masih mau dan penasaran ternyata, hahaaa''
Dan rupanya, di club' Tersebut sedang tidak ada yang Sean cari dan inginkan, Sean pun memutuskan pulang duluan, juga mumpung ia tak terlalu mabuk parah.
Saat memasuki rumah, keadaan sudah sepi amat sangat sepi, Karena hari memang sangat pantas untuk tidur panjang untuk merehatkan tubuh lelah manusia yang siang nya melakukan aktivitas berat..
Sean berjalan mengendap-endap masuk, karena begini pun Sean tak mau ketahuan sang Papi, bisa-bisa nanti murka..
Sean merogoh saku celananya berniat mengambil ponselnya, tapi Sean merasa ia seperti memegang sesuatu Seperti kunci, lalu setelah di ingat kunci apa itu, bibir Sean terangkat ke atas ia tersenyum lebar..
Hingga akhirnya sekarang Dia di sini..Masuk mengendap dan mengunci pintu lagi jangan lupa..
kasiian ade kamu thu