Kisah Anisa Di Sekolah

"Yah seperti yang ibu dan bapak lihat sekarang. Saya akan berusaha membuat dia semakin di siplin." ucap Pak Dika.

"Kami sangat senang bapak bisa membuat Anisa lebih di siplin seperti ini."

Dika tersenyum. "Tapi kenapa akhir-akhir ini bapak lebih sering memakai mobil Anisa dan juga lebih sering datang bersama dia?" tanya guru paling muda.

Namun Dika tidak menjawab nya.

Semua orang langsung diam ketika Dika tidak menjawab pertanyaan guru yang lebih muda itu.

"Oh iya kami ada pesan dari orang tua Anisa untuk bapak." ucap Bu Lilis. Dika mengambil nya.

"Wahh ini sangat menarik." ucap Dika.

Setelah selesai sekolah Dika menunggu Anisa di parkiran. Tapi sudah lama menunggu Anisa tak kunjung keluar dari dalam kelas nya.

Setelah beberapa lama akhirnya dia pun keluar tapi dia tidak sendirian melainkan dia keluar dengan Arya.

Mereka terlihat sangat dekat sekali.

"Pak, hari ini aku ada acara dengan Arya ada acara di luar.. Bapak pulang saja duluan." ucap Anisa. "Kamu harus pulang dengan saya karena orang tua kamu sudah menunggu di rumah." ucap Dika.

"Dari mana bapak tau?" tanya Anisa.

Dika menunjuk kan handphone Anisa yang ada ternyata pada Dika.

Anisa menghela nafas panjang. "Lain kali saja yah Arya, aku gak bisa sekarang." ucap Anisa.

"Ya sudah tidak apa-apa." ucap Arya. "Sampai jumpa besok yah." ucap Anisa sambil tersenyum ramah.

Dika yang melihat betapa ramah nya Anisa kepada Arya membuat nya langsung cemberut.

"Ayo cepat naik, sudah mau hujan." ucap Dika. Anisa langsung naik ke mobil. Selama perjalanan Dika di cuekin oleh Anisa dia fokus kepada handphone nya membalas pesan dari Arya.

Tidak beberapa lama akhirnya sampai juga di rumah.

"Mamah.." Anisa menyalim tangan mamah nya.

"Aku langsung ke kamar yah mah." ucap Anisa. Mamah nya menganguk.

Dika mau menahan Anisa namun Anisa langsung pergi.

"Akhir-akhir ini saya sering melihat kamu datang ke sini. Jarang-jarang sekali Guru bisa Akrab dengan murid nya seperti ini." ucap Bu Lala.

Dika tersenyum.

"Saya tidak pernah tau nilai anak saya di sekolah. Kalau boleh tau kelakuan dan nilai anak saya bagaimana?" tanya Bu Lala.

"Sebaiknya Ibu datang ke sekolah untuk memeriksa nya." ucap Dika. "Saya tidak memiliki waktu untuk datang ke sekolah." ucap Bu Lala.

"Kalau begitu ibu tidak akan tau bagaimana Anisa." ucap Dika. Dika sudah terlanjur kesal kepada Anisa yang mengabaikan dia dan dekat dengan Arya.

"Tapi saya besok tidak ada jadwal yang terlalu penting, saya akan datang ke sekolah Anisa besok." ucap Bu Lala. Dika menganguk.

"Saya tidak bisa lama-lama di sini, saya harus segera pulang." ucap Dika. "Tunggu dulu Pak." ucap Bu Lala.

"Kenapa lagi Bu?" tanya Dika.

"Kenapa saya berfirasat anak saya tidak baik di sekolah? Karena akhir-akhir ini Bapak sering mengikuti dan mengatur dia sampai dia terlihat sangat kesal." ucap Bu Lala.

"Besok ibu akan tau semua nya." ucap Dika.

"Baiklah kalau begitu." ucap Bu Lala. Dika mohon diri untuk pamit meninggalkan rumah itu tidak Lupa juga dia memberikan kunci mobil Candra kepada Bu Lala.

Tidak beberapa lama Dika di jemput oleh mobil mewah. Bu Lala yang melihat itu kaget.

"Siapa yang menjemput Pak Dika? Apa itu Taksi online? Tapi tidak mungkin karena itu adalah mobil mahal." batin Bu Lala.

"Pak Dika sangat Tampan sekali, sangat jarang ada guru muda yang sangat tampan seperti dia." ucap Bu Lala.

Di malam hari nya Saat sedang asyik Chatan dengan Arya tiba-tiba ada notifikasi masuk ke handphone Anisa dari nomor baru.

"Ini sudah malam, waktu nya tidur!" isi pesan dari nomor baru.

Anisa langsung duduk Memeriksa pesan itu dari siapa.

"Pak Dika! Dari mana dia mendapatkan nomor ku?" ucap Anisa kaget, tiba-tiba Dika menelpon nya.

"Halo.." jawab Anisa. "Ini saya Dika." ucap Dika di Balik telepon. "Aku tau, dari mana bapak mendapatkan nomor ku?" tanya Anisa langsung.

"Apa kamu lupa kalau handphone kamu tadi siang pada saya?" ucap Dika.

"Aaarrrhh!!! bapak tau ini melanggar privasi, bapak tidak boleh mengambil nomor orang sembarangan seperti ini!" ucap Anisa. Dika menghela nafas panjang.

"Ini sudah malam, kamu harus tidur." ucap Dika.

"Bodo amat! Aku belum mau tidur!" ucap Anisa.

"Kalau kamu tidak mau tidur saya akan datang ke rumah kamu!" ucap Dika. "Saya tidak takut, tidak mungkin sudah malam seperti ini bapak ada di sini." ucap Anisa.

"Kalau begitu bukan jendela kamar kamu." ucap Dika, Anisa membuka nya dia sangat terkejut ternyata Dika sudah di halaman rumah nya sambil bersandar ke Motor Vespa nya.

"Bapak ngapain ke sini malam-malam? Bagaimana kalau mamah melihat?" tanya Anisa.

"Biar saja mamah kamu melihat.. Agar dia tau kalau kamu belum tidur." ucap Dika. Anisa menghela nafas panjang.

"Mau Bapak apa Sih?" ucap Anisa.

"Cukup mudah. Kamu turun ke sini." ucap Dika. "Tapi ini sudah malam pak!" ucap Anisa.

"Kalau kamu tidak mau, saya akan terus di sini sampai Mamah kamu melihat, sekalian tetangga kamu." ucap Dika.

"Dasar guru tua yang sangat menyebalkan." ucap Anisa.

"Kamu mengatai saya?" tanya Dika.

"Baiklah-baiklah aku akan turun." ucap Dika, dia turun ke bawah diam-diam agar mamah nya tidak melihat.

"Ini untuk kamu." ucap Dika memberikan kotak yang berukuran lumayan besar yang di ikat di tempat duduk belakang nya.

"Apa ini?" tanya Anisa. *Dari Candra untuk kamu." ucap Dika. "Kenapa melalui bapak? Kenapa tidak langsung kepada ku saja? dan kenapa juga dia tidak membalas semua pesan ku?" tanya Anisa.

"Kamu akan menemukan jawaban nya di kotak itu." ucap Dika, Anisa menghela nafas panjang. "Kalau begitu aku akan masuk, Bapak pergi saja!" ucap Anisa.

"Tunggu dulu. Ini untuk kamu." ucap Dika memberikan Martabak.

"Aku tidak suka Martabak." ucap Anisa.

"Kamu harus suka karena saya suka Martabak ini." ucap Dika.

Anisa Menggeleng kan kepala nya. "Tidak ada kah makanan yang lebih enak? Kalau tidak mampu membeli nya Bapak tidak perlu membawa apapun untuk aku." ucap Anisa.

Dika mendengar itu menghela nafas panjang. Tiba-tiba Anisa menutup mulutnya karena sebelumnya dia sudah janji tidak akan berbicara seperti itu lagi.

Melihat wajah Dika yang lesu membuat nya merasa bersalah.

"Baiklah-baiklah, aku Akan membawa nya masuk ke dalam." ucap Anisa. Dia mengambil martabak itu dan langsung masuk ke dalam rumah Tampa mengucapkan terimakasih kepada Dika.

Dika menghela nafas panjang. "Bagaimana lagi saya harus mengajari kamu untuk berbicara dengan Sopan, baik dan bisa menghargai orang lain." batin Dika.