NovelToon NovelToon
Cinta Beda Alam : Ternyata Istriku Jin

Cinta Beda Alam : Ternyata Istriku Jin

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Cinta Beda Dunia / Cinta Terlarang / Mata Batin / Romansa / Reinkarnasi
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

Bagaimana jika wanita yang kau nikahi... ternyata bukan manusia?
Arsyan Jalendra, pemuda miskin berusia 25 tahun, tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Wulan Sari—wanita cantik misterius yang menolongnya saat nyaris tenggelam di sungai—adalah awal dari takdir yang akan mengubah dua alam.
Wulan sempurna di mata Arsyan: cantik, lembut, berbakti. Tapi ada yang aneh:
Tubuhnya dingin seperti es bahkan di siang terik
Tidak punya bayangan saat terkena matahari
Matanya berubah jadi keemasan setiap malam
Aroma kenanga selalu mengikutinya
Saat Arsyan melamar dan menikahi Wulan, ia tidak tahu bahwa Wulan adalah putri dari Kerajaan Cahaya Rembulan—seorang jin putih yang turun ke dunia manusia karena jatuh cinta pada Arsyan yang pernah menyelamatkan seekor ular putih (wujud asli Wulan) bertahun lalu.
Cinta mereka indah... hingga rahasia terbongkar.
Ratu Kirana, ibunda Wulan, murka besar dan menurunkan "Kutukan 1000 Hari"—setiap hari Arsyan bersama Wulan, nyawanya terkuras hingga mati

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16: Wulan Akhirnya Mengaku

Tiga hari.

Tiga hari Arsyan nggak bicara banyak sama Wulan.

Bukan karena dia benci. Bukan karena dia mau ninggalin Wulan. Tapi karena... dia butuh waktu. Waktu buat nyerna semua yang baru dia tau. Waktu buat... terima kenyataan.

Selama tiga hari itu, Wulan kayak hantu di rumahnya sendiri.

Dia masih masak—tapi masakannya sering gosong karena dia nggak fokus. Dia masih beresin rumah—tapi gerakannya lambat, kayak zombie. Matanya sembab terus—kayaknya dia nangis setiap malam.

Arsyan tau. Arsyan denger isak tangis Wulan dari kamar—pelan, teredam—kayak dia nggak mau Arsyan tau. Tapi Arsyan tau. Dan itu... bikin dadanya makin sakit.

Hari keempat, Arsyan nggak tahan.

Dia pulang dari warung lebih cepat—jam lima sore—langsung masuk rumah.

Wulan lagi duduk di teras belakang—menatap langit sore yang jingga kemerahan—wajahnya kosong.

"Wulan," panggil Arsyan pelan.

Wulan langsung berdiri cepat—kayak ketangkep basah. "Mas—Mas pulang cepet—"

"Kita harus ngobrol."

Wulan mengangguk pelan—matanya takut tapi juga... lega. Kayak dia udah nunggu moment ini.

Mereka duduk berhadapan di ruang tamu—meja kecil di antara mereka. Hening sebentar—cuma suara detak jam dinding yang terdengar.

Arsyan yang mulai duluan. "Wulan... aku udah mikir. Tiga hari. Nggak berhenti."

Wulan menunduk—tangan dilipat di pangkuan—gemetar halus.

"Dan... aku mutusin satu hal."

Wulan dongak cepat—mata penuh harap campur takut.

"Aku... aku masih cinta kamu."

Wulan napasnya tertahan—air matanya langsung jatuh.

"Aku marah karena kamu bohong. Itu fakta. Tapi..." Arsyan napas berat. "Tapi aku nggak bisa bohong sama perasaanku sendiri. Aku cinta kamu, Wulan. Mau kamu manusia, jin, atau apapun—aku tetep cinta kamu."

Wulan nangis—nangis keras—tangan nutup muka.

"Mas... Mas serius?"

"Serius. Tapi..." Arsyan condong ke depan—menatap Wulan serius. "Aku mau kamu jujur. Semuanya. Nggak ada yang disembunyiin lagi. Oke?"

Wulan ngangguk cepat—ngusap air matanya kasar. "Oke. Aku... aku janji. Aku bakal jujur."

"Oke." Arsyan menarik napas. "Sekarang... cerita dari awal. Siapa kamu. Dari mana kamu. Dan... kenapa kamu di sini."

Wulan mengangguk—lalu dia mulai cerita. Pelan. Hati-hati. Tapi jujur.

"Aku... namaku Wulan Sari. Tapi nama asliku... Wulan Candramaya. Aku putri dari Ratu Kirana—penguasa Kerajaan Cahaya Rembulan. Kerajaan kami... ada di alam lain. Alam gaib. Di sana... kami hidup damai. Tapi... ada aturan ketat."

"Aturan apa?"

"Jin... nggak boleh turun ke dunia manusia tanpa izin. Dan yang paling penting... jin nggak boleh jatuh cinta sama manusia. Itu... hukum tertinggi."

Arsyan menelan ludah. "Terus... kamu melanggar?"

Wulan mengangguk—air mata jatuh lagi. "Iya. Aku melanggar. Karena... aku jatuh cinta sama Mas."

"Sepuluh tahun lalu?"

"Iya. Waktu Mas selamatkan aku. Aku... aku nggak pernah ngerasain kebaikan dari manusia sebelumnya. Dan Mas... Mas rela terluka demi bebasin aku. Sejak hari itu... aku nggak bisa lupain Mas."

Arsyan inget itu. Inget tangannya yang lecet gara-gara buka jerat kawat. Inget tatapan ular putih yang menatapnya penuh... rasa terima kasih.

"Terus... terus kamu turun ke sini?"

"Nggak langsung. Aku... aku tunggu sampai Mas dewasa. Sampai Mas siap. Lalu... aku turun. Aku cari Mas. Dan... dan akhirnya aku ketemu."

"Terus kamu... kamu nyamar jadi manusia?"

Wulan mengangguk. "Iya. Aku rubah wujudku. Aku belajar cara hidup kayak manusia. Aku... aku cuma pengen deket sama Mas. Nggak lebih."

"Tapi kamu... kamu nikah sama aku. Itu... itu lebih dari 'deket', Wulan."

Wulan menatap Arsyan—mata penuh penyesalan. "Aku tau, Mas. Dan aku... aku tau itu salah. Tapi aku... aku nggak kuat. Aku cinta Mas. Sangat cinta. Dan pas Mas lamar aku... aku nggak bisa nolak."

Arsyan diam lama—mencerna semua ini.

"Terus... utusan yang dateng tiga hari lalu... itu siapa?"

"Itu... penjaga kerajaan. Mereka... mereka tau aku di sini. Dan mereka disuruh Ibunda buat bawa aku pulang."

"Pulang? Terus... terus aku gimana?"

Wulan menggeleng keras—air matanya makin deras. "Aku nggak mau pulang, Mas! Aku... aku mau di sini! Sama Mas!"

"Tapi mereka bakal maksa kan?"

Wulan diam—nggak jawab. Tapi ekspresinya udah jawab semuanya.

"Wulan..." Arsyan pegang tangan istrinya—dingin, tapi dia genggam erat. "Kalau... kalau kamu dipaksa pulang... apa yang bakal terjadi?"

Wulan menatap tangan mereka yang saling menggenggam—lalu bisik lirih. "Aku... aku bakal dipisahin dari Mas. Selamanya. Dan... dan aku nggak akan bisa turun ke dunia manusia lagi."

Arsyan jantungnya nyesek. "Selamanya?"

"Iya."

"Terus... terus aku harus gimana? Aku... aku harus rela kehilangan kamu?"

Wulan nangis—nangis pecah—lalu dia pindah duduk di sebelah Arsyan, peluk suaminya erat.

"Mas... aku nggak mau pisah sama Mas. Aku... aku mau tetep di sini. Apapun risikonya."

Arsyan balas peluk Wulan—peluk erat—meskipun tubuhnya dingin.

"Aku juga nggak mau pisah sama kamu, Wulan. Aku... aku nggak peduli kamu jin. Aku cuma peduli... kamu istri aku. Dan aku... aku bakal lindungin kamu."

Wulan dongak—menatap Arsyan dengan mata penuh air mata. "Mas... yakin? Padahal... padahal ini berbahaya. Kerajaan kami... mereka nggak main-main."

"Aku nggak peduli. Mau seberbahaya apapun—aku tetep mau sama kamu."

Wulan memeluk Arsyan lagi—lebih erat—berharap pelukan ini bisa bertahan selamanya.

Dan malam itu—di rumah kecil mereka—di bawah langit yang gelap—dua insan yang berbeda alam bersumpah...

...untuk tetap bersama.

Meskipun dunia—atau kerajaan—menentang mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!