Helen terkejut bukan main, ketika pria asing masuk ke kamar hotelnya. Dia sedang tidak dalam keadaan sadar, entah apa yang diberikan oleh Nicklas Bernando suaminya padanya.
"Kamu dan suamimu ingin seorang anak kan? aku akan membantumu!" ujar pria itu dengan tatapan mengerikan.
Bak sambaran petir di siang hari, Helen tidak menyangka, kalau suaminya akan berbuat seperti ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Nicklas Panik, tapi bukan karena Perduli
Sudah satu jam tim penyelamat mencari keberadaan Helen. Tapi tak kunjung menemukan keberadaan wanita itu. Tidak ada jejak sama sekali.
Sementara Nicklas juga tidak berani meninggalkan tempat itu. Meski Moza terus menerus mengatakan dia ketakutan dan ingin kembali ke dermaga.
"Sayang..." rengek Moza.
"Moza, dengar! selama di tempat ini. Helen adalah tanggung jawabku, bagaimana mungkin kita kembali tanpa Helen?" sela Nicklas yang terlihat panik.
Orang tuanya sudah mengatakan, jika terjadi sesuatu pada Helen. Dan itu karena kelalaian Nicklas, Orang tua Nicklas benar-benar akan mencoret pria itu dari kartu keluarga. Apalagi, jika orang tua Nicklas tahu, kalau hal Helen bisa jatuh ke air. Karena Nicklas tengah sibuk dengan Moza.
Moza mendengus kesal. Tapi dia juga tidak bisa memaksa lagi, bisa-bisa Nicklas curiga padanya.
"Tuan, kami sudah menyisir sejauh 2 kilometer dari tempat ini. Kami tidak bisa menemukan nyonya Helen. Jarak lebih jauh, kedalamannya juga lebih dan berbahaya, kamu akan mengambil peralatan dari kantor pusat, butuh waktu satu jam, jika tuan ingin cepat, bisa menyewa helikopter..."
"Lakukan! lakukan saja!" sela Nicklas panik.
Moza makin mendengus kesal. Menyewa sebuah helikopter, pastinya membutuhkan biaya yang sangat mahal. Dia benar-benar tidak rela Nicklas menghamburkan uangnya untuk wanita itu.
Sementara Nicklas, di pikiran pria itu hanya bagaimana cara menemukan Helen. Hal itu bukan karena simpati atau perduli pada Helen. Nicklas sedang memikirkan dirinya sendiri. Tidak akan baik baginya juga kalau Helen sampai celaka.
"Baiklah, kami akan mengurus semuanya. Tuan tolong ikut saya ke kapal, untuk tanda tangan persetujuan..."
"Aku ikut!" sela Nicklas lagi.
Tangan Moza terkepal. Dia sungguh tidak mengira kalau sudah tenggelam saja masih harus menyusahkan seperti ini.
'Orangnya sudah tenggelam, pasti sudah dimakan ikan hiu. Kenapa repot-repot mengeluarkan banyak uang begini sih?' batinnya sambil mengikuti Nicklas menuju kapal tim penyelamat.
Sementara itu, di sebuah rumah klinik. Setelah satu setengah jam pingsan, akhirnya Helen membuka matanya perlahan.
Suara mesin ekg membuatnya menoleh ke arah kanan. Dan dia melihat Dre di sana.
"Dre..."
"Kamu sudah sadar? bagaimana perasaanmu? apa ada yang sakit?" tanya pria itu dengan khawatir.
Dan memang, sejak mengetahui kalau kondisi Helen nyaris mengalami hipotermia, Dre memang sangat tidak tenang. Dia bahkan selalu berada di sisi Helen selama satu setengah jam tanpa meninggalkannya sama sekali.
Helen tersenyum.
"Aku pikir aku tidak akan selamat..."
Dre segera meraih tangan Helen.
"Jangan bicara seperti itu!" ucapnya sambil menggenggam tangan Helen dengan begitu erat.
Helen kembali tersenyum lirih.
"Aku tidak bisa berenang" aku Helen.
"Saat kamu pulih, aku akan mengajarimu berenang. Jangan sampai terjadi hal seperti ini lagi!"
Melihat Dre yang sangat serius dan terlihat begitu khawatir, Helen kembali tersenyum. Namun kali ini bukan sebuah senyum lirih. Tapi senyuman yang di perlihatkan seseorang yang merasa cukup senang, ada yang perhatian padanya.
"Kamu sangat perduli padaku? padahal kalau di pikir-pikir, aku bukan siapa-siapa!"
"Siapa bilang kamu bukan siapa-siapa?"
Helen menatap bingung ke arah Dre.
"Kamu... kamu memeliharaku kan? kamu tidak boleh kenapa-kenapa. Jika tidak, siapa yang akan menafkahiku uang sebanyak 100 juta sebulan?"
Helen terkekeh pelan.
'Padahal aku minta pada Nicklas 500 juta, apa aku sudah keterlaluan pada Dre? dia bahkan mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkanku, atau aku berikan saja semuanya? tapi tidak, aku juga harus memikirkan bunda Shafa dan anak-anak. Setidaknya saat Nicklas membuangku nanti, aku punya simpanan untuk panti dan anak-anak'
"Kamu memikirkan apa? apa ada yang kamu ingin makan?" tanya Dre lagi masih dengan menggenggam tangan Helen.
"Tidak, aku tidak ingin apapun. Tapi... " Helen menjeda ucapannya, "bagaimana kamu bisa berada di sana?" tanya Helen lagi.
Dre diam sebentar, dia memikirkan alasan yang tepat. Masalahnya menyewa yacht di tempat ini kan harus di lakukan satu hari sebelumnya. Kecuali, jika punya VIP member. Dan menjadi VIP member di resort ini tidak murah, benar-benar sangat mahal. Tentu dia harus memikirkan alasan bagus.
"Salah satu temanku berlibur di sini, bersama dengan majikannya..."
Helen mengangkat kedua alisnya perlahan.
"Majikan?" tanya Helen.
"Iya, kami ini punya perserikatan juga" tambah Dre.
Sebenarnya bagi Helen, rasanya sulit untuk bisa mempercayai kalau pria dengan pekerjaan seperti Dre itu punya perserikatan. Tapi, apa yang mustahil jaman sekarang.
"Lalu?" tanya Helen dengan nada yang agak susah di jelaskan.
"Ya, dia mengajakku. Kebetulan, aku lihat ada yang terjebur, aku kaget bukan main saat tahu itu kamu!" ungkap Dre.
Wajah khawatir pria itu jujur, dia tidak berbohong. Dia memang sangat panik saat melihat Helen jatuh ke air. Yang dia pikirkan hanya menyelamatkan Helen. Tidak ada hal lain.
Helen mengangguk perlahan.
"Terimakasih Dre, aku benar-benar berpikir aku tidak bisa selamat. Saat jatuh ke air, rasanya aku tidak bisa bernafas!"
Helen mengatakan itu dengan mata berkaca-kaca. Selama ini dia memang hidup bukan untuk dirinya sendiri. Lantas bagaimana kalau dia pergi? siapa yang akan mengurus anak-anak di panti. Sebenarnya banyak orang yang berdonasi, termasuk Anika, ibunya Nicklas. Akan tetapi, yang namanya panti asuhan, tidak bisa terus mengandalkan donasi. Anak-anak semakin bertambah, banyak orang yang tidak terlalu perduli, beberapa bahkan punya kekurangan, dalam satu tahun, terkadang sama sekali tidak ada yang mengadopsi anak-anak itu.
Banyak juga alumni panti asuhan yang sudah bekerja, tapi kebanyakan dari mereka juga sudah hidup berumah tangga, memikirkan keluarga masing-masing. Bahkan ada yang lebih dari 10 tahun tidak pernah berkunjung lagi ke panti. Padahal dia dibesarkan dan disekolahkan oleh bunda Shafa.
Dre meraih Helen ke pelukannya.
"Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi padamu. Aku akan menjagamu mulai sekarang dan seterusnya!"
Ucapan Dre benar-benar menghangatkan perasaan Helen. Tangan Helen yang tadinya berada di bawah, perlahan terangkat membalas pelukan pria yang padahal baru dia kenal, tapi sudah membuatnya merasa ada yang perduli padanya.
'Terimakasih Dre' batin Helen sambil memejamkan mata sekilas.
"Aku akan memberi kabar pada Nicklas..."
"Tidak!" sela Dre.
Mata Helen melebar.
"Tapi..."
"Pria itu bahkan sampai sekarang tidak mencoba untuk terjun ke air dan mencarimu!"
Ucapan Dre itu membuat hati Helen merasa sedikit terluka.
"Biarkan saja dia kebingungan, temanku memberiku tiket liburan ke pulau White beach. Itu pulau pribadi majikannya, kita masih ada misi yang belum selesai kan?" tanya Dre dengan senyum mencurigakan.
"Misi?" tanya Helen sedikit bingung. Dia merasa tidak punya misa apapun.
"Kamu baru jatuh ke air sudah amnesia ya? kita masih punya misi Helen. Misi memproduksi seorang bayi yang sangat lucu"
***
Bersambung...