Malam tragis, telah merenggut masa depan Zoya. Menyisakan trauma mendalam, yang memisahkannya dari keluarga dan cinta.
Zoya, mengasingkan diri yang kembali dengan dua anak kembarnya, anak rahasia yang belum terungkap siapa ayahnya. Namun, siapa sangka mereka di pertemukan dengan sosok pria yang di yakini ayah mereka?
Siapakah ayah mereka?
Akankah pria itu mengakuinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amarah Lusi
Ardian tersenyum, menatap pipi Zoya yang berubah warna seperti merah jambu setelah berciuman tadi. Zoya, yang tidak sanggup menahan malunya berlalu pergi meninggalkan Ardian.
Suasana bahagia terlihat jelas di wajah mereka, apalagi Ardian yang tidak bisa berhenti tertawa.
“Wajahnya bersemu merah, kenapa dia harus malu,” ujar Burhan, yang keluar dari balik pohon.
Ardian, berbalik yang terkejut melihat Burhan. Ekspresinya seperti penjahat yang kepergok melakukan tindakan kriminal.
“Dari kapan kamu di situ Burhan? Kamu melihat semuanya?” tanya Ardian, dengan rasa takut.
“Sejak tadi, sejak ….”
Ardian, langsung membekap mulut Burhan, sambil celingukkan ia melepas bekapan itu.
“Seharusnya kamu jangan lihat. Lupakan!”
“Lupakan apa? Maksudmu ciuman.” Kata Burhan dengan tawa.
“Ah,” gumam Ardian, yang sedikit kesal kepada Burhan. Namun, Burhan terlihat santai yang menanggapinya dengan lelucon.
“Santai saja, aku sering melihatnya. Di sini ada banyak perwira bercinta, justru aku senang, tempat ini menjadi tempat yang dipilih untuk menguraikan kasih sayang. Pak Letnan, ternyata kamu pemalu juga … haha!”
“Hei, Burhan!”
Sambil menggerutu Ardian mengejar Burhan. Di tempat lain, Zoya sudah tiba di dalam tenda, nafasnya terengah-engah dengan tangan kiri yang menyentuh dadanya. Sejenak, Zoya kembali teringat ciumannya dengan Ardian, detik itu juga ia menggeleng—membayangkan bagaimana dia dulu membenci seorang Ardian karena yang sudah menghancurkan masa lalunya.
Zoya, menatap tangan kirinya yang terpasang jam tangan kulit yang Ardian berikan. Sedetik, senyumnya merekah. di saat orang menjadikan barang mewah sebagai mahar pernikahan tetapi tidak dengan Zoya, yang mendapatkan jam tangan lusuh sebagai maharnya. Namun, benda itu sangat berarti dan spesial baginya.
“Kamu senang?”
Sontak Zoya terkejut, yang menoleh ke belakangnya ternyata Liodra yang bicara demikian.
“Liodra, kamu mengagetkanku saja.”
Liodra, tersenyum sambil melangkah masuk ke dalam tenda. Ia duduk di atas bangku kosong depan Zoya.
“Bagaimana kamu bisa sampai di sini Liodra?” tanya Zoya, mendekati Liodra. “Apa kamu tahu Ardian akan menikahiku?”
“Aku, hanya mencemaskanmu Zoya. Ketika Ardian membawamu pergi perasaanku tidak tenang, sebab aku tidak pernah melihat Ardian semarah itu.”
“Kamu pikir Ardian, marah padaku?”
“Bukan itu, Ardian marah karena Lusi, karena kabar pernikahannya. Lalu, Miko berkata Ardian bisa melakukan apa saja saat marah. Tentu, saja aku sangat cemas,” ungkap Liodra dengan ekspresi cemasnya.
“Aku ajak saja Miko untuk mengikutimu. Dan setelah tiba di sini, kami diberi kejutan tentang pernikahan kalian. Aku suka cara Letnan Ardian yang gercep, ia tidak pikir-pikir dulu yang langsung ijab kabul.”
Liodra, tertawa lagi mengingat peristiwa tadi. Tapi Zoya, dia merasa gelisah yang memikirkan bagaimana menjelaskannya kepada Lusi, dia pasti marah besar setelah mengetahui pernikahannya dengan Ardian.
“Apa yang kau pikirkan, Zoya?” tanya Liodra menggenggam tangan Zoya.
Zoya, menatap temannya dengan sendu. Sambil menunduk ia berkata, “Aku bingung juga takut Liodra, bagaimana setelah ini, apa mereka yang membenciku semakin benci. Dan mereka yang menganggapku hina semakin menghinaku. Bagaimana dengan dr. Lusi?”
“Zoya ….” Liodra mengusap lembut punggung tangannya. “Setiap hubungan pasti ada ujiannya. Aku yakin kamu dan Ardian pasti bisa menghadapi cobaan ini. Untuk dr. Lusi … biar itu menjadi urusannya Ardian. Dan … jangan pedulikan mereka yang menghinamu.”
Zoya, terdiam. Ia merasa terharu dengan saran sahabatnya itu.
Ardian dan Zoya akhirnya kembali ke Qodroh. Kabar cukup cepat tersebar, padahal tidak ada yang tahu selain dirinya juga Liodra tetapi semua orang yang ada di tempat itu mengetahui pernikahannya.
Ardian dan Zoya menjadi pusat perhatian ketika tiba. Ada yang memandang remeh, jijik, tidak suka, itulah yang Zoya lihat dari pandanganya.
“Aku akan bicara dengannya,” kata Ardian, menurunkan tangannya yang melepas genggamannya pada Zoya.
Pandangannya menatap lurus ke arah Lusi yang berdiri di depan sana. Suasana mulai memanas ketika Lusi menatap keduanya penuh amarah. Lusi, berlalu pergi saat Ardian mulai mengikutinya.
Ardian menghela nafas, lantas berjalan mengikuti Lusi yang menjauh dari barak. Lusi, menunggu Ardian di belakang gedung roboh sisa-sisa pengeboman. Di antara puing-puing itu Lusi, menangis — menyayangkan perbuatan Ardian padanya. Sesakit inikah dikhianati, padahal Lusi mencintainya dengan tulus.
“Lusi … Lusi aku ….”
“Kenapa? Kenapa kamu tidak pernah mengerti perasaanku Ardian. Di saat undangan pernikahan kita sudah tersebar, kamu memilih menikahi dokter itu dibandingkan aku. Kamu sadar tidak, jika kamu sudah mempermalukan aku! Kamu merendahkanku demi wanita itu.”
Ardian, masih diam. Dia berusaha tenang dan berbicara pelan.
“Lusi aku ….”
“Apa? Apa karena dia sudah melahirkan benihmu? Jika memang karena itu … sekarang juga lakukan Ardian, lakukan! Lakukan padaku … hamili aku sekarang juga, jika memang itu caraku agar bisa menikah denganmu!”
“LUSI!” bentak Ardian.
Nada tinggi yang seharusnya bisa Ardian tahan, tapi tingkah Lusi yang memaksanya, memeluknya dan menariknya agar menggauli wanita itu, membuatnya marah. Lusi sudah merendahkannya dan merendahkan Zoya, yang menganggap Ardian menikahi Zoya karena rasa tanggung jawab perihal malam itu.
“Apa kamu belum sadar juga Lusi, sudah aku katakan sebelumnya aku tidak akan bisa menikah denganmu. Dan kamu, bermain api sendiri, kamu umumkan tanggal pernikahan yang sudah kamu rencanakan, dan aku sudah katakan kemarin inilah kejutanku. Karena kamu tidak pernah mendengarkanku, kamu yang menyalakan api dan kamu yang harus memadamkannya.”
“Apa kamu sengaja membuatku malu Ardian?” Lirik Lusi, pada Ardian. “Bagaimana bisa kalian menikah tanpa wali? Jika kamu keras kepala, aku juga bisa lebih keras kepala darimu Ardian. Kamu pikir pernikahanmu dengan Zoya bisa membatalkan niatku? Pernikahan kita tetap akan berlangsung walau kalian sudah menikah.”
“Aku akan mendaftarkan pernikahanku setelah pulang nanti,” ucap Ardian tak ingin kalah.
“Mengalahlah Lusi, kamu bukan mencintaiku tapi kamu terobsesi padaku. Lebih baik kita sudahi sandiwara selama ini, dan carilah laki-laki yang lebih baik dariku.”
Ardian, pergi setelah mengatakan itu..Lusi, semakin terisak yang menjerit di tengah-tengah reruntuhan. Tidak hanya Lusi, yang patah hati, Radit juga merasakan hal yang sama. Di saat ia ingin memulai kembali hubungannya dengan Zoya, seseorang sudah hadir menggantikannya.
Jika semua orang menganggap pernikahannya dengan Mika, sangat bahagia … itu bohong. Radit, tidak pernah mencintai Mika bahkan sampai detik ini. Lalu, bagaimana dengan Alea? Bagaimana Alea bisa lahir tanpa cinta.
Alea, adalah anugerah dalam hidupnya. Walau pada awalnya kehadiran Alea tidak diinginkan. Radit, yang pada saat itu tengah mabuk tidak sadar jika yang dilihatnya adalah Mika.
Mika, yang menyambutnya di rumah, membantunya jalan saat sempoyongan dan Mika yang menidurkannya. Akan tetapi cintanya pada Zoya, membutakan penglihatannya, yang entah kenapa pada saat itu wajah Zoyalah yang terlihat sehingga Radit, menggauli Mika untuk pertama kalinya setelah menjadi istri.
Dan sampai detik ini Radit tidak pernah menyentuhnya lagi. Pernikahan Mika dengannya bagai sayur tanpa bumbu, yang terasa hampa tanpa cinta. Mereka, hanya akan berbicara perihal Alea, dan Radit sangat menyayangi Alea.
“Apa kau akan menyerah begitu saja?” seruan Radit mengejutkan Lusi. Tangis Lusi berhenti, yang langsung menoleh ke arah Radit di belakangnya.
Radit mendekat yang berdiri di samping Lusi. Pandangannya menerawang yang menatap lurus ke depan.
“Apa yang harus kita lakukan?” tanya Radit, melirik Lusi.
berharap banyak part 🙏
smoga karmax kna ankx dokter goblok titisan iblis tu, bkin hidupx hancuuuurrrrr
hanya pentetang petenteng bangga dgn pangkat tp klakuan ky binatang.
smoga adrian tdk mo nikahi dokter ja***ng tu, yg sifatx g beda dgn bp nya ky binatang.
plagi laki" tua ortux adrian smoga cpt mati sj kna karma ulahx yg egois n smoga si kembar g mo akui sbgai kakekx lg biar tobat bkin hidup dua org laki" tua ni sengsara n dokter ja***ng yg sok berkuasa tu jg bkin pecat dr RS t4 krjax thooorrrr....