NovelToon NovelToon
Cinta Sang Jurnalis

Cinta Sang Jurnalis

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Contest / Romansa Modern / Pernikahan Kilat / Tamat
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.6
Nama Author: NL choi

Gadis cantik bernama Kirei Fitriya Tsabita berprofesi sebagai jurnalis di sebuah media televisi swasta.

Cita-citanya lahir lewat tangan ayahnya yang juga seorang wartawan senior. Ayah baginya idola, cinta pertama dan kiblatnya. Hingga peristiwa yang menyebabkan ayahnya meninggal ia membulatkan tekad melanjutkan cita-citanya. Sebuah cita-cita sederhana berkat kekaguman seorang anak terhadap ayahnya.

Ternyata cita-cita sederhana itu membuatnya kalang kabut saat ia ditunjuk menjadi jurnalis lapangan divisi news program menggantikan rekannya yang resign. Meliput kejadian di luar dugaan program 'Telusur Peristiwa' dan harus menghadapi atasan yang ia juluki makhluk aneh dan sok menyebalkan.

Belum lagi harus berhubungan dengan Wadir Reskrimsus terkait beberapa kasus liputannya. Yang mana mengantarkannya pada 'pernikahan' yang tak disangka-sangka.

Apakah 'pernikahan' itu mampu menghadirkan cinta?
Setelah kenyataan di depan mata, orang-orang terkasihnya ternyata terkait dengan kejadian kematian ayahnya.

Follow ig : enel_choi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NL choi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Terpesona

...22. Terpesona...

 

Kirei

Satu minggu telah berlalu sejak pernikahan mereka. Setiap pagi mereka berangkat bekerja secara bersama. Dengan catatan masih tinggal di apartemen yang berbeda.

Dan di minggu pagi ini ia harus ikut kegiatan suaminya. Olahraga bersama keluarga besar Polda di halaman Mapolda Jateng. Yaitu diikuti seluruh jajaran keluarga besar Polda Jateng baik yang masih aktif maupun yang sudah purnawirawan dalam rangka HUT Bhayangkari.

Sesuai kesepakatan gadis itu terpaksa datang. Meski biasanya ia lebih memilih menghabiskan weekend berleha-leha di atas kasur. Sambil menonton film. Sebab baginya weekend adalah me time.

Tapi pagi ini jam 7 ia sudah berbaris rapi bersama ibu-ibu Bhayangkari lainnya. Yang notabene hampir keseluruhan ia tak kenal dan mereka juga tentu tidak mengenalnya.

Hanya Ibu Sisilia yang tak lain istri pak Banuaji yang ia kenal dengan baik.

“Mbak Kirei ... mari saya kenalkan dengan ibu-ibu di Ditreskrimsus,” ucap Sisilia.

Ia hanya mengangguk, lalu mengekori Ibu Sisilia.

“Ibu-ibu ... mohon perhatiannya sebentar,” ujar Ibu Sisilia sambil bertepuk tangan pada sekumpulan ibu-ibu yang sedang beristirahat setelah senam bersama. Ada yang sedang duduk lesehan, berdiri dan jongkok. Kini mereka berdiri.

Mereka mengalihkan perhatian padanya dan Ibu Sisilia.

“Kenalkan,“ tunjuk Ibu Sisilia padanya, “Ibu Kirei istri dari Pak Danang Direktur kita.”

Ia membungkuk sopan, menangkupkan tangan di dada. Sebab tak mungkin ia menyalami satu persatu dari mereka yang jumlahnya mungkin puluhan.

“Saya Kirei ....” Dengan tersenyum memperkenalkan diri.

Ibu-ibu tadi menyambutnya dengan ramah.

“Baru nikah ya, Bu?” tanya salah satu ibu-ibu yang berjilbab hitam.

“Ya, Bu ....”

“Selamat, ya, Bu” ucap ibu tadi, “saya Riani istri Pak Rendi”

“Saya Ranti istri Pak Farid,” ucap ibu-ibu berkerudung merah.

Ia mengulas senyum.

Bergabung dengan ibu-ibu Bhayangkari ternyata tak semenjemukan seperti yang dibayangkan. Meski perbincangan tak jauh dari suami, anak dan kegiatan mereka.

Usianya paling muda di antara yang lain tak membuatnya sombong. Meski sebagai istri pimpinan.

Justru ia merasa rendah diri. Sebagai istri anggota kepolisian ia belum bisa terjun langsung aktif kegiatan. Sebab ia punya pekerjaan yang mengharuskan tak bisa meninggalkannya. Terkecuali weekend seperti ini yang kebetulan juga ia sedang off liputan.

“Mbak Kirei di cari Bapak,” ucap laki-laki yang mendekatinya.

Ia sempat bertanya pada Ibu Sisilia lewat isyarat mata.

“Dia Rendra. Sekpri Pak Danang.”

Lalu ia mengangguk, berpamitan dengan rombongan ibu-ibu tadi sekaligus Ibu Sisilia.

 

***

Danang

Gadis itu berjalan menuju ke arahnya. Ia melempar senyum saat sudah dekat dengannya. Manis.

“Kenapa, Mas?” tanya Kirei yang sudah berdiri di sampingnya.

“Kenalkan ini Pak Agus ... Kapolda. Dan ini Ibu Iren istri beliau sekaligus ketua Bhayangkari Jateng”

Kirei membungkuk sopan serta mengulurkan tangan, “Kirei ....” Menerbitkan senyum pada sepasang paruh baya di hadapannya.

“Maaf Om, karena baru sekarang saya bawa ....” Ungkapnya.

Pak Agus manggut-manggut, “Pagi-pagi bangunin orang cuma gara-gara ini, Mah ....” Seloroh Pak Agus pada istrinya.

Gadis itu tersenyum canggung, sedang ia terkekeh.

“Jangan-jangan kamu lupa mengenalkan istrimu sama papa-mama di Surabaya, Nang?” tukas Pak Agus bisa menebak isi kepalanya.

Ia menyengir kuda sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Kini giliran Ibu Agus yang geleng kepala, “Nang ... Nang ... kebiasaan. Mamamu pasti marah besar, pernikahan kok dibuat main-main. Mana mereka gak tahu lagi”

“Ya, Tante ... rencana sebenarnya minggu ini mau bawa ke Surabaya. Tapi—“

“Wes sana ... saya kasih waktu tiga hari. Temui papa mamamu dulu” sergah Pak Agus.

“Selamat bergabung yaa, Mbak. Selamat datang di organisasi Bhayangkari. Semoga pernikahan kalian sakinah, mawadah, warrahmah ....” Ucap Ibu Agus merapal doa untuk mereka.

“Terima kasih, Bu” sahut Kirei.

“Nang ... suruh Rendra ambil kado di mobil.” Tandas Pak Agus sebelum mereka meninggalkannya dan Kirei.

“Siap, Komandan!” disertai hormat mengangkat tangan membentuk sudut 90 derajat dan di tekuk 45 derajat, jari-jari merapat dan diletakan di pelipis mata kanan.

“Terima kasih ....” imbuhnya.

Mereka kembali berpisah, sebab Kirei harus ikut ke stand bazar pembagian sembako murah.

Gadis itu mengenakan topi merah. Peluh membanjiri pelipisnya sebab matahari sudah merangkak naik. Ditambah suasana yang terik. Berkali-kali gadis itu menyeka keringatnya.

Ia hanya bisa memandang dari kejauhan.

Terpesona....

Aku terpesona

Memandang (mandang) wajahmu yang manis

Terpesona....

Aku terpesona

Menatap (menatap) wajahmu yang manis

-Samuel Takatelide-

Yel-yel yang dikumandangkan siswa Bintara menggema di indra pendengarannya.

Ia pun tersenyum.

**

Kirei

Menjelang siang mereka telah sampai di apartemennya.

“Hari ini jadi pindahan, kan?” tanya laki-laki itu.

Ia mengangguk.

“Mas Danang mandi aja duluan. Aku beresin sedikit lagi barang-barang,” sahutnya seraya mengangsurkan handuk bersih padanya.

Danang telah masuk dalam kamar mandi, ia bergegas menuju mini bar. Di sana tersimpan kulkas kecil. Ia membuka kulkas itu, mengambil sebotol air dingin dan meneguknya beberapa kali.

“Segarrrrr ....” Gumamnya.

Lalu membuka koper yang masih kosong, mengisinya dengan barang-barangnya yang sudah ia kumpulkan.

Kini tiga koper ukuran sedang sudah siap angkut. Ditambah tas jinjing.

Rasanya berat meninggalkan apartemen yang sudah satu tahun menemaninya. Banyak suka duka selama tinggal di sini.

Ia memandang kota Semarang dari jendela. Jalanan yang padat ramai tak menyurutkan para pengendara untuk bepergian. Padahal cuaca sangat panas menyengat.

“Sudah selesai?” tanya laki-laki itu yang sudah keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah dan tetesan air masih menetes membasahi lehernya.

“Mas Danang gak bawa baju ganti?” tanyanya.

“Ada di mobil”

“Terus kenapa itu masih basah rambutnya? Kan bisa dikeringin pake handuk”

“Percuma donk udah mandi tapi gak ganti baju!” imbuhnya lagi dengan ketus.

Laki-laki itu justru mengulum senyum.

“Iih ... jorok!” semburnya kesal. Diberi tahu malah ketawa pikirnya.

“Mana yang mau dibawa? Ini semua?” tunjuk Danang pada tas yang sudah dikumpulkan di dekat sofa.

“Sekalian mau ambil baju di mobil.”

Tapi ia tak menjawab, lebih memilih masuk kamar mandi. Sebab ia sudah gerah. Menghidu aroma sendiri. Bau kecut.

Menyerahkan kunci apartemen pada penjaga di lobi, berpamitan dengan Pak Wira yang selama ini baik padanya.

“Sedih lho, Mbak Rei pindah hunian. Padahal Mbak paling baik dan perhatian ....” Ucap Pak Wira saat ia berpamitan.

Jelas saja, ia sering berinteraksi dengannya. Sering memberikan oleh-oleh jika mendapat liputan di daerah. Apa lagi kalau habis mudik dari Solo. Spesial keripik welut (belut) kesukaan pak Wira tak pernah absen.

“Masih bisa jumpa, Pak. Kan pindahnya di sebelah aja” tukasnya.

Memang betul, apartemen yang akan ditempati bersama Danang tak jauh dari apartemen lamanya.

“Tapi kalo Mbak Rei gak betah di sana boleh ke sini lagi kok. Nanti saya yang bilang sama Ibu Vanes”

Ia terkekeh. Ibu Vanes adalah manager pengelola apartemen.

“Aman, Pak. Saya pamit ya,” ucapnya. Dengan menjabat tangan Pak Wira.

Mobil yang dikendarai Danang melaju membelah jalanan kota dengan kecepatan sedang.

“Kita cari makan dulu gimana? Soalnya ....”

“Take away aja ya,” sahutnya cepat. Ia sedang malas. Ingin segera cepat sampai, membereskan barangnya.

Laki-laki itu menjawab, “Okay”

Setelah tiba di unit apartemennya, laki-laki itu menekan passcode. Terdengar bunyi ‘bib’ dan ia mendorong pintu.

“Passcode-nya tanggal pernikahan kita”

Hah? Itu artinya tanggal lahirnya juga. Gercep banget ganti passcode. Batinnya mencibir.

Ia sedikit mengedar pandangan ke sekitar. Apartemen ini lebih luas mungkin bisa dibilang dua kali luasnya dari apartemen lamanya.

“Kamu tidur saja di kamar utama. Biar aku yang—“

“Gak ... gak! Saya yang tidur di kamar tamu,” tukasnya cepat, “saya di sini numpang ....” Imbuhnya.

Laki-laki itu mengedikkan bahunya. Pasrah. Masuk dalam kamarnya.

Sementara gadis itu mengeluarkan barang-barang dalam kopernya lalu ia simpan dalam lemari tiga pintu. Ukuran kamarnya memang lebih kecil. Dan hanya berisi ranjang beserta lemari saja.

Setelah beres merapikan barang-barangnya. Gadis itu berniat untuk makan sebab perutnya sudah keroncongan.

Ia terlihat mondar-mandir bak setrikaan. Mencari sosok Danang. Dapur dan ruang tengah sepi. Hanya kamar utama yang belum ia periksa.

Namun ia ragu untuk mengetuk pintu.

Sayangnya, perutnya sudah tak bisa diajak kompromi lagi. Terpaksa ia mengetuk beberapa kali pintu kamarnya. Nihil, tak ada jawaban dari dalam.

Hingga ia membuka handle pintu yang ternyata tak terkunci. Ia melongok, ke dalam. Suasana kamar bernuansa monokrom abu-abu. Korden senada yang sengaja tidak dibuka, menambah suasana temaram meski di luar cuaca terang.

Ia memberanikan diri masuk lebih dalam.

Ia tercenung sejenak menatap foto pernikahannya yang menggantung di atas headboard. Lalu pandangannya beralih pada laki-laki yang tengah berbaring miring memeluk guling. Bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek.

Bersusah payah ia menelan salivanya. Berusaha menguasai pikirannya.

Ini hal biasa. Seperti saat dirinya melihat Ken yang bertelanjang dada.

Sekali lagi ia berusaha menetralkan degup jantungnya. Sembari melangkahkan kaki mendekati ranjang.

“Mas ....” Ucapnya lirih.

Laki-laki itu bergeming. Dengkuran halus menandakan ia tengah tertidur.

Ia berniat untuk keluar saja, membiarkannya tidur lebih lama.

Namun saat tangannya kembali menyentuh handle pintu, ia berbalik badan.

Pikirannya bimbang.

Ia sengaja membuka lebar korden, membiarkan cahaya bebas masuk. Dan ternyata cara jitu tersebut membuat laki-laki itu terusik dari tidurnya, mengerjap-ngerjapkan mata, menghalau silau.

“Sorry ... Mas. Aku ganggu tidur kamu, yaa?” Ucapnya tanpa merasa bersalah.

“Sudah sore jam setengah empat. Kita makan dulu, yuuk!” Ajaknya mencoba menghilangkan kecanggungan.

“Kamu sudah beres?” tanya Danang dengan posisi sudah duduk di pinggir ranjang.

“Sudah. Aku tunggu di meja makan.”

-

-

Terima kasih yang sudah mampir membaca dan memberi dukungan...yaa! 🙏

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1
Vie ardila
Luar biasa
chika aprilia zubaidah
kata2 i don't care, jd inget mama nya raymond chin😁
Anjas Badat
baca yang ke 2 kalinya ..
Nafisa nur Aulia
Kecewa
Nafisa nur Aulia
Buruk
🌻nof🌻
bab 15 ini 😭😭😭😭
🌻nof🌻
pityan deh you🤣
🌻nof🌻
anaknya kayak gimana ya?🤣🤣🤣
Ida Ayu Utami
Luar biasa
Ei_AldeguerGhazali
Beneran sih baca novel ini bikin betah, banyak ilmu yg di dapat, banyak hikmah yg bisa dipelajari. Hidup memang harus legowo. Makasi kak author semoga bisa berkarya terus dan makin sukses. Salam dr warga semarang 🥰
Ei_AldeguerGhazali
Ada yg datang dan pasti ada yg pergi, Rip bappu dan nenne
Ei_AldeguerGhazali
Horee yg dinanti datang juga🥰
Ei_AldeguerGhazali
Baru kali ini tertarik bgt baca cerita tentang jurnalis, dan pas bgt ada berita kecelakan jurnalis, kameramen & kru tvone yg kecelakaan di tol pemalang hari ini, langsung tbtb keinget novel ini. Nyesek bgt ternyata jadi jurnalis dan kameramen ngga semudah yg dikira orang”. Berdoa semoga korban meninggal di terima disisiNYA 🙏🏻
Ei_AldeguerGhazali
Ampun dah pesona kirei, aldi aja belum selesai move on nya ini udah ada lg ganjar wkwk 🤣
Ei_AldeguerGhazali
Seru bgt punya kakak kyk ken 😍
Ei_AldeguerGhazali
Pengangguran borjuis beneran mah ini sih rei 🤣
Ei_AldeguerGhazali
Ngakak bgt lihat tingkah ken setelah dpt warisan 🤣
Ei_AldeguerGhazali
Mas ken mah ngga nolak 😁
Ei_AldeguerGhazali
Wkwk dpt warisan ya ken🤣
Ei_AldeguerGhazali
Jadi inget mama niar sm papa setyo🥹
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!