JANGAN LUPA DUKUNG KARYA INI YA!
🌸Setelah tiga tahun menikah, Arjuna mengomentari istrinya sangat membosankan, tapi orang yang membosankan inilah yang melemparkan perjanjian perceraian di wajahnya pada perayaan ulang tahun perusahaan di depan semua orang, yang membuatnya kehilangan muka.
tetapi siapa sangka, setelah berpisah, Arjuna malah merasa sangat menyesal karena telah menyia-nyiakan istrinya, dan memulai mengejar cinta istrinya kembali.
Mampukah Arjuna kembali memperjuangkan kepercayaan dan cinta Luna kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rafizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Begitu Asing Dan Dingin
Arjuna sangat kesal melihat Luna yang selalu mengabaikannya sejak tadi.
"Luna! Apa kau pernah berpikir, kenapa aku selalu perhatian kepadamu?" Tanya Arjuna penasaran. Karena sejak pertama mereka bertemu setelah bercerai, bahkan Luna tidak menunjukan respon positif kepadanya. Apalagi membalas segala perhatian yang diam-diam dia berikan kepada Luna.
Luna tidak menjawabnya. Matanya hanya terlihat menatap sekilas, lalu kembali memalingkan wajahnya ke arah lain.
Arjuna semakin kesal, lalu kembali bertanya dengan sungguh-sungguh. Bahkan dia mengabaikan hubungan mereka yang sekarang hanya berstatus sebagai mantan istri dan mantan suami.
"Luna! Jika aku menginginkan kau kembali menjadi istriku, apakah kamu mau?" Tanya Arjuna lagi.
Luna sempat terkejut. Bahkan sangat kentara dengan matanya yang melebar, serta mulutnya yang menganga lebar.
Luna tidak menyangka Arjuna akan mempertanyakan hal tersebut di saat seperti ini.
"Apa dia sedang bercanda? Atau jangan-jangan dia ingin mempermainkan aku, Dan kembali mempermalukan aku lagi jika aku kembali menerimanya sebagai suami" Batin Luna curiga.
Alih-alih menjawab. Luna hanya bergeming, diam seribu bahasa. Baginya Arjuna hanya mencoba mengetesnya saja. Sangat memalukan jika dirinya menjawab mau, pada kenyataannya Arjuna tidak sungguh-sungguh. Dan itu hanya akan membuatnya malu setengah mati karena hal ini. Begitulah pikiran Luna tentang Arjuna.
"Luna! Aku serius!"
"Kamu mau jadi istri aku lagi?" Tanya Arjuna lagi dengan mimik wajah memohon.
Luna balas menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan. Luna tidak menyangka dan terus berpikir bahwa Arjuna memang sedang berakting, "Kenapa tidak kau nikahi saja pacar mu itu? Bukankah yang baru lebih menggiurkan dari pada mengejar wanita yang jelas-jelas sudah kamu buang?" Ucap Luna dengan sinis.
"Aku tidak menyangka, kau menjilat ludah mu sendiri. Mengemis cinta dari wanita yang sudah kau buang!" Luna menambahkan dengan menatap jijik ke arah Arjuna.
Arjuna sangat marah, bahkan siapapun tidak ada yang seberani Luna untuk menghinanya seperti ini. Luna benar-benar tidak takut jika suatu hari hal ini akan menjeratnya ke dalam masalah.
Mengingat status dan kekuatan Arjuna di kantor milik Luna, dia bisa saja membuat Luna kehilangan posisinya saat ini.
"Suatu hari, Kau akan menangis dan menyesal karena telah menolak untuk menjadi istriku Luna" Ucap Arjuna dengan amarah yang sudah memuncak. Bahkan rahang bawahnya sudah mengeras dengan menggertakkan giginya geram.
"Kita lihat saja nanti" Tantang Luna yang tidak kalah tajamnya.
Mendengar itu. Arjuna hatinya semakin panas. Bahkan nafasnya kini begitu memburu. Sesak mendengar perkataan Luna yang secara terang-terangan menolak mentah-mentah keinginan dirinya.
Dulu. Dia memberikan segalanya kepada Luna. Rumah, fasilitas, bahkan uang yang banyak. Hanya cinta yang tidak dia berikan untuk Luna. Sekarang, Luna dengan berani menolak keinginannya. Memikirkan hal itu membuat Arjuna semakin terbelenggu oleh amarahnya yang kian mendominasi.
Hal itu pun membuat Arjuna kembali mengingat kejadian dahulu, dimana Luna mengajukan surat permohonan perceraian tepat di depan semua orang. Sehingga membuatnya malu dan kehilangan muka dan tak berharga di depan semua orang. Memikirkan itu semua, membuat amarah di dalam hatinya semakin membesar, dan tiba-tiba,,,,,
Luna terlonjak kaget. Arjuna menginjak pedal gas mobilnya dengan begitu kencang. Tanpa berpikir, dan dengan amarah yang mendominasi, Dia mengemudi dan semakin mempercepat laju mobilnya. Yang membuat Luna sampai takut karenanya.
"Apa yang kau lakukan Arjuna! Hentikan mobilnya!" Teriak Luna kencang dengan matanya yang terpejam takut. Pasalnya, Arjuna mengemudi dengan kecepatan tinggi, bahkan dia melewati banyak mobil yang melintas dan ada yang saling berlawanan arah dengannya namun masih dia lawan arus jalannya. Nyawanya terasa melayang dengan nafas yang tidak beraturan.
Arjuna menyunggingkan senyuman menyeringai, dan mulai memperlambat laju mobilnya. Dia tertawa dingin dan bertanya kepada Luna, "Apa kau takut mati?"
Luna menyipitkan matanya berbahaya. Dia tidak suka kata-kata itu keluar dari mulut Arjuna.
"Tidak ada yang perlu di takutkan dari kematian. Hanya saja, rasanya tidak akan pantas jika aku mati bersama lelaki bejat seperti dirimu. Bila aku mati bersama seseorang yang aku cintai, itu baru pantas untuk ku" Jawab Luna tajam.
Arjuna sangat marah mendengar kata-kata tajam itu dari mulut Luna. Rahang bawahnya terlihat mengeras menahan amarah. Berdebat pun rasanya percuma. Luna hanya akan bertahan dengan pendapatnya sendiri.
Hening di dalam perjalanan. Hingga akhirnya mobil yang di kendarai Arjuna pun berhenti tepat di depan rumah sakit.
Dengan hati yang masih terselimuti oleh amarah, Arjuna keluar dari dalam mobil, dan begitupun Luna.
Arjuna berjalan, lalu menggenggam tangan Luna dengan erat dan membawanya masuk untuk mencari temannya yang merupakan seorang Dokter ahli bedah yang sangat terkenal.
"Sakit Arjuna. Lepas!" Luna meringis dan mencoba melepaskan genggaman tangan Arjuna yang begitu kuat di tangannya. Namun usahanya itu terlihat begitu sia-sia. Semakin dia meronta, semakin Arjuna menggenggamnya dengan erat.
Setelah sampai didepan ruangan seorang Dokter. Arjuna membuka pintu dan masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Brian sang Dokter ahli bedah itu cukup terkejut. Pandangannya mengarah kepada kedua orang yang begitu familiar yang masuk tanpa ijin darinya.
"Arjuna! Tumben kesini? Ada apa?" Tanya Dokter Brian penasaran. Karena tidak biasanya temannya itu akan datang ke tempat kerjanya seperti ini. Lalu pandangan Brian beralih kepada wanita cantik yang terlihat mematung di samping Arjuna.
"Obati luka Luna. Tangannya terluka" Ujar Arjuna tiba-tiba.
Brian tersenyum kecut, "Ternyata dia Luna. Aku sampai tidak bisa mengenalinya lagi sekarang" Batin Dokter Brian. Ia pun mulai memeriksa tangan Luna sesuai perintah dari Arjuna.
Setelah selesai memeriksa. Brian pun menuliskan beberapa resep obat yang harus mereka beli di apotik. Brian langsung memberikannya kepada Luna, Agar bisa Luna tebus nantinya di apotik terdekat.
"Bayarannya aku transfer nanti ya" Kata Arjuna setelah Brian memberikan resep obat tersebut. Dan Brian pun hanya mengangguk tersenyum, "Gak bayar juga gak apa-apa. Gratis kok khusus untuk kamu hari ini. Hahah" Sahut Brian menggoda Arjuna.
Luna terlihat begitu bosan sekarang. Dia pun berdiri setelah resep obat itu ada di tangannya.
Kedua pria itu pun seketika menghentikan tawanya ketika melihat Luna yang tiba-tiba berdiri.
"Ini uang untuk ongkos karena sudah mengantarku tadi. Terimakasih atas tumpangannya" Ujar Luna dengan memberikan selembar uang seratus ke hadapan Arjuna.
Kemudian, terlepas dari keterkejutan Brian dan Arjuna. Dia tetap berbalik badan dan pergi dari sana setelah meletakan lembaran uang itu di atas meja.
Brian sangat terkejut. Dia tidak percaya akan perubahan sikap Luna yang dingin dan terkesan cuek. Sangat berbeda dari dirinya yang dulu begitu ceria dan sangat perhatian. Setelah satu tahun tidak bertemu bersama Luna, Brian Bahkan tidak mengenali lagi diri Luna sekarang yang terasa begitu asing dan dingin.
.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa untuk memberikan like dan komen ya ☺️
Happy Reading 🌺
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘
iyalah bknnya Luna udah sepantasnya gt krn klian udah bercerai Juna
😀😀😀😀😀😀😀