NovelToon NovelToon
Dijual Untuk Hamil Anak Ceo

Dijual Untuk Hamil Anak Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:11k
Nilai: 5
Nama Author: Mira j

Liana Antika , seorang gadis biasa, yang di jual ibu tiri nya . Ia harus bisa hamil dalam waktu satu bulan. Ia akhirnya menikah secara rahasia dengan Kenzo Wiratama—pewaris keluarga konglomerat yang dingin dan ambisius. Tujuannya satu, melahirkan seorang anak yang akan menjadi pewaris kekayaan Wiratama. agar Kenzo bisa memenuhi syarat warisan dari sang kakek. Di balik pernikahan kontrak itu, tersembunyi tekanan dari ibu tiri Liana, intrik keluarga besar Wiratama, dan rahasia masa lalu yang mengguncang.

Saat hubungan Liana dan Kenzo mulai meluruhkan tembok di antara mereka, waktu terus berjalan... Akankah Liana berhasil hamil dalam 30 hari? Ataukah justru cinta yang tumbuh di antara mereka menjadi taruhan terbesar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mira j, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 23

Sekitar satu jam perjalanan akhirnya mobil berhenti di depan sebuah rumah kecil yang tampak sangat asri. Di sekelilingnya tertata rapi pepohonan dan taman mungil yang sejuk dipandang. Namun meski terlihat sederhana, aura tempat itu terasa tenang dan... dijaga ketat.

Beberapa pengawal berpakaian formal langsung bergerak membuka gerbang, dan seorang lelaki berperawakan tinggi—Jek—segera menghampiri begitu mobil Kenzo berhenti.

Ia membungkuk sedikit dengan hormat dan membuka pintu mobil, “Selamat datang, Tuan. Semuanya sudah siap.”

Liana sempat bingung, belum sempat ia menanyakan apapun, seorang pengawal lain dengan ramah membukakan pintu untuknya, mempersilahkan ia turun dengan sopan.

Matanya menyapu lingkungan sekitar. Tempat ini asing, tapi terasa nyaman.

“Sudah beres, Jek?” tanya Kenzo dengan nada serius. 

“Sudah, Tuan. Anda boleh membawa Nyoya kecil masuk sekarang.”

“Hem…” Kenzo mengangguk ringan, lalu berbalik menatap Liana. Ia menggenggam tangan Liana lembut, lalu menariknya pelan menuju pintu rumah itu.

Liana berjalan dengan pelan, matanya masih terus menatap bingung ke sekeliling. “Ken... ada apa sebenarnya? Tempat apa ini?”

Kenzo menatapnya sebentar, lalu tersenyum penuh makna. “Kamu akan melihatnya sendiri, Liana. Percaya saja padaku, ya?”

Langkah mereka semakin dekat ke pintu. Jantung Liana berdetak lebih cepat. Ada firasat besar bahwa apa yang akan ia lihat akan mengubah sesuatu dalam hidupnya.

Begitu pintu rumah dibuka... bau wangi obat dan aroma bunga khas rumah perawatan langsung menyambut. Liana mematung. Matanya melebar, dan nafasnya tercekat.

Di dalam ruangan sederhana itu, duduk  seorang pria tua yang tubuhnya lemah di kursi roda. Matanya menatap kosong ke jendela. Namun saat mendengar suara langkah masuk, pria itu perlahan menoleh.

Liana berdiri terpaku. Tubuhnya gemetar.

“...Ayah?” gumamnya lirih.

Kenzo berdiri di sampingnya, memegang pundaknya erat. “Aku menepati janjiku. Ini kejutanku... sekarang kamu bisa merawat dan mendampingi ayahmu, tanpa perlu takut lagi.”

Air mata Liana jatuh begitu saja. Ia berlari kecil menghampiri kursi dimana sang ayah duduk  dan menggenggam tangannya.

“Maaf... maaf aku terlambat datang...”

Sang ayah tak berkata-kata, hanya menatap Liana dengan mata berkaca-kaca. Kenzo yang melihat momen itu memilih mundur beberapa langkah, membiarkan mereka tenggelam dalam haru dan kerinduan yang lama terpendam.

Untuk pertama kalinya sejak lama, Liana merasa utuh. Meski hidupnya tidak sempurna, hari ini hatinya terasa penuh.

“Ayah...” suara Liana tercekat, matanya memburam oleh air mata yang jatuh tanpa henti.

Ia segera bersimpuh di hadapan sang ayah, Hartawan, yang duduk lemah di atas kursi roda. Wajah pria itu tampak jauh lebih tua dari usia sebenarnya, penuh kerutan penderitaan dan sorot mata yang menyimpan luka panjang. Namun begitu melihat wajah putrinya, binar harapan perlahan kembali muncul di matanya.

“Maafkan Liana, Yah...” ucapnya lirih. “Maafkan Liana yang belum bisa menjadi anak yang baik... Maafkan Liana yang terlalu lama untuk datang dan memeluk Ayah lagi... Liana minta maaf karena baru bisa bertemu sekarang...”

Tubuh Liana gemetar, tangisnya pecah, dan kepalanya tertunduk dalam-dalam di pangkuan ayahnya. Suara tangisnya mengisi ruangan yang sejak tadi hanya dihuni oleh hening dan napas berat Hartawan.

Sementara itu, tangan lemah sang ayah berusaha  perlahan terangkat, mengelus rambut putrinya dengan gerakan lambat, seolah sedang menyentuh mimpi yang selama ini hanya bisa ia bayangkan.

“Liana... anakku...” ucap Hartawan dengan suara pelan dan terbata . “Ayah... tak pernah membencimu... tak pernah sedikit pun... Ayah selalu mendoakanmu... setiap hari, setiap malam...”

Hartawan menangis, tubuhnya sedikit bergetar, namun kali ini bukan karena penyakitnya, melainkan karena haru yang tak bisa lagi dibendung.

Ia tidak menyangka akan bisa melihat putrinya kembali, dalam keadaan sehat, hidup, dan berada begitu dekat di hadapannya. Ia pun tak mengerti bagaimana bisa sampai di tempat ini—tadi pagi beberapa pria membawanya dari rumah dengan alasan perawatan medis. Ia pasrah... dan kini ternyata, ini semua agar ia bisa bertemu kembali dengan darah dagingnya.

“Ayah nggak pernah marah?” Liana mendongak perlahan, matanya bengkak dan basah. “Ayah nggak marah karena aku pergi... karena aku menikah tanpa bilang-bilang?”

“ayah sudah tau semuanya Lian ,bagaimana kelakuan sandra padamu .Ayah minta maaf ini semua salah ayah,ayah cuma sedih... bukan karena kamu , tapi karena Ayah nggak bisa ada di sisimu saat kamu butuh perlindungan,saat Sandra memaksamu. Tapi sekarang... Ayah bersyukur... kamu baik-baik saja... dan Ayah bisa melihatmu... dan calon cucu Ayah...”

Liana terisak lagi, kali ini lebih tenang. Ia bangkit perlahan dan memeluk tubuh ayahnya dengan hati-hati. Pelukan itu erat, hangat, dan penuh kerinduan yang tak pernah mereka bisa diutarakan lewat kata-kata.

Kenzo yang berdiri di belakang Liana diam-diam tersenyum, hatinya terasa hangat melihat pemandangan itu. Ia tahu, ia tidak sempurna, pernikahannya dengan Liana bukanlah yang biasa... tapi hari ini, ia merasa telah melakukan satu hal yang benar.

Setelah puas menangis dan mencurahkan kerinduannya di pelukan sang ayah, Liana mengusap air mata yang masih menetes di pipinya. Ia tersenyum kecil sambil memandang wajah ayahnya dengan penuh cinta. Namun kemudian, ia teringat akan sosok Kenzo yang sejak tadi berdiri tenang . Liana tahu, ini saatnya mengenalkan sang suami kepada ayah yang telah lama tidak ditemuinya.

“Yah…” panggil Liana lembut. “Ini Kenzo… suami Liana.”

Kenzo segera melangkah maju dengan tenang dan mantap. Wajahnya menunduk sopan saat berdiri di hadapan Hartawan yang duduk di kursi roda. Tak ada kesombongan di wajah pria pewaris Wiratama itu—hanya ketulusan dan hormat.

Hartawan mengangkat wajahnya perlahan, menatap Kenzo dengan pandangan teduh penuh rasa syukur. Di balik kelemahan tubuhnya, ada getaran haru yang tak bisa disembunyikan dari matanya.

“Tri…ma…ka…sih, nak…” ucapnya pelan namun penuh makna, terbata namun jelas. “Telah membawa Bapak bertemu dengan Liana kembali…”

Kenzo tersenyum tipis. Ia segera menunduk hormat dan menjawab dengan suara rendah penuh hormat.

“Itu sudah tugas saya, Pak. Saya yang seharusnya minta maaf karena baru sekarang mempertemukan Bapak dengan Liana. Sebelumnya… saya benar-benar tidak tahu kondisi Bapak seperti ini.”

Hartawan hanya menggeleng pelan.

“Bukan salah kamu, Nak… Bukan…” jawabnya lemah namun pasti. “Yang penting sekarang… saya tahu Liana baik-baik saja… itu sudah cukup bagi saya…”

Liana tak bisa menahan air matanya lagi. Ia menggenggam tangan sang ayah dengan erat, sementara tangan satunya menggamit jari Kenzo yang kini berdiri di sisinya.

Dalam hati kecilnya, ia bersyukur… karena satu per satu luka hidupnya mulai dipulihkan. Ia bisa kembali ke pelukan ayahnya, dan kini sang ayah pun mengenali suaminya—orang yang meski awalnya pernikahan mereka bukan atas dasar cinta, tapi perlahan mulai menghadirkan kehangatan dan perlindungan yang sesungguhnya.

Ruangan kecil itu kini dipenuhi keheningan yang menghangatkan. Tak banyak kata yang dibutuhkan, karena tatapan dan senyum mereka sudah mengandung ribuan rasa yang tak terucap.

*

*

*

Pagi itu masih gelap. Jarum jam baru saja menunjuk pukul lima, namun rumah sederhana milik Sandra sudah digemparkan oleh suara gedoran keras di pintu depan.

Dug! Dug! Dug!

Suara pintu yang dihantam keras membuat Vika terlonjak dari tempat tidurnya. Dengan wajah masam dan langkah malas, ia berjalan keluar kamar sambil menguap lebar.

“Siapa sih pagi-pagi begini udah kayak mau jebol pintu aja…” gumamnya.

Di ruang tengah, Sandra yang juga terganggu tidurnya sudah berdiri sambil mengenakan daster kusut dan wajah marah.

“Siapa yang gila gedor-gedor pintu jam segini? Nggak ada sopan santun!” gerutunya sambil membuka pengait pintu dengan kasar.

Begitu pintu terbuka, suara Sandra tercekat. Wajahnya langsung pucat. Begitu juga Vika yang kini berdiri di sampingnya—terpaku. Di hadapan mereka berdiri empat pria berbadan tegap berpakaian hitam, wajah-wajah mereka tanpa ekspresi dan tatapan mata tajam.

“Mau...mau apa kalian?” suara Sandra bergetar.

Salah satu pria maju satu langkah dan membuka kacamatanya—Jek, tangan kanan Kenzo.

“Kami diutus Tuan  Wiratama. Kami datang untuk menjemput Pak Hartawan.”

“Apa?! Tidak bisa! Dia ayah dari anak tiriku! Kalian tidak bisa seenaknya!” Sandra berseru keras, mencoba menghalangi.

Namun sebelum sempat mengamuk lebih lanjut, Jek memberi isyarat tangan. Para pria langsung menyebar, masuk ke rumah tanpa izin.

“Hei! Hei! Berhenti! Kalian tidak punya hak—!” Vika mencoba menahan salah satu dari mereka, tapi tubuhnya didorong pelan hingga terjatuh ke sofa. Mereka bukan kasar, tapi cukup kuat untuk membuat siapa pun tak berkutik.

Jek sendiri berjalan menuju salah satu pintu di bagian belakang rumah. Setelah dibuka, di dalamnya terdapat kamar sempit dengan penerangan minim. Di sudut ruangan itu, seorang pria tua duduk di kursi roda. Rambutnya memutih, tubuhnya kurus dan lemah, kulit wajahnya keriput namun tetap menyimpan sisa wibawa seorang kepala keluarga.

Pak Hartawan.

Jek mendekat, menatap pria tua itu dengan iba. “Pak Hartawan, saya Jek. Saya diutus oleh Tuan Kenzo untuk membawa Bapak ke tempat yang lebih baik.”

Hartawan menatapnya dengan tatapan samar. Ia tak berkata apa-apa, hanya mengangguk pelan seakan mengerti apa yang terjadi.

“Bapak akan kami rawat. Tuan Kenzo ingin Bapak mendapatkan perawatan yang layak. Kami mohon maaf karena datang dengan cara seperti ini… tapi semua ini demi kebaikan Bapak.”

Tak lama kemudian, dua pria datang membawa kursi roda khusus dan selimut tebal. Mereka membantu Hartawan berpindah dengan hati-hati, memperlakukan tubuh lemah itu seolah emas berharga.

Di ruang depan, Sandra dan Vika masih tak bisa berkata-kata. Wajah Sandra memerah menahan amarah, tapi Jek hanya melemparkan satu kalimat sebelum pergi:

“Kalau Bu Sandra membutuhkan penjelasan, silahkan tanyakan langsung pada Tuan saya. Tapi mulai sekarang, Pak Hartawan ada di bawah pengawasan kami.”

Pintu ditutup kembali. Suara deru mobil yang membawa Hartawan memudar di kejauhan.

Sandra terjatuh ke sofa, dadanya naik turun penuh emosi. Vika menatap ibunya dengan bingung.

“Apa maksudnya semua ini, Ma? Kenapa mereka ambil ayah ?”

Sandra tak menjawab. Yang ada hanya kemarahan, rasa malu, dan ketakutan bahwa kini kendali atas Hartawan telah benar-benar hilang dari tangannya.

1
Blu Lovfres
Next episode
Blu Lovfres
Next thor
Blu Lovfres
berati kenzo. ceo. ben**ng dn bodoh
masah ga tau dn ga curiga dgn istrinya, keluar masuk luar negri, dgn bebas🤣😅🤭😁😂
Blu Lovfres
nara,orang baik thor jangan seret dia,ke jalan rinto yg jahat
Blu Lovfres
novel yg sangat bagus
Blu Lovfres
,good novel 👍❤️❤️❤️
Adinda
semoga liana lebih pintar menyembunyikan anaknya dan lari menyelamatkan anaknya
partini
cantik tapi murahan macam pelacur cihhhh ,,dia tau Kenzo tuh bego makanya dia PD bangtt
partini
helelh paling kamu mau pakai jurus obat perangsang kaya yg lainnya
kalau yg lain beruntung sih so lihat apakah kamu akan sama yg lain Vika
Adinda
ternyata istri tercintamu hanya mengincar harta mu kenzo
watashi tantides
Nyesel ya pak gara gara nikah lagi😔 Kasian nasib Liana anak kandungnu pak😭
watashi tantides
Sakit banget💔😭 Liana 🫂
watashi tantides
Semoga Kenzo jatuh cinta ke Liana🥰 maaf Claudia istri sah itu semua karna kamu yang mepersatukan Kenzo dan Liana dan yang terlalu tega ke mereka😔
watashi tantides
Sakit banget💔😭
watashi tantides
Please ini mengandung bawang😭
watashi tantides
Mulai tumbuh benih sayang Kenzo ke Liana🥹🤍
Mira j: trimakasih KK dah singgah 🙏🏻💞
total 1 replies
watashi tantides
Liana😭❤️‍🩹
watashi tantides
Liana😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!