Novel ini menekankan pada janji yg dibuat sebagai dasar pengungkit,
bisa karna janji yg tidak ditepati atau karna ungkapan rasa yg tidak diterima karna janji tersebut
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nova Sarii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Fikri banyak diam dan melamun sejak kepergian papa, begitupun juga dengan Silvi, kalau libur kerja dia lebih memilih berdiam diri di kamar, sedangkan Nayla dia berusaha untuk kuat dan terlihat baik-baik saja di depan adek-adeknya.
Hari ini Nayla dan Ami mengikuti pengajian yg jaraknya dua jam dari rumah, acaranya dimulai jam delapan pagi, kami pergi menggunakan kereta api yg berangkat jam enam pagi. (Sudah siap Nay?) Ami menghampiri Nayla yg lagi memakai jilbab. (dikit lagi Mi) (kita sarapan di atas kereta aja ya nanti ketinggalan kereta) ucap Ami lagi.
Kami ke stasiun menggunakan motor dan motornya ditinggalin di stasiun. (aman kan bang?) tanya Ami memastikan. (aman kok kak) jawab si abangnya. Kami buru-buru ke dalam karna kereta sudah datang, kami memperlihatkan bukti tiket kepada petugas lalu kami mencari gerbong dan tempat duduk.
(Alhamdulillah ya kita gak ketinggalan) kata Ami merapikan jilbabnya. (gak kebayang juga kalau kita terlambat mau di kejar kemana coba hehe) ujar Nayla.
Mereka bercanda dan mengobrol sembari melihat pemandangan pagi dari atas kereta, (Oh ya sarapan yuk) Nayla membuka tasnya mengeluarkan roti dan minuman, Ami juga melakukan hal yg sama.
(Nanti kita beli jilbab yuk Mi) (Boleh, nanti temanin aku beli buku ya Nay) (oke ukhti hehe) Ami mencubit Nayla, (aww sakit ukhti hehehe) Kami sudah turun dari kereta dan berjalan menuju mesjid tempat acara. (kita terlambat Mi, acaranya sudah dimulai) (belum mulai Nay masih sholawatan sembari menunggu ustadz nya datang) kami memasuki mesjid dan di dalam sudah ramai, kami duduk di bagian belakang karna di depan sudah penuh, (di atas apa di sini saja Mi? (Di sini saja Nay malas di atas) kami duduk dan ikut sholawatan. Sudah jam sembilan acaranya belum dimulai, (Mi, aku beli minum ya keluar) (ok Nay aku tunggu di sini ya kalau kita pergi berdua tempat duduk kita diambil orang) Nayla berdiri dan keluar untuk membeli minuman.
Tiga puluh menit Nayla balik dengan membawa minuman dan makanan, (kok lama Nay, kamu nyasar? hee) (emang aku anak kecil yg nyasar wkwkwkwk, aku mutar-mutar nyari orang jualan, eh ternyata yg jualan dekat kita jalan tadi hehe) Ami mengambil minuman dan membuka tutupnya, ustadzah yg akan mengisi pengajian sudah memasuki mesjid. Kami mendengarkan pengajian sampai selesai, jam dua belas siang acara selesai, (kita sholat di sini kan Nay?) (ya Mi habis sholat kita cari tempat makan ya) Kami mengambil wudhu dan sholat dzuhur berjamaah. Setelah melaksanakan sholat berjamaah kami istirahat sejenak, habis istirahat kami mencari tempat makan untuk mengisi perut kami yg sudah kosong. Kami berjalan mencari tempat makan, kami melihat tempat makan, (kita makan di sana saja Nay?) kata Ami melihat ke seberang jalan, Nayla juga ikutan menoleh, (boleh juga Mi) kami berempat sama teman. Kami berempat menuju tempat makan dan memesan makan, (kereta kita datang jam berapa Nay?) tanya temanku yg juga ikut tapi beda gerbong pergi. (jam tiga kita berangkat, jam setengah tiga aja kita ke stasiun biar gak kelamaan menunggu di sana) jawabku.
Kami makan tanpa ngomong dan habis makan kami ngobrol-ngobrol, (kita foto-foto dulu yuk di taman mesjid) kata Rina dengan semangatnya. Karna acara kami di mesjid raya. (boleh juga tuh) ucap kami, (yuk kita gas) ajak Nayla sambil berdiri dan teman-teman nya mengikuti.
(Assalamu'alaikum ukhti) sapa seseorang, Nayla menoleh ke belakang dan melihat dua ustadz yg dia kenal berasal di depannya, (Wa'alaikumussalam ustadz) jawab Nayla menundukkan kepalanya. (kita ketemu lagi ukhti 😊 gimana kabarnya ukhti?) (Alhamdulillah baik ustadz) jawab Nayla masih menunduk. Mereka tersenyum pada Nayla dan teman-temannya.(pada ngapain di sini ukhti-ukhti?) tanya ustadz Arif tersenyum. (Kami mau foto-foto ustadz) jawab Ami mewakili. (Kenapa ya jantungku berdebar seperti ini) gumam Nayla dalam hati, oh dilanjutkan lagi foto-foto nya ukhti, maaf kami mengganggu, kami permisi dulu Assalamu'alaikum 😊) kedua ustadz itu pun pergi meninggalkan kami. (Hem, ada yg lagi berbunga-bunga nih seperti taman bunga di sini hehehe) ledek Rina menggoda Nayla, Ami cuma tersenyum manis.
(Sudah jam tiga kurang lima belas menit nih, kita ke stasiun lagi yuk) ajak Ami, karna keasyikan berfoto kami jadi lupa waktu, kami melihat jam, (Oh ya bentar lagi kereta kita datang) ucap Rina. Kami berjalan menuju stasiun, sampai di sana orang-orang sudah ramai dan kami menunggu sambil berdiri karna tempat duduk gak ada lagi.
Kami turun kereta jam empat empat puluh lima sore, kami melaksanakan sholat ashar dulu di mesjid dan setelah itu kami beli jilbab dulu.
Sebelum adzan maghrib kami sudah sampai di rumah, (kak tadi mama Iyan dan mami ke sini nyariin kakak) kata Fikri kepadaku. (ada apa dek? apa mama gak marah mama Iyan ke sini?)
(gak kak mama, aku dan kak Silvi ngomong sama mereka tadi, mami mau jodohin kakak) Nayla berdehem karna harus memikirkan jodoh lagi, (apa kakak belum punya pilihan juga kak?)
(belum dek sulit kakak untuk membuka hati karna kakak masih takut) Nayla duduk di samping adeknya, adeknya cuma diam gak menjawab omongan kakaknya, (kalau Silvi sudah mempunyai calon boleh duluan dek) Nayla masuk ke kamar.
Nayla dan Ami sekarang ngajar di mesjid sebagai guru MDA, kebetulan di kompleks tempat Nayla tinggal membutuhkan guru ngaji. Mereka ngajarnya malam, dengan cara kayak gitu Nayla bisa mengobati kesedihannya, dia sekarang mendekatkan diri sama Allah dan dia berjanji akan membahagiakan mamanya. Semenjak papanya gak ada dia gak pernah datang ke sana lagi.
(Nak, duduk sini nak, mama mau ngomong) dia menuruti omongan mamanya, mama memandang wajah anaknya, (kenapa mama nengok Nayla seperti itu?) dia takut dengan tatapan mamanya, lalu mama mengusap kepala anaknya, (apa gak boleh mama melihat kecantikan anak mama) beliau mencolek hidung anaknya. (Mama bisa saja hehe) Nayla tersenyum pada mamanya, (nak....... mami Nayla mau menjodohkan Nayla, apa Nayla mau mengenal laki-laki itu? apapun jawaban Nayla pesan mama temui mami datang ke rumahnya, karna mama gak mau mereka marah sama kalian) beliau menggenggam tangan anaknya, (baik ma Nayla akan ke sana hari sabtu) jawab Nayla, (di sana hati-hati ya nak, jangan pergi sendiri) cemas mama, (baik mama sayang) Nayla memeluk mamanya, Nayla takut kehilangan mamanya karna cuma mama yg mereka miliki sekarang, dia memeluk erat tubuh mamanya dan menangis dalam pelukan beliau, mama melepaskan pelukan anaknya dan mengusap air matanya, (kok nangis nak? apa yg buat Nayla sedih? cerita sama mama) Nayla semakin terisak dan kembali memeluk mamanya😭
.