Sabrina rela meninggalkan status dan kekayaannya demi menikah dengan Zidan. Dia ikut suaminya tinggal di desa setelah keduanya berhenti bekerja di kantor perusahaan milik keluarga Sabrina.
Sabrina mengira hidup di desa akan menyenangkan, ternyata mertuanya sangat benci wanita yang berasal dari kota karena dahulu suaminya selingkuh dengan wanita kota. Belum lagi punya tetangga yang julid dan suka pamer, membuat Sabrina sering berseteru dengan mereka.
Tanpa Sabrina dan Zidan sadari ada rahasia dibalik pernikahan mereka. Rahasia apakah itu? Cus, kepoin ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Kabuuuuuur!" teriak Sabrina yang lari kencang berbalik arah. Artinya dia kembali menuju pasar bukan pulang ke rumah.
"Sabrina, tunggu!"
"Tidak mau. Sana pergi!" balas Sabrina berlari sekencang mungkin dan sekuat tenaga.
"Kena kau!"
Baju Sabrina bagian belakang berhasil diraih. Lalu, dirangkul bagian perut sehingga wanita itu tidak bisa melarikan diri lagi.
"Shaka, lepaskan aku!" teriak Sabrina yang meronta ingin melepaskan diri.
"Kalau aku lepaskan kamu pasti akan kabur. Memangnya aku tidak tahu pola berpikir kamu," kata Shaka yang semakin kuat memeluk Sabrina dari belakang.
"Apa yang kamu lakukan pada istri orang!" Tiba-tiba Humairah datang memukul kepala Shaka dengan menggunakan jeligen yang biasa digunakan untuk beli minyak kelapa.
"Aduuuuuh! Aduuuuuh!" Shaka melepaskan pelukan pada Sabrina, lalu melindungi kepalanya. "Dasar orang gi'la! Main pukul seenaknya."
"Kamu yang gi'la! Main peluk istri orang. Dosa sekaligus perbuatan yang melanggar hukum karena berniat melecehkan seorang perempuan," balas Humairah yang kembali memukulkan jeligen ke tubuh Shaka.
Sabrina yang melihat itu malah tertawa terkekeh. Menurutnya itu sangat lucu. Biasanya dia yang tertindas, kini giliran kembarannya yang berada di posisi itu.
"Bagus. Hajar terus! Tukang." Sabrina malah memprovokasi.
"Dia itu kembaran aku. Jadi, enggak dosa!" ucap Shaka setelah menahan kedua tangan Humairah.
"E, kembaran?" Humaira tercengang sekaligus tidak percaya.
"Iya. Kem-bar!" Shaka menunjuk dirinya dan Sabrina secara bergantian.
Terlihat jelas wajah Humairah seperti orang bodoh, mulutnya terbuka, mata membola. Menyadari dirinya yang salah. Dia pun meminta maaf, lalu segera kabur dari tempat terjadinya perkara.
"Dia siapa? Datang tak diundang, pergi tanpa pamit." Shaka terus melihat kepada Humairah yang berlari kencang menuju pasar.
"Kenapa? Kamu tertarik sama dia?" tanya Sabrina menggoda kembarannya.
"Enggaklah! Aku hanya penasaran saja. Ternyata kamu punya teman yang bodoh juga di sini," jawab Shaka.
"Apa kamu bilang? Aku bodoh!" Sabrina terpancing emosinya. "Nih, rasakan jurus pukulan mautku!"
Sabrina memukul pan'tat Shaka beberapa kali, seperti emak yang sedang memarahi anaknya. Membuat kembarannya itu berteriak.
Gara-gara Shaka, Sabrina sampai lupa dengan janjinya untuk menemani Bu Maryam ke salon. Dia malah pergi ke warung es cendol yang ada di dekat alun-alun desa.
"Kenapa kamu tidak bilang kalau mengalami kecelakaan?" tanya Shaka dengan serius.
Ingatan Sabrina kembali. Rasa sakit yang sedang berusaha untuk dilupakan malah muncul lagi ke permukaan.
"Huaaaaa!" Sabrina tiba-tiba menangis.
"Kenapa kamu malah menangis?" Shaka mengguncangkan kedua bahunya.
Cara menenangkan Shaka berbeda dengan Zidan yang akan memeluk Sabrina ketika bersedih atau terluka. Sabrina malah mengeraskan suara tangisnya.
"Kamu ini malu-maluin saja. Tuh, dilihat banyak orang!" ucap Shaka yang merasa malu karena beberapa orang yang lewat dan pengunjung warung ikut memerhatikan Sabrina.
"Habis, gara-gara kecelakaan itu aku kehilangan calon baby," balas Sabrina diiringi tangisan.
"Apa?" Shaka terkejut. Dia pun ikut bersedih.
"Hal sebesar ini kenapa masih diam saja. Seharusnya kamu hubungi papi!"
Shaka semakin gemas sama kembarannya. Dia yang tinggal di Jepang rela pulang ke Indonesia begitu mendengar kabar Sabrina mengalami kecelakaan.
"Aku kan sudah dicoret dari KK sama papi dan mami," ujar Sabrina memberengut.
"Ya, iyalah! Sekarang nama kamu ada di KK-nya Zidan. Masa mau punya dua KK," ucap Shaka sambil menarik kedua pipi mulus Sabrina.
Mendengar ucapan Shaka, Sabrina berpikir keras. Lalu, dia pun mengangguk dan berkata, "Benar juga, ya! Kalau aku nikah sama Kang Zidan, berarti aku ikut KK-nya. Bodohnya, aku!"
"Dari dulu kamu memang bodoh," celetuk Shaka.
Tidak suka dibilang bodoh oleh saudaranya, Sabrina memukul kepala Shaka. Bagi dia tidak boleh ada yang bilang "bodoh" kepadanya, kecuali Zidan. Namun, suaminya itu tidak pernah mengeluarkan kata-kata itu kepadanya.
"Neng!"
Sabrina menoleh ke arah pintu masuk warung. "Akang! Ada apa?"
Zidan datang dengan napas terengah-engah. Begitu melihat Sabrina dia langsung memeluknya. Tadi, laki-laki itu ketakutan istrinya hilang.
"Sedang apa di sini? Mamah mencari-cari kamu, Neng. Bahkan warga se-RT ikut mencari karena takut ada yang nyulik." Zidan menangkap wajah Sabrina dengan kedua tangannya.
"Ih, Akang. Eneng bukan anak kecil lagi yang akan mudah dibawa sama orang asing," ujar Sabrina merasa dirinya tidak mudah dibodohi sama orang lain.
Shaka terdiam melihat pemandangan di depan matanya. Dia merasa kalau Zidan memang orang yang bisa dipercaya untuk menjaga dan melindungi Sabrina.
"Semua gara-gara Shaka, Kang. Dia tiba-tiba datang menghadang aku di tengah jalan. Lalu, dia ngajak jajan ke sini," ucap Sabrina mengadu.
"Heh! Bukannya kamu yang bilang lebih baik bicara di tempat yang teduh sambil minum-minuman yang segar," balas Shaka membela dirinya.
"Iya, iyalah! Daripada berdiri di pinggir jalan yang panas. Bikin kepala pusing, tau!" Sabrina selalu tidak mau mengalah kalau berdebat dengan Shaka.
"Kamu, Shaka?" tanya Zidan. "Kenalkan, Zidan. Suami dari Sabrina."
"Shaka kembarannya Sabrina," balas Shaka sambil menjabat tangan Zidan.
"Kapan pulang ke Indonesia?" Zidan tahu kalau Shaka selama beberapa tahun ini tinggal di Jepang semenjak kuliah S1 dan sekarang sedang menempuh pendidikan S3 di salah satu universitas terbaik di sana.
"Kemarin. Lalu, tadi setelah subuh berangkat ke sini untuk mencari Sabrina," ujar Shaka.
Zidan langsung gelisah. Dia takut kedatangan Shaka untuk membawa Sabrina pergi dari kehidupannya.
***
bukan musuh keluarga Sabrina
jangan suudhon dl mamiiii