NovelToon NovelToon
Pesona Istri Titipan

Pesona Istri Titipan

Status: tamat
Genre:Tamat / Hamil di luar nikah / Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:382.3k
Nilai: 4.8
Nama Author: Wiji

"Shaka! Nimas sedang hamil anakku. Tolong nikahi dia, jaga dia seperti kau jaga orang yang kau cintai. Ada darahku yang mengalir di janin yang sedang di kandung. Terima kasih."

Itu adalah amanah terakhir dari Bryan, Kakak dari Shaka. Sejak saat itu Shaka benar-benar menjalankan amanah dari sang Kakak meskipun ia sendiri sudah memiliki kekasih yang ia pacari selama dua tahun.

Tidak mudah bagi Shaka saat sedang menjalani apa yang sudah di amanahkan oleh Bryan. Berbagai tentangan dari sang kekasih dan juga kedua orang tuanya tak bisa ia hindari.

Mampukah Shaka menjalani bahtera rumah tangga dengan wanita yang bahkan belum ia kenal? Sampai kapan Shaka kuat menjalankan amanah yang di limpahkan padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Makan Malam

Nimas dan Shaka mengantar Pak Ridwan dan Bu Rahma hingga teras. Kedua orang tua itu diantar oleh supir pribadi Shaka. Wajah sedih Nimas masih terlihat. Mungkin saja wanita itu ingin lebih lama dengan orang tuanya, tapi karena memang kenyataan yang baru saja mereka terima membuat kecewa, sehingga kedua orang tua itu memutuskan untuk pulang lebih awal saja.

"Mas."

"Iya, ada apa?"

"Aku di udah di chat sama Mama. Dia nanya kapan kita pulang ke sana?"

"Kamu udah yakin sama keputusan kamu? Ini bukan hal yang sepele buat aku."

Bagi Nimas pun sama, ini bukan hal yang mudah baginya. Pernah disambut tidak baik oleh keduanya membuat ia sedikit truma. Tapi apakah tidak terlalu egois jika ia mementingkan dirinya sendiri? Sedangkan ada orang tua yang sedang merindukan anaknya untuk pulang.

"Aku yakin, Mas. Nanti aku akan bilang sama kamu kalau aku ada nggak nyamannya."

"Ya udah kalau gitu, kamu maunya kapan?"

"Nanti malam juga bisa, lebih cepat lebih baik. Mereka nggak biasa jauh sama kamu, kan?"

Shaka sebenarnya tak yakin jika harus tinggal serumah dengan orang tuanya sendiri. Mengingat pertentangan yang ia terima membuat dirinya merasa tak enak jika harus meninggalkan Nimas bersama mereka.

Namun, dari kemarin wanita itu tak henti-hentinya merengek dan membujuknya untuk menuruti dirinya.

***

Pukul tujuh malam, Shaka dan Nimas sampai di rumah inti keluarga Narendra. Nampak kedua orang tua Shaka yang sudah menunggu mereka di teras.

"Akhirnya, kalian pulang juga. Mama udah tunggu dari tadi. Langsung makan, ya. Mama udah lapar."

Nimas membalas sambutan itu dengan senyuman manisnya, hanya itu yang bisa ia berikan karena memang masih canggung dengan Ibu mertuanya sendiri.

Sementara Shaka hanya menatap datar kedua orang tua yang sangat terlihat bahwa mereka memaksakan diri untuk bersikap baik. Shaka tidak percaya dengan perubahan ibunya yang begitu sangat cepat. Ia khawatir jika ada rencana yang terselubung di balik kebaikannya.

Bukannya bermaksud untuk berprasangka buruk pada kedua orang tuanya sendiri. Tapi melihat kejadian kemarin mengenai orang tua Nimas yang tahu kondisi anaknya, tentu saja hal itu membuat Shaka berpikir bahwa kedua orang tuanya yang memberi tahu.

Mereka sampai di meja makan, banyak makanan yang tersedia di meja. Ada berbagai lauk pauk dan sayuran di sana.

"Mau makan yang mana, Mas?" tanya Nimas yang bermaksud ingin mengambil makanan untuk suaminya.

"Aku mau...."

"Selamat malam, Om, Tante. Maaf aku terlambat. Oh ada pengantin baru rupanya di sini." Raisa datang entah siapa yang mengundang. Nampak ia membawakan sesuatu untuk Bu Marissa entah apa.

Bu Marissa memang sudah akrab dengan Raisa. Sejak awal menjalin hubungan, Shaka sudah terbuka dengan orang tuanya mengenai Raisa.

"Duduklah, kamu nggak terlalu terlambat. Kita baru saja akan memulai makan malamnya."

Shaka nampak menghela nafas panjang. Baru saja menginjakkan kaki di rumah, ia sudah disuguhi pemandangan seperti ini. Untuk apa ia datang ke rumah jika belum apa-apa tidak ada yang menghargai dirinya dan juga Nimas.

"Nimas, ambilkan aku makan!" titah Shaka menatap meja di hadapannya.

"Kamu mau makan apa?"

"Kamu nggak tahu makanan kesukaan suami kamu apa? Ish, payah! Shaka biar aku yang ambilkan, ya."

"Tidak. Sayang, apapun yang kamu ambil akan aku makan. Ambilkan makanan untukku." Shaka tidak menghiraukan ucapan Raisa.

Raisa berdecak kesal. Bisa-bisanya Shaka tidak menghiraukan ucapannya dan memanggil Nimas dengan sebutan yang biasa ia dengar untuknya.

Nimas tentu saja terkejut dengan panggilan sayang untuknya. Dengan tangan sedikit gemetar serta perasaan yang tak enak hati pada Raisa ia mengambil makanan yang tersedia di meja.

Begitu banyak makanan, Nimas bingung hendak mengambil yang mana. Ia tak tahu makanan kesukaan Shaka, ia juga tak tahu makanan apa yang membuat suaminya itu gatal atau alergi. Ia takut jika salah ambil.

Dengan mengucap bismillah, Nimas mengambil berbagai macam ikan dan sayuran hijau. Raisa tersenyum miring saat Nimas mengambil sayuran kangkung itu.

"Katakan jika ada yang kurang."

"Sudah cukup," jawab Shaka yang mulai berkeringat dingin.

Ya, pria itu takut terhadap sayuran. Pernah di waktu kecil ia memetik sayuran di kebun nenek kakeknya dan ia dengan jelas melihat ulat di daun sayuran tersebut. Semenjak saat itu ia takut terhadap sayuran apapun yang berwarna hijau. Ia akan berkeringat dingin atau sedikit gemetar ketika melihat sayuran. Sebenarnya yang membuat dirinya takut adalah ulat, namun karena pernah melihat ulat di daun, ia menjadi berpikir bahwa semua sayuran berwarna hijau akan dihinggapi ulat.

"Ayo makan, Shaka! Katanya kamu akan memakan apapun yang diambilkan oleh istrimu," tantang Raisa.

Ucapan Raisa tentu saja membuat Nimas mengarahkan pandangan pada suaminya. Apakah ada yang salah dalam mengambil makanan untuknya? Kening Nimas mengkerut begitu melihat Shaka yang wajahnya tiba-tiba penuh dengan keringat.

"Mas, kamu sakit? Ada apa?"

"Nggak, aku baik-baik saja, kok. Ayo kita makan biar kita bisa segera ke kamar," ajak Shaka pada Nimas. Ia berusaha untuk tidak menghiraukan rasa takutnya dan segera makan.

Bu Marissa hanya saling tatap dalam diam dengan Raisa. Mereka heran bagaimana bisa Shaka melawan rasa takutnya pada sayuran kangkung yang sengaja Bu Marissa request untuk tersaji di meja makan.

Sementara yang di tatap sebenarnya sedang berusaha sekuat tenaga untuk menutupi tremornya dan berusaha memasukkan paksa sayuran tersebut.

"Shaka, jangan dipaksa jika kamu tidak bisa makan!" ujar Bu Marissa.

"Kenapa aku harus berhenti makan? Aku bisa makan ini semua."

Kenapa Mama bicara begitu? Makanan apa yang tidak bisa dimakan Shaka? Ya Tuhan, aku benar-benar salah mengambil makanan untuknya?

Tatapan sebal Shaka lempar pada ibunya. Ia tahu beliau melakukan ini pasti untuk menjatuhkan Nimas. Seumur hidup Shaka, tidak pernah ia melihat sayuran berwarna hijau di meja makan sebelum ini.

"Sayang, aku tunggu di kamar, ya. Kamu jangan lama-lama makannya."

Shaka sengaja membuat Raisa panas dengan berucap mesra pada Nimas. Tak lupa ia memberikan usapan di puncak kepala wanita kecilnya itu. Ia tahu apa yang ia lakukan ini akan membuat Raisa kesal dan cemburu.

Shaka kesal, karena Raisa terlalu berani bicara tidak sopan pada istrinya.

"Iya, ini tinggal sedikit. Aku akan segera menyusul," ujar Nimas yang tiba-tiba gugup.

Raisa menatap punggung Shaka dan Nimas yang masih mengunyah makanannya.

"Kamu jangan sok merasa menang Nimas, dia melakukan itu hanya ingin membuat aku cemburu. Dia menguji apakah cintaku masih ada untuknya atau tidak. Karena aku yakin cinta dia masih ada buat aku dan itu masih besar."

"Aku nggak pernah merasa menang atas siapapun, Raisa. Kenapa kamu sangat khawatir? Aku tidak masalah jika kalian bersama lagi. Itupun kalau Shaka mau. Permisi, ya Ma, Pa. Aku izin ke kamar dulu. Selamat malam dan selamat istirahat."

Nimas meninggalkan meja makan setelah itu dan beranjak ke lantai atas di mana kamar suaminya berada di sana.

Saat mendekati pintu kamar, terdengar suara Shaka yang sedang muntah. Suaranya terdengar sangat jelas di telinganya, menandakan bahwa muntahnya seakan begitu parah.

"Astaga, Mas kamu kenapa?"

Shaka berjalan keluar kamar mandi dan duduk di tepian ranjang. Menenggak setengah gelas air yang diberikan oleh Nimas. Wajahnya pucat dan nafasnya sedikit tersengal-sengal.

1
Ratih Hermansyah
part ini mengandung bawang/Sob/sedih jg jadi bryan
Ahmad Nashrullah
aneh,,,,,berzina,,,,meninggalkan aib n anak tak bernadab ke dirinya mo metong malah meninggalkan wasiat g genah,,,,,anehhhh
Yani Mulyani
Biasa
Ogi Ngatama
baik
Marlina Pardede
p
Erlinda
nimas ini super super goblo..hadeeeh sorry Thor aq stop sampai disini
Erlinda
yg aq ga ngerti kenapa author nya selalu menciptakan sosok wanita bodoh dan lemah disiksa dan dilecehkan jujur aq yg sudah ratusan membaca novel online ini baru 7 novel yg luar biasa karakter cewek nya.ga lebay ga bodoh .ini seperti sinetron ku menangis deh
Erlinda
ya Allah dasar mertua iblis semoga kau mati ditabrak mobil sampai hancur berkeping keping..
Erlinda
si nimas ini kenapa sih kok keras kepala banget ga nurut kata suami .lama lama benci jg aq dgn sikap nimas yg bodoh bin tolol ini
Erlinda
hei pak Malik itu adalah calon cucumu darah daging Bryan ..jadi orang kok seperti ga punya hati..ntar klo cucumu udah lahir dan besar jgn kau akui dia cucumu .seperti kebanyakan novel
Sri Sunarti
,lanjut
Dafila Nurul
bagus ceritanya tp banyak typo nya.
ayu irfan
Bu Marisa tega, pdhal ke cucu sendiri lo😢
ayu irfan
Shaka, kamu langka.
Susi Andriani
cintanya saka bikin aku baper😃😃😃
Susi Andriani
semangat mas saka💪💪💪
Susi Andriani
owalah ibu ibu jadi ibu itu ya mbok jangan jahat
Susi Andriani
mau aja aku mencekik ibunya saka
fifid dwi ariani
trus ceria
fifid dwi ariani
trus sehar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!