NovelToon NovelToon
Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Ibu Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Hasriani

Dinda memilih untuk menikah dengan seorang duda beranak satu setelah dirinya disakiti oleh kekasihnya berkali-kali. Siapa sangka, awalnya Dinda menerima pinangan dari keluarga suaminya agar ia berhenti di ganggu oleh mantan pacarnya, namun justru ia berusaha untuk mendapatkan cinta suami dari hasil perjodohannya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 18

Taksi yang ditumpangi oleh Dinda berhenti tepat didepan rumah Ibunya Indra, dengan cepat Dinda keluar dari taksi setelah membayar taksinya.

Baru semalam Dinda datang ke rumah ini, tapi orang-orang yang bekerja disana sudah mengenal Dinda dan menyambutnya dengan baik. Satpam membukakan pagar untuknya dan tersenyum sopan ke Dinda, Dinda pun membalasnya dengan ramah dan berjalan masuk ke dalam rumah.

"Dindaa.." Sapa Ibunya Indra begitu senang saat melihat Dinda datang.

"Tante..." Sapa Dinda balik dan menyambut pelukan Ibunya Indra.

"Ayo masuk dulu sayang, maaf yah jadi harus mengganggu waktu kamu." Ajaknya tidak lupa meminta maaf karena sudah merepotkan Dinda.

"Tidak apa-apa Tante, lagipula urusan Dinda hari ini dikampus sudah selesai." Jawab Dinda sama sekali tidak kerepotan membantu Indra.

"Baik sekali kamu Dinda." Ucap Ibunya Indra tersenyum lembut ke Dinda membuat Dinda salah tingkah.

"Tante bisa saja." Kata Dinda senang di katakan orang baik.

"Duduk dulu Dinda, Tante ke kamar dulu, Ciaranya ada dikamar." Dinda pun menurut dan duduk di sofa ruang keluarga, tempatnya semalam duduk.

"Iya Tante."

Saat Ibunya Indra berlalu ke kamarnya, mata Dinda langsung memperhatikan sekitar tempatnya duduk, semalam ia sibuk bercerita dengan Indra dan Ibunya sampai tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan sekelilingnya.

Tidak lama kemudian, Ibunya Indra kembali dengan Ciara yang tersenyum riang, bayi itu seperti bertumbuh dalam semalam.

"Ciara.." Sapa Dinda sama antusiasnya dengan Ciara saat melihat bayi itu.

"Jadi kamu jaga Ciara disini Dinda?, Indra biasanya pulang jam enam sore atau kadang Lambat sampai jam delapan malam." Ibunya Indra menjelaskan jam pulang kerja Indra.

"Boleh tidak Tante kalau Dinda bawa Ciara ke rumah Dinda saja?." Tanya Dinda hati-hati, ia merasa tidak nyaman jika harus sendirian, walaupun banyak yang bekerja disini, tapi rasanya tetap saja tidak nyaman.

"Coba tante telepon Indra dulu yah." Jawabnya kemudian merasa ragu, tidak yakin Indra mengizinkan anaknya dibawa ke tempat baru.

"Iya Tante, Ciaranya biar sama aku saja." Ibunya Indra pun menyerahkan Ciara ke Dinda.

"Hai cantik, kamu kok gemas sekali." Ucap Dinda pada Ciara begitu bayi itu sudah berada dalam dekapannya.

Begitu menyerahkan Ciara ke Dinda, Ibunya Indra berjalan menjauh untuk menelpon Indra, ia pun paham pasti Dinda tidak nyaman sendiri disini, bagaimana pun ia baru dua kali berkunjung ke rumah Ibunya Indra.

"Boleh Dinda kata Indra, nanti Indra biar jemput Ciara di rumah kamu katanya." Diluar Ekspektasi Ibunya, ternyata Indra malah mengizinkan Dinda.

Ibunya cukup terkejut tapi juga senang karena putranya itu sudah mulai membuka diri dan kembali percaya pada orang lain.

"Ya sudah tante, aku bawa Ciara kerumah saja." Ucap Dinda senang.

"Kamu yakin bisa jaga Ciara sendirian?, maksud Tante Ciara agak rewel loh." Tanya Ibunya Indra, ia sedikit khawatir kalau Dinda kewalahan menjaga cucunya seorang diri.

"Bisa kok Tante, Bayi segemas ini siapa yang tidak betah menjaganya, iya kan Ciara?." Jawab Dinda membuat Ciara tersenyum.

"Kalau begitu Tante ambil barang-barangnya Ciara dulu yah, nanti kamu diantar pulang sama supir." Katanya kemudian.

"Iya Tante."

Ibunya Indra dengan cepat kembali ke kamar untuk merapikan barang-barang Ciara dan memberikannya pada Dinda.

***

Dinda dan Ciara akhirnya berpamitan pada Ibunya Indra, entah keberanian darimana yang didapatkan oleh Dinda sampai berani menjaga Ciara sendirian, padahal ia sama sekali tidak pernah menjaga anak kecil apalagi bayi empat bulan seperti Ciara.

"Dinda pamit yah Tante." Ucap Dinda begitu semuanya sudah siap.

"Hati-hati Dinda, terima kasih sudah mau direpotkan." Jawab Ibunya Indra dan mengucapkan rasa terima kasihnya.

"Iya Tante, Tante juga hati-hati perjalanan ke Surabayanya." Kata Dinda tersenyum tulus.

"Iya sayang."

Dinda pun masuk ke dalam mobil dengan hati-hati karena ia juga menggendong Ciara, setelah duduk dengan aman dan nyaman, supir pun membawa mereka pergi dari sana.

Sepanjang perjalanan, Dinda tidak berhenti membuat Ciara tertawa dengan tingkahnya, usaha Dinda pun tidak begitu sulit untuk membuat Ciara tertawa karena pada dasarnya Ciara memang bayi yang begitu ceria.

Tidak memakan banyak waktu, Dinda sudah sampai dirumahnya, supir yang mengantarnya berhenti tepat di depan rumahnya.

"Terima kasih Pak sudah antar saya sama Ciara." Ucap Dinda pada supir yang mengantarnya.

"Sama-sama neng, sudah jadi tugas saya." Jawab supir tersebut ramah.

Supir itu turut turun dan membantu Dinda membawakan barang-barang Ciara yang lumayan banyak.

***

Akhirnya tinggal Dinda dan Ciara berdua saja dirumah Dinda siang ini, Dinda pun segera mengeluarkan handphonenya dan memotret Ciara yang ia letakkan di baby bouncernya dikamar Dinda.

Setelah itu ia mengirimkan foto Ciara ke Indra untuk mengabari Indra mereka sudah sampai dirumahnya Dinda.

"Terima kasih Dinda, nanti sepulang kerja aku jemput Ciara dirumah kamu, maaf yah merepotkan." bunyi pesan teks Indra yang dibalas dalam sekejap.

"Fast respon juga." Gumam Dinda lalu meletakkan handphonenya di meja setelah membalas pesan dari Indra.

Ia lalu duduk bersimpuh didepan Ciara yang terlihat bosan.

"Kamu bosan yah Ciara?, bagusnya kita ngapain yah?." Tanyanya pada Ciara yang hanya diam menatapnya.

Dengan cepat Dinda meraih salah satu mainan Ciara yang jika digoyangkan akan menghasilkan bunyi yang nyaring dan cukup berisik.

Ciara pun menggerak-gerakkan tangannya seperti ingin meraih mainan itu saat mendengar suaranya.

"Kamu mau?." Tanya Dinda tersenyum melihat reaksi Ciara.

"Ternyata kamu suka main yah." Ucap Dinda memberikan mainan tersebut pada Ciara.

Ciara pun menggerakkan tangannya dengan cepat sehingga suara dari mainan tersebut semakin keras, Dinda hanya menatap Ciara yang tengah asik sendiri.

Lelah bermain, Ciara mulai menangis membuat Dinda yang tadinya menatapnya tenang langsung berubah jadi panik.

"Loh kenapa Ciara?." Tanya Dinda panik ditambah suara tangis Ciara yang semakin keras.

"Aduh kok makin keras sih nangisnya sayang." keluh Dinda bertambah panik, ia pun berlutut di depan baby bouncer Ciara dan berusaha menenangkannya.

"Kamu lapar yah, sebentar." Kata Dinda menebak mungkin saja Ciara sedang lapar.

Ia pun berdiri dan segera mengambil dot dan susu Ciara yang sudah ia letakkan di mejanya tadi.

"Tadi katanya dua sendok lebih sedikit kan yah." Gumamnya mengingat instruksi dari Ibunya Indra tadi.

Begitu selesai Dinda langsung memberikannya pada Ciara, dalam sekejap bayi itu meminum susunya dengan tenang, tangisnya reda begitu saja.

"Ternyata benar lapar." Gumamnya merasa lega Ciara berhenti menangis.

Ada rasa senang dan bangga didiri Dinda saat mampu menenangkan Ciara, tatapan takjub pun terlihat jelas dimatanya saat Ciara meminum susunya dengan begitu lahapnya melalui dot nya.

1
kalea rizuky
lanjut donk
Evi Lusiana
emng d rmh dinda gk ada ART dn satpam ny y kak?
Hasriani: Gak ada kak, Dinda sama Papanya cuma tinggal berdua.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!