NovelToon NovelToon
Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Rey... Reyesh?!"

Kembali, Mutiara beberapa kali memanggil nama jenius itu. Tapi tidak direspon. Kondisi Reyesh masih setengah membungkuk layaknya orang sedang rukuk dalam sholat. Jenius itu masih dalam kondisi permintaan maaf versinya.

"Rey... udah ya! Kamu udah kumaafkan, kok. Jangan begini dong. Nanti aku nya yang nggak enak kalo kamu terus-terusan dalam kondisi seperti ini. Bangun, Rey!" pinta Mutiara dengan nada memelas, penuh kekhawatiran.

Mutiara kini berada dalam dilema hebat. Bingung mau berbuat apa.

Ditengah kondisi dilemanya itu, ia lihat sebutir air jatuh dari wajah Reyesh. Diiringi butir lain perlahan berjatuhan.

"Rey... ka-kamu nangis, ya?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 01 - Buaya Buaya Kampus

"Ish, malesin banget sih!" protes Mutiara, ketika berjalan bersama kedua sahabatnya. Mereka memasuki area kantin kampus.

"Kenapa, Mut? Jutek begitu muka lo!" tanya Zeeva.

Langit siang hari itu sebenarnya nampak cerah, tapi hati Mutiara Aliana justru terasa mendung. Langkahnya tegap memasuki kantin kampus bersama kedua sahabat. Begitu mereka duduk di salah satu meja kosong, berbagai pasang mata langsung tertuju pada ketiga bidadari kampus itu.

Suara bisik-bisik sangat terdengar di sudut-sudut ruangan menyeru namanya, beberapa mahasiswa laki-laki bahkan tak segan menunjuk ke arah mereka bertiga.

Mutiara merasa muak dengan perhatian berlebihan itu. Sejak hari pertama masuk kuliah, dirinya pun sudah menjadi buah bibir seantero kampus hanya karena wajahnya yang terlalu cantik.

Namun, satu anugerah yang diimpikan dan diidam-idamkan banyak kaum hawa lainnya, justru bagi Mutiara bukanlah sebuah kebanggaan, melainkan gangguan dan petaka.

"Biasa, Zee... lihat tuh, tatapan buas buaya-buaya kampus. Bikin ancur mood gue aja siang-siang begini!" ungkap Mutiara.

"Naluri dasar buaya emang gitu, Mut! Langsung kelihatan to-lol dan nep-song kalau dah ngeliat betina. Liatin aja tuh, seolah-olah kita ini barang pajangan, nggak sih?" desis Allyna, sambil meletakkan nampan makanannya dengan kasar.

Sepasang mata Zeeva melirik sekitar. Ia mengamati sekumpulan cowok di pojokan yang tertawa kecil sambil melirik ke arah mereka.

"Gue rasa mereka bertaruh siapa yang bisa mendekati lo lebih dulu, Mut." Zeeva mendengus sinis, mengaduk minumannya dengan wajah penuh kekesalan.

"Dasar buaya kampus, pikirannya nggak jauh-jauh dari menggoda perempuan!" Lanjut Zeeva dengan geram.

"Gue nggak habis pikir sih, kenapa mereka bisa sekasar dan sebrutal itu ya menatap ke arah sini?" Allyna mengangkat bahunya, menatap Mutiara yang hanya duduk diam sambil menopang dagu.

"Mut, emangnya lo sama sekali nggak terganggu?" tanyanya.

"Hah? Terganggu? Lebih dari itu, gue malahan ngerasa muak!" jawab Mutiara dengan nada tajam, membuat kedua sahabatnya sedikit tersentak.

"Kenapa sih, laki-laki itu selalu merasa berhak menggoda perempuan? Apa mereka pikir gue senang diperhatikan seperti ini?" sepasang mata Mutiara berkilat marah, bibir manisnya mengerucut, tanda kesal.

"Mereka tuh nggak akan pernah sadar, kalau perbuatan mereka sangat menjijikkan." Zeeva mengangguk setuju, memainkan sendok di tangannya.

"Kalau menurut gue, cowok tipikal mereka inilah, yang didapat dengan gampangnya oleh banyak perempuan. Mereka itu lelaki murahan!" lanjut Mutiara, semakin naik pitam.

"Dan kalau mereka pikir gue bakal jatuh ke pelukan mereka, hanya karena rayuan, tatapan, atau gombalan... sorry to say, mereka salah besar!"

Obrolan mereka bertiga sengaja diperkeras, agar didengar banyak mahasiswa maupun mahasiswi lain yang sedang asyik makan siang di kantin.

Mendengar ucapan keras itu, Zeeva terkekeh sinis, menyesap minumannya sebelum berbicara, Gue setuju banget... Mut! Kadang gue pun heran, kenapa banyak perempuan di luar sana, malah bangga kalau bisa menarik perhatian cowok-cowok brengsek seperti itu?"

"Jawabannya gampang aja, Zee: Karena mereka semua nggak pake otak! Cuma takut dan khawatir kalo dikira jomblo seumur hidup. Gilak sih! Gue nggak abis pikir sama perempuan to-lol diluar sana, yang dengan gampangnya ngasih tubuh mereka sendiri, dengan alesan takut nggak dapet pasangan. Halah... kentut!" ungkap Allyna kesal.

Allyna juga menyikut bahu Mutiara dengan pelan, "Itulah bedanya kita dengan mereka, Mut. Kita bukan perempuan yang gampang jatuh hanya karena ucapan manis." mendengar itu, Mutiara mengangguk setuju, membetulkan letak rambutnya yang tergerai.

"Gue justru jijik, kalau ada cowok yang gampang mendekati banyak perempuan, dalam waktu bersamaan! Entah cowoknya sok kegantengan, atau para perempuannya yang kelewat tuol-lol." Mutiara mulai ngegas.

Para mahasiswi yang duduk disekitarnya, yang merasa tidak memiliki wajah secantik Mutiara, mulai tersindir dan merasa kesal. Namun, mereka diam dan tidak protes. Buat apa juga? Apa untungnya?

Alasannya simpel, karena Mutiara dan kedua sahabatnya, geng mereka sangat cantik. Ketiganya merupakan primadona dan bahkan dicap bidadari kampus. Kalau diganggu, pasti cowok-cowok mata keranjang atau buaya kampus akan segera bertindak sok cari perhatian dengan menolongnya.

Hal ini yang membuat para mahasiswi kesal. Karena akan semakin membuat Mutiara tambah berharga dan semakin mahal dimata para lelaki. Dunia memang tidak adil, bahkan dari tempat kecil yaitu kantin kampus.

"Laki-laki dan perempuan seperti itu, nggak punya nilai sama sekali di mata gue. Sampah!" kata Mutiara, tegas.

 

Tiba-tiba, suara siulan menggema dari meja sebelah, membuat mereka bertiga menoleh dengan ekspresi jengah. Sekelompok mahasiswa di sana terlihat tertawa sambil melirik ke arah mereka.

"Mutiara cantik, senyumnya dong! Biar kantin ini makin bercahaya!" ujar salah satu dari mereka, diikuti tawa kencang lainnya.

"Iya dong, sayang! Kasih senyum yang membuat hati kita meleleh...!" sambung mahasiswa lainnya.

Wajah Mutiara langsung merah padam karena tersulut emosi. Namun,

"Lo semua diem, ya! Sampah seperti kalian nggak pantes ngomong begitu! Dari tampang lo semua yang gob-lok itu, gue bisa tebak kalian mahasiswa semester tua, ya?"

Sekelompok mahasiswa yang merayu itu, nampak kesal oleh ucapan Mutiara barusan. Ketiganya ingin membalas, namun lagi-lagi, banyak tangan yang akan menolong ketiga primadona ini. Tanpa diminta pun, Mutiara dan kedua sahabatnya serasa memiliki banyak bodyguard di setiap sudut kampus.

"Kenapa diem, hah? Lo semua takut ama ucapan gue atau lagi mikirin surat DO? Skripsi kapan kelar? Kapan terakhir kali lo semua bimbingan?"

Ultimatum Mutiara, membuat suasana kantin yang awalnya santai dan tenang, kini menjadi tegang dan mulai mencekam.

Salah satu dari sekelompok mahasiswa yang dicemooh Mutiara, mulai bangkit dan berdiri karena tidak senang. Ia mendobrak meja makan dengan kedua tangannya. Memberikan tatapan amarah.

Namun, sayang sekali, mentalnya begitu ciut dan langsung duduk.

Saat ia mendobrak meja, sontak puluhan mahasiswa pun berdiri dengan sigap. Mereka memandang mahasiswa tengil ini dengan tatapan sinis. Semuanya siap menolong dan membantu jika terjadi sesuatu pada Mutiara.

Suasana hening kembali. Mutiara tidak memberikan respon lagi. Baginya, ultimate barusan semoga bisa menyadarkan banyak mahasiswa senior lain, yang juga tugas akhirnya masih terhambat dan terancam Drop Out.

"Gini aja abang-abang di sana. Pertama, tolong hargai diri kalian sendiri dulu ya, sebelum coba-coba mendekati Mutiara. Kalian ngaca dulu deh! Dari segi apapun, dari segala aspek, kalian beda level." ucap Zeeva dengan ketus.

"Kedua, tolong resapi dengan dalam ucapan dari Mutiara. Itu ultimatum buat kalian semua, sebelum memikirkan orang lain, pikirkan dulu tugas kalian. Ucapan Mutiara emang ketus, tapi dia lumayan baik kok." lanjut Zeeva.

Ucapan sahabat Mutiara yang satu itu, sempat membuat suasana kantin menjadi hening seketika. Seolah Zeeva sedang menghiptlnotis semuanya.

"Cuma sekali lagi, kalo lo semua mau dapetin paus langka di lautan, masa sih pancingan lo cuma bambu yang gampangan? Umpan lo cuma cacing yang bisa mungut dari tanah? Hah? Kenapa gak coba beli kapal dan alat pancing mahal? Terus lo coba buat mengarungi lautan luas?" ungkal Zeeva panjang lebar. Rasanya, ia sudah terlalu banyak omong.

Bersambung......

1
Musri
awal yg bagus...
alfphyrizhmi: thanks kaaakk... ditunggu terus ya. nanti sore akan update lagi.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!