Devan, Pemimpin bisnis raksasa ditunangkan dengan Danisa. Seseorang yang berasal dari desa. Orang mengira jika tunangannya yang bernama Danisa itu adalah wanita yang tidak memiliki pendidikan tinggi dan tidak berbudaya, gila, bisu, tidak pantas untuk bersanding dengan Devan yang notabene nya berasal dari keluarga kaya raya lagi terpandang.
Semua tuduhan yang di alamatkan padanya, Danisa terima karena ia juga memiliki suatu misi rahasia. Yaitu mengungkapkan sebuah kasus yang mengorbankan keluarga nya. Danisa yang mendapatkan ilmu bedah turunan sang nenek yang merupakan seorang legenda di dunia kedokteran, sudah berhasil mengoperasi banyak orang hingga sembuh seperti sedia kala. Sampai pada suatu hari diketahui bahwa Danisa sebenarnya adalah orang yang ahli di bidang medis, semua orang langsung tercengang.
Penyamaran yang Danisa lakukan bukanlah tanpa sebab~
IG: @alana.alisha
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alana alisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24: Deringan Handphone Danisa
Devan Ahmad Cakrawangsa, setelah semua tuduhan yang dialamatkan padaku dan semua bukti sudah jelas menunjukkan aku tidak bersalah, apa kamu tidak ingin mengajukan permintaan maaf?
Devan membeku di tempat. Malu, adalah satu-satunya kata yang mampu mendeskripsikan perasaannya saat ini. Bahkan untuk melihat intens wajah tunangannya tersebut Devan tidak mampu.
Raga, yang sudah mengekori Devan sejak awal kejadian hanya bisa menutup mulut dengan kedua telapak tangan menahan ketawa melihat reaksi Devan bak ayam sayur. Sahabat nya itu sama sekali tidak bisa berkutik.
Para polisi telah berhasil meringkus Jihan dan Mila sebagai pelaku utama kejahatan yang melibatkan seorang korban yaitu Ranti Cakrawangsa. Beruntung, Ranti telah melewati masa kritisnya setelah operasi yang dilakukan berhasil.
“Dev, Papa mau ke ruang rawat Mami-mu! Tolong kamu antarkan Danisa pulang!” Titah Manggala. Devan menggeleng.
“Pa, biar Devan saja yang jagain Mami, Papa harus istirahat. Papa sama sekali belum istirahat dari kemarin, apalagi kerjaan di kantor lagi banyak-banyaknya. Nanti kita gantian!” Saran Devan.
“Kekuatan papa ada di mami-mu, Nak! Sudah-sudah… antarkan saja Danisa pulang!” Manggala bersikeras. Devan menghela nafas menyetujui usulan Manggala.
“Dev… Aku ikuttt…” Ucap Raga yang masih tertawa tertahan memegang perutnya melihat tingkah Devan yang tidak bisa berkutik apalagi hanya di hadapan seorang gadis bernama Danisa.
“Noooo!” Devan langsung memegang tangan Danisa menjauh dari Raga.
“Hhhhhhmmpppfff Hahahaha” Raga terus menertawakan Devan hingga sahabat karibnya itu menghilang di balik pintu.
“Hm…” Devan berdehem memecah keheningan. Atas permintaan Danisa, Devan melajukan mobilnya ke perpustakaan.
“Kenapa harus ke perpustakaan? Apa kau punya tugas kampus?”
Aku mau meminjam beberapa buku penting. Setelah itu kita kembali saja ke rumah sakit. Aku akan menemanimu menjaga tante Ranti. Ketik Danisa. Devan terperangah, gadis ketus yang berada tepat di sebelahnya masih memikirkan ibunya padahal keluarga mereka terang-terangan membencinya.
Danisa berkata pada Devan untuk menunggunya di mobil. Gadis ini buru-buru melesat mengambil buku materi yang telah di simpannya untuk operasi besar yang sebentar lagi akan berlangsung. Danisa bertekad untuk menjalankan tugasnya sebaik mungkin.
“Danisa!” Panggil seseorang yang suaranya sudah ia kenal dengan baik.
“Prof di sini?” Danisa melihat ke kanan dan ke kiri.
“Ikut aku!” Prof Daniel mengajak Danisa keluar dari ruang perpustakaan menuju taman.
“Prof tau darimana aku ke Pustaka?” Danisa mengerutkan keningnya saat mereka sudah duduk saling berhadapan.
“Aku membuntuti mobil tunanganmu!” Sahut Prof Daniel.
“Danisa, aku meraba motif lain dari peristiwa kecelakaan yang menimpa ibunya Devan!” Lanjut prof Daniel yang sukses membuat Danisa mendongakkan kepalanya.
“Motif lain?”
“Ya, Aku merasa ada motif lain yang lebih dari sekedar menjebakmu agar kau dan Devan tidak jadi menikah! Kau harus berhati-hati!” Prof Daniel menjentik-jentikkan tangannya ke atas meja.
“Aku merasa Jihan memiliki penggerak. Ada yang memonitori gerakannya. Dan ini semua ada sangkut pautnya dengan peristiwa beberapa tahun silam yang menimpa keluargamu!” Danisa terenyak. Ia berpikir keras.
“Tapi Jihan sekarang di penjara, Prof!”
“Aku hanya menyarankanmu untuk lebih berhati-hati. Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi! Lihat lah ini! Aku menemukan nya baru-baru ini saat melakukan penyelidikan atas kasus yang nenek titahkan!” Prof Daniel menyodorkan sebuah rekaman. Nenek yang dimaksud adalah neneknya Danisa.
Jihan, dendam lama tidak akan pernah berakhir sebelum semua terbalaskan! Kita harus bergerak cepat menyatakan perang! Kalimat-kalimat yang terucap dari tape recorder memenuhi pendengaran Danisa.
“Ini suara siapa prof?!”
“Entahlah, suara yang terdengar serasa tidak asing! Tapi entah mengapa firasatku mengatakan dengan kuat bahwa Jihan dan orang yang berada di dalam rekaman ini memiliki kepentingan terselubung bukan sekedar kejahatan biasa dan ini semua berhubungan dengan keluargamu!” Tukas Prof Daniel membuat catatan PR Danisa bertambah.
Sreegg.
Seseorang dari arah belakang tiba-tiba memegang pundak Danisa.
“Apa kita sudah bisa ke rumah sakit sekarang?!” Danisa terperangah. Ternyata Devan menghampirinya. Pemuda tersebut melayangkan tatapan tajam ke prof. Daniel. Danisa langsung mengangguk dan mengisyaratkan pada prof Daniel untuk berbicara di lain waktu.
Gadis cantik ini langsung berjalan mengikuti langkah Devan arah parkir. Namun beberapa langkah melangkahkan kaki, Devan berbalik arah menghampiri Prof Daniel.
“Aku belum memperkenalkan diriku padamu. Aku adalah Devan, tunangan dari Danisa Maria Anna!” Devan berbisik dengan menekankan setiap kalimatnya. Prof Daniel menanggapinya dengan senyuman hambar. Setelah mengatakan hal ini, Devan berlalu menarik tangan Danisa untuk segera menjauhi prof Daniel.
“Sudah berapa kali kukatakan untuk jangan cari masalah selama status kita masih bertunangan!” Hardik Devan menggiring Danisa merapat ke tembok. Ia mengunci gadis ini dengan kedua lengannya. Danisa terperangah.
“Sudah ku katakan untuk tidak menjalin hubungan dengan pria manapun! Kalau kau masih seperti ini, aku tidak segan-segan……” Devan menjeda kalimatnya. Ia berbicara dengan netra mereka yang saling bertemu.
“Aku tidak segan-segan….” Danisa menanti jawaban Devan.
“Aku tidak segan-segan mengadukan mu pada kakek untuk membatalkan pertunangan kita!” Ancam Devan. Ia jadi kikuk melihat Danisa yang terus Menatapnya. Danisa mengerutkan kening atas kalimat yang pemuda tersebut lontarkan.
“Hmh…” Devan berdehem canggung. Ia menarik diri menjauh dari Danisa.
“Ayo ke rumah sakit!” Titah Devan. Ia melangkah ke tempat parkiran. Danisa hanya bisa menggelengkan kepalanya atas tingkah tunangannya tersebut.
***
Rumah Sakit Ramayana
“Kamu sudah kembali, Dev?” Manggala melihat Devan memasuki ruang rawat inap bersama Danisa.
“Danisa ingin ikut menemai Mami, Pa!”
“Baiklah… Mami mu lagi tidur, Ranti telah melewati masa kritisnya. Kini ia dalam masa penyembuhan. Papa pulang sebentar. Nanti malam papa akan kembali!” Ucap Manggala mengecup puncak kepala istrinya penuh kasih. Devan mengangguk. Sebelum keluar, Manggala menepuk ringan puncak kepala Danisa untuk berpamitan dengan calon menantunya. Tak lupa beliau memberikan senyum. Setelah itu Manggala menghilang dibalik pintu.
Devan dan Danisa memilih untuk duduk di ruang tamu yang terdapat dalam kamar VIP. Mereka menepi karena tidak ingin menganggu tidur nyenyaknya Ranti.
Devan menatap Danisa dengan wajah kusut. Memergoki tunangannya dengan seorang pria membuat moodnya berubah total. Gadis itu tidak sadar akan tatapan Devan yang begitu mengintimidasi. Ia hanya sibuk memainkan handphone nya. Danisa sendiri tengah membalas pesan-pesan penting yang memenuhi layar kacanya. Tidak hanya satu, Danisa memakai beberapa handphone.
“Dari tadi, Apa yang kau lakukan dengan handphone mu?” Tanya Devan ketus. Pemuda itu penasaran sebab Danisa tidak berhenti memainkan handphone-nya dan Devan merasa terabaikan. Gadis tersebut menoleh. Ia menujukkan salah satu handphone-nya. Pada
layar tersebut terdapat permainan Game.
Drrrdtttt Drrrrttttt
Tiba-tiba Handphone Devan berbunyi. Raga menelpon. Devan langsung mengaktifkan loudspeakernya.
“Dev, aku akan menunjukkan sesuatu yang spektakuler padamu!” Raga bicara dengan penuh semangat. Danisa yang mau tidak mau ikut mendengar apa yang Raga katakan, menjadi tertarik
untuk menyimak pembicaraan mereka.
“Sesuatu spektakuler”
“Ya… Aku akan menunjukkan sebuah video padamu! Apa aku boleh masuk ke ruangan tante Ranti? Apa aku akan menganggunya?!” Tanya Raga ragu.
“Masuklah!” Titah Devan penasaran. Ia melihat ibunya masih terlelap. Mereka berada di ruangan VIP layaknya sebuah apartemen yang memiliki ruang tamu juga ruang makan.
Driiiit
Pintu terbuka.
“Dev, lihat-lah ini!” Raga menghampiri Devan dengan mata berbinar. Ia menunjukkan sebuah video.
“Ini video operasi yang dokter hebat Dan Ara lakukan untuk tante Ranti!” Seru Raga setengah berbisik. Namun suaranya mampu di jangkau oleh Danisa yang berada di dekat mereka. Video tersebut berisi tentang operasi hebat yang dokter Dan Ara lakukan untuk Ranti. Gerakan yang dokter tersebut lakukan benar-benar luar biasa.
“Wow, Amazing!” Gumam Devan mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Coba kau telepon dokter Dan Ara! Aku ingin mengucapkan terima kasih pada nya. Raga mengangguk. Ia mulai melakukan panggilan. Di saat bersamaan handphone Danisa yang satunya berdering. Gadis merutuki kecerobohan nya karena lupa mematikan nada dering pada handphone-nya.
Kring Kring Kring.
Deg.
“Tidak di angkat Dev!” Seru Raga.
“Panggilannya masuk kan?!” Raga mengangguk. Ia menelpon ulang.
Kriiing Kriiing Kriiing.
Handphone Danisa kembali berdering bersamaan dengan panggilan yang Raga lakukan. Mereka melakukan hal tersebut berulang-ulang. Sampai Devan menyadari handphone tunangannya juga sedari tadi ikut berdering. Handphone tersebut berdering tanpa Danisa berniat untuk mengangkatnya.
***